Langsung ke konten utama

Siapa Atheis yang Sesungguhnya

Ketika kita berbicara mengenai Tuhan, tentu semuanya sudah tahu siapa Tuhan. Baik Ia theis, agnostik, animisme, dan Atheis. Mungkin secara sederhana theis adalah orang yang percaya keberadaan tuhan dan beragama, atheis adalah orang yang tidak percaya pada tuhan dan agnostik adalah orang yang tidak beragama namun Ia percaya keberadaan tuhan, dan animisme orang yang menyembah roh leluhur.
(Pixabay.com)


Mempelajari theologi sebetulnya bukan mempelajari tuhan. Tetapi bagaimana cara kita mengetahui tuhan dengan berbagai konsep. Sebetulnya manusia memiliki Tuhan yang sama, hanya saja setiap agama memiliki konsep yang berbeda. Bahkan, setiap individu punya pemahaman dan kepercayaan tuhan yang berbeda-beda. Kita tidak bisa menyalahkan kepercayaan orang lain walaupun pemahaman kita dengan mereka berbeda. Yang terpenting, percaya saja dengan konsep ketuhanan masing-masing. 

Saya langsung saja kepada intinya mengenai Atheis sesungguhnya. Menurut saya atheis itu bukan yang tidak percaya agama dan tidak beragama, tetapi Ia adalah orang-orang yang tidak menerapkan sifat-sifat ketuhanan dalam dirinya. Sifat ketuhanan itu seperti maha pengasih, maha penyayang, maha adil, dan sifat-sifat tuhan yang sekiranya memang bisa kita tiru. 

Saya disini mungkin bukan mengkritik kaum atheis, tetapi akan mengkritik kaum theis. Dimana kaum theis ini percaya tuhan tetapi pada kenyataannya mereka tidak mau menuruti perintah tuhan. Coba saja lihat pada kehidupan nyata, banyak di sekitar kita yang beragama tapi korupsi, rajin ibadah tapi mencuri, rajin mengaji tapi suka memperkosa. Heran saya dengan orang seperti itu, mengaku beragama tetapi kelakuan kaya setan. Mereka hanya menjadikan agama sebagai formalitas dan identitas saja tetapi tidak dipakai nilai-nilai agamanya. 

Menurut saya atheis sesungguhnya adalah orang-orang yang sering melupakan tuhan. Sepeti misalnya ada orang miskin tetapi Ia rajin ibadah, pas ketika Ia kaya, justru malah melupakan tuhan dan terlena dengan kenikmatan dunia. Seperti itu lah atheis sesungguhnya menurut saya, mereka adalah orang-orang yang melupakan tuhan demi kenikmatan semata. Padahal tuhan sering mengingatkan kita, bahwa kenikmatan dunia itu hanyalah sesaat.

Memangnya untuk apa agama diciptakan. Apakah hanya untuk eksistensi saja dan menjadi bidang kajian saja. Jika agama digunakan hanya untuk itu. Agama bukan untuk trend mode atau untuk pembelajaran saja tetapi juga memang harus dipakai nilai-nilainya dalam kehidupan sehariuhari

Kita tidak harus menyalahkan orang lain terlebih dahulu, lebih baik intropeksi dulu. Apakah kita memang sering mengingat tuhan atau justru malah melupakan tuhan, itu bisa saja terjadi. Untuk atheis pun jika kalian membuktikan tuhan itu tidak ada justru itu adalah hal yang keliru. Jika kalian membuktikan tuhan itu tidak ada justru kalian percaya tuhan. Jika  memang tidak percaya tuhan, tidak harus bahas-bahas tuhan, lupakan tuhan lalu berjalan saja sendiri-sendiri. 

Jika ingin membuktikan tuhan itu ada maka jangan dengan akal pikiran, karena tuhan tidak berada di sana. Akal kita dibatasi, akal tidak mampu memahami tuhan secara jelas. Jika ingin tahu tuhan itu ada gunakan hati nurani, dengarkan apa yang diinginkan. Hati nurani pasti akan selalu percaya akan keberadaan tuhan, biarpun Ia tidak beragama.

Jadi pada kesimpulannya atheis adalah orang yang melupakan tuhan sedangkan theis adalah orang yang selalu mengingat tuhan. Bukan hanya di akal tetapi didalam hati sanubari kita semua                              

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan tidak Menciptakan Kemiskinan

Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak- hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Lalu apakah kemiskinan itu tuhan sendiri yang menciptakannya atau manusia sendirilah yang menciptakan kemiskinan tersebut. Akan tetapi banyak dari kalangan kita yang sering menyalahkan tuhan, mengenai ketimpangan sosial di dunia ini. Sehingga tuhan dianggap tidak mampu menuntaskan kemiskinan. (Pixabay.com) Jika kita berfikir ulang mengenai kemiskinan yang terjadi dindunia ini. Apakah tuhan memang benar-benar menciptakan sebuah kemiskinan ataukah manusia sendirilah yang sebetulnya menciptakan kemiskinan tersebut. Alangkah lebih baiknya kita semestinya mengevaluasi diri tentang diri kita, apa yang kurang dan apa yang salah karena suatu akibat itu pasti ada sebabnya. Tentunya ada tiga faktor yang menyebabkan kemiskinan itu terjadi, yakni pertama faktor  mindset dan prilaku diri sendiri, dimana yang membuat seseorang...

Pendidikan yang Humanis

Seperti yang kita kenal pendidikan merupakan suatu lembaga atau forum agar manusia menjadi berilmu dan bermanfaat bagi masyarakat. Pendidikan merupakan tolak ukur sebuah kemajuan bangsa. Semakin baik sistem pendidikannya maka semakin baik pula negaranya, semakin buruk sistem pendidikannya semakin buruk pula negara tersebut. Ironisnya di negara ini, pendidikan menjadi sebuah beban bagi para murid. Terlalu banyaknya pelajaran, kurangnya pemerataan, kurangnya fasilitas, dan minimnya tenaga pengajar menjadi PR bagi negara ini. Saat ini pendidikan di negara kita hanyalah sebatas formalitas, yang penting dapat ijazah terus dapat kerja. Seakan-akan kita adalah robot yang di setting dan dibentuk menjadi pekerja pabrik. Selain itu, ilmu-ilmu yang kita pelajari hanya sebatas ilmu hapalan dan logika. Akhlak dan moral dianggap hal yang tebelakang. Memang ada pelajaran agama di sekolah namu hal tersebut tidaklah cukup. Nilai tinggi dianggap orang yang hebat. Persaingan antar sesama pelajar mencipta...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...