Langsung ke konten utama

Tingkat Kesadaran Diri Berdasarkan Kinerjanya

Hidup ini tentunya kita sering melakukan suatu pekerjaan baik itu di rumah, tempat kerja, sekolah dan lainnya. Tetapi dibalik semua pekerjaan itu semua. Adapun Tingkat kesadaran berdasarkan kinerjanya:

(Pixabay.com)

1. Kesadaran Formalitas

Kesadaran formalitas adalah kesadaran yang dilakukan hanya untuk menggugurkan kewajiban semata tanpa ada tujuan yang lebih. Biasanya orang seperti ini melakukan sesuatu dengan asal beres. Misalnya seperti sekolah hanya untuk mendapatkan ijazah saja. Masalah ilmu yang didapat itu bukan urusan yang penting. Jika manusia berada di kondisi kesadaran ini, maka dalam melakukan suatu pekerjaan Ia tidak bersikap profesional dan justru hanya menjadi oknum saja di dalam suatu pekerjaan. 

  • Adapun Ciri-ciri Orang Idealis, yakni: 
  • Melakukan suatu pekerjaan tidak serius
  • Melakukan sesuatu atas dasar suruhan orang lain
  • Tidak punya tujuan yang pasti
  • Banyak melakukan manipulasi

2. Kesadaran Pragmatis

Kesadaran pragmatis adalah kesadaran yang muncul karena manusia membutuhkan ilmu tetapi yang penting-penting saja. Tujuannya untuk mendapatkan pekerjaan lalu mendapatkan uang. Ia melakukan sesuatu hanya yang pasti-pasti saja yang penting dapat hasil yang cepat. Seperti misalnya kursus menjahit agar dapat pekerjaan di pabrik garmen. Kecerdasan ini setingkat lebih mau dibandingkan kecerdasan formalitas karena Ia mengerjakan sesuatu dengan baik, walaupun Ia tidak  memiliki pengembangan skill baru. Sehingga ketika ada suatu perubahan Ia tidak bisa survive atau kemampuan bersaingnya lemah. 

Adapun Ciri-ciri dari Kesadaran Pragmatis, yakni: 

  • Menginginkan hasil yang cepat
  • Mengerjakan sesuatu dengan baik
  • Melakukan sesuatu atas dasar imbalan
  • Punya tujuan yang jelas
  • Bisa saja melakukan manipulasi

3. Kesadaran Realistis

Kecerdasan realistis adalah kecerdasan yang muncul karena Ia sadar bahwa dunia ini akan selalu berubah-ubah sehingga Ia harus bisa beradaptasi dari segala kondisi. Orang yang realistis mengetahui batasan-batasan yang Ia miliki. Ia sadar akan kekurangan diri, tepi Ia juga sada bahwa Ia memiliki kelebihan dan tahu apa yang harus Ia lakukan. Maka dari itu, Ia harus memiliki berbagai skill agar bisa melakukan berbagai keahlian selain itu Ia juga selalu mengembangkan skill sebelumnya karena ia memiliki tujuan yang lebih. Misalnya seperti karyawan pabrik, jika Ia ingin memiliki pangkat yang lebih tinggi lagi, maka Ia harus berusaha keras, belajar skill baru,  mengembangkan dan meningkatkan skillnya, agar bisa mendapatkan jabatan dan gaji yang lebih tinggi lagi.

Adapun ciri-ciri dari kesadaran realistis, yakni: 

  • Mampu beradaptasi dari berbagai situasi
  • Orientasinya adalah keuntungan
  • Melakukan sesuatu atas dasar situasi dan kondisi
  • Mengerjakan sesuatu dengan baik
  • Punya tujuan yang jelas
  • Mempertimbangkan baik buruknya suatu tindakan

4. Kesadaran idealis

Kesadaran idealis adalah kesadaran yang muncul karena ketidak sesuaian realita dengan apa yang Ia pikirkan. Ia menganggap bahwa dunia yang ideal seharusnya seperti apa yang diinginkan. Misalnya seperti perusahaan yang merusak alam. Bagi orang yang idealis hal tersebut tidak lah wajar tidak sesuai dengan tatanan dunia yang Ideal. Orang yamg memiliki kesadaran Idealis adalah orang yang selalu membuat perubahan baru, berbeda dengan kesadaran sebelumnya yang hanya mengikuti kondisi yang ada, sedangkan kesadaran idealis ini justru yang merubah realitas yang ada, mereka bisa disebut agen of change. Namun kesadaran idealis benar-benar harus matang pemikirannya, mampu melakukannya, konsisten dan kuat mentalnya. Jika tidak memiliki hal tersebut Ia hanya menjadi pikiran saja bukan perwujudan yang nyata. 

Adapun ciri-ciri dari idealis, yakni:

  • Berpegang teguh pada prinsip
  • Melakukan sesuatu atas dasar prinsip yang dimiliki
  • Orientasinya untuk merubah keadaan lama menjadi yang sesuai dengan pikirannya
  • Tidak mengikuti arus perubahan, kecuali sesuai dengan prinsipnya.

5. Kesadaran Perfeksionis

Kesadaran perfeksionis adalah kesadaran yang muncul karena menganggap bahwa dirinya memiliki kelebihan dibandingkan dengan yang lain, karena Ia selalu mengerjakan sesuatu dengan sempurna. Ia cenderung merendahkan pekerjaan orang lain apabila pekerjaannya tidak sesuai dengan apa yang dipikirkannya. Kesadaran perfeksionis ini hampir mirip dengan kesadaran idealis, yakni memiliki prinsip yang kuat serta konsisten dalam menjalankannya hanya saja yang membedakan, kesadaran perfeksionis Ia tidak mau dikritik oleh orang lain. Ia mengganggap kritikan adalah kekurangan yang ada pada dirinya sedangkan Ia mengaggap dirinya sudah sempurna berbeda dengan kesadaran idealis, dimana Ia masih bis menerima kritikan orang lain selama tidak mengubah prinsip hidupnya. 

Dari tingkatan tersebut kita bisa mengukur diri kita, kira-kira sebetulnya kita sedang berada di tingkatan mana. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...