Langsung ke konten utama

Berpikir Ulang Tentang Kesuksesan

Banyak orang yang menganggap jika menjadi orang sukses itu harus menjadi banyak uang, bisa jalan-jalan keliling dunia, beli barang-barang branded dan lainnya. Mengapa hal tersebut serba masuk akal memang jika kita bisa hidup serba enak. Namun apa jadinya jika kita kesuksesan tersebut tidak terwujud untuk diraih. Apakah kita dianggap orang yang gagal?

Coba kit berpikir ulang kembali mengenai kesuksesan. Mengapa sih banyak menginginkan kaya terus banyak uang, karena menganggap hal tersebut bisa mendatangkan kebahagiaan. Padahal yang banyak uang belum tentu Ia bahagia.

Jika kamu bisa membeli berbagai macam barang, pada awalnya memang menyenangkan, tetapi lama kelamaan kamu akan bosan jika hal tersebut terus terjadi. Secara tidak sadar sebetulnya kamu bukan menjadi sukses tetapi hanya menjadi budak nafsu. Budak nafsu yang selalu menginginkan sesuatu yang sebetulnya tidak penting untuk dilakukan.

(Pixabay.com)

Bekerja siang malam hanya untuk mendapatkan uang lalu uang itu dihabiskan untuk mendapatkan sesuatu yang diinginkan seperti rumah, mobil, liburan,  motor dan semacamnya. Ketika itu belum terpenuhi maka kamu akan terus bekerja dan bekerja untuk mendapatkannya. Ketika apa yang diinginkan telah tercapai maka keinginan baru tentu akan muncul lagi dan terus seperti itu, sampai akhirnya banyak hal yang dikorbankan seperti cinta, pasangan, keluarga waktu dan kesehatan. Manusia tidak akan puas dengan apa yang dimilikinya. 

Memang pada intinya sukses itu menuju kebahagiaan, tetapi bukan berarti diperbudak olehnya (keinginan). Padahal bahagia tidaklah harus diraih dengan uang atau materi. Ia tidak dapat diukur dengan materi, karena bahagia itu sifatnya imateril yakni berasal dari dalam hati.

Maka jika bahagia itu berasal dari hati, berarti cara dan tujuan pun bisa berbeda-beda. Sering kan kita lihat ada orang miskin namu Ia tetap bersyukur dan bahagia, memiliki kekurangan fisik naum Ia bersyukur. Padahal sebetulnya mereka sedang kekurangan tetapi kenapa mereka tetap bahagia. Hal ini berarti kebahagiaan itu tidak lah harus dengan apa yang dimiliki atau apa yang telah diraih, tetapi apa yang harus disyukuri. 

Kita harus berpikir ulang mengenai kesuksesan, dimana sukses itu tidak harus menjadi kaya dan menjadi pengusaha. Sekarang lakukan apa yang kamu bisa kamu lakukan. Kesuksesan itu bukan apa yang kamu dapatkan, tetapi apa yang kamu bisa lakukan. Kamu boleh sukses sebagai seorang karyawan, kamu boleh sukses sebagai seorang guru dan kamu boleh sukses menjadi sebagai seorang seniman dan kesuksesan-kesuksesan lainnya. 

Berarti bisa dikatakan bahwa, kesuksesan itu sifatnya bukan konsumtif tetapi produktif. Bukan berati tidak boleh mendapatkan suatu barang, tetapi yang tidak boleh adalah hanya stuck disitu saja tidak ada perkembangan. Jika memahami kesuksesan seperti itu kamu bisa menjadi orang yang bermanfaat bagi orang banyak dan melakukan suatu pekerjaan dengan senang hati. 

Kesuksesan seharusnya membuat kita semakin berkembang dan semakin maju, bukan malah menjadi kecanduan atau ketergantungan. Orang sukses selalu berpikir apa yang Ia bisa lakukan bukan apa yang Ia inginkan. 

Jika ada orang yang sedang berlibur atau membeli barang barang branded lalu memamerkannya. Maka kamu jangan bangga dengan orang-orang tersebut karena mereka hanya bisa bergaya tetapi tidak bisa usaha. Banggalah dengan orang-orang yang selalu berusaha walau hasilnya kecil, mereka yang patut menjadi contoh untuk hidup kita.

Menjadi seorang yang sukses bukan hanya untuk kepentingan diri sendiri lalu bersenang-senang di dunia. Tetapi lebih dari itu, tujuan sukses adalah untuk merubah dunia. Merubah dunia dengan cara menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain bukan hanya sekedar memikirkan diri sendiri. Maka dari itu, untuk saat ini berubahlah menjadi pribadi yang mandiri, kreatif, inovatif, serta bisa berbakti kepada orang tua, nusa bangsa dan agama. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan tidak Menciptakan Kemiskinan

Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak- hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Lalu apakah kemiskinan itu tuhan sendiri yang menciptakannya atau manusia sendirilah yang menciptakan kemiskinan tersebut. Akan tetapi banyak dari kalangan kita yang sering menyalahkan tuhan, mengenai ketimpangan sosial di dunia ini. Sehingga tuhan dianggap tidak mampu menuntaskan kemiskinan. (Pixabay.com) Jika kita berfikir ulang mengenai kemiskinan yang terjadi dindunia ini. Apakah tuhan memang benar-benar menciptakan sebuah kemiskinan ataukah manusia sendirilah yang sebetulnya menciptakan kemiskinan tersebut. Alangkah lebih baiknya kita semestinya mengevaluasi diri tentang diri kita, apa yang kurang dan apa yang salah karena suatu akibat itu pasti ada sebabnya. Tentunya ada tiga faktor yang menyebabkan kemiskinan itu terjadi, yakni pertama faktor  mindset dan prilaku diri sendiri, dimana yang membuat seseorang...

Pendidikan yang Humanis

Seperti yang kita kenal pendidikan merupakan suatu lembaga atau forum agar manusia menjadi berilmu dan bermanfaat bagi masyarakat. Pendidikan merupakan tolak ukur sebuah kemajuan bangsa. Semakin baik sistem pendidikannya maka semakin baik pula negaranya, semakin buruk sistem pendidikannya semakin buruk pula negara tersebut. Ironisnya di negara ini, pendidikan menjadi sebuah beban bagi para murid. Terlalu banyaknya pelajaran, kurangnya pemerataan, kurangnya fasilitas, dan minimnya tenaga pengajar menjadi PR bagi negara ini. Saat ini pendidikan di negara kita hanyalah sebatas formalitas, yang penting dapat ijazah terus dapat kerja. Seakan-akan kita adalah robot yang di setting dan dibentuk menjadi pekerja pabrik. Selain itu, ilmu-ilmu yang kita pelajari hanya sebatas ilmu hapalan dan logika. Akhlak dan moral dianggap hal yang tebelakang. Memang ada pelajaran agama di sekolah namu hal tersebut tidaklah cukup. Nilai tinggi dianggap orang yang hebat. Persaingan antar sesama pelajar mencipta...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...