Langsung ke konten utama

Organisasi Pergerakan Mahasiswa yang Semestinya

Mengenai organisasi ekstra ini mungkin sudah saya jelaskan dalam tulisan sebelumnya. Tetapi tidak puas mungkin jika hanya sekedar pendefinisiannya saja. Disini saya akan membicarakan mengenai organisasi ekstra yang saya alami selama ikut didalamnya dam cara pandanganku terhadap organisasi ekstra kampus

Saya dulu pernah mengikuti organisasi ekstra kampus, awal mengenal organisasi memang saya ikut terlebih dahulu mengikuti organisasi ekstra kampus. Saya memang diajak untuk mengikuti organisasi ekstra kampus karena arahan dari kakak tingkat saya di pondok tepatnya dimana mereka organisasi ekstra ini seperti ini dan itu. Kemudian saya tertarik untuk mengikutinya.


Ketika awal mengikutinya memang harus mengikuti proseduralnya, seperti mengikuti platihan, pengajaran, diskusi, kajian dan lain sebagainya. Mungkin saya tidak harus sebutkan organisasi ekstranya, karen menurut saya mau organisasi ekstra PMII, HMI, GMNI ataupun yang lainnya, semuanya sama-sam organisasi yang bergerak diluar kampus. Walaupun berada diluar kampus, namun memiliki pengaruh yang besar di dalam kampus.


Ketika resmi menjadi seorang anggota, tentunya saya harus mengikuti serangkaian kegiatan seperti kajian, diskusi, nongkrong, seminar, dan serangkaian kegiatan lainnya. Cuman yang sangat disayangkan, kebanyakan organisasi ini hanya menjadi beban. Mengapa dikatakan beban karena tidak memiliki kontribusi lebih terhadap kampus, uang-uang yang digelontorkan oleh kampus untuk kegiatan mahasiswa rupanya hanya menjadi mainan dan dimanfaatkan dananya. Selain itu organisasi ekstra hanya memperebutkan kursi jabatan dan memperbanyak kader.

Dari generasi ke generasi memang selalu seperti itu, tidak ada itikad baik untuk kemajuan organisasi intra kampus. Sangat disayangkan organisasi ekstra yang yang memiliki jumlah anggota yang banyak tetapi tidak bisa menjadi pelopor kemajuan bangsa, sebetulnya ada hanya saja sedikit yang melakukannya. 

Selain aktif di kampus seharunya organisasi ekstra kampus bis membentuk, mencetak, dan menggiring kadernya agar menjadi berkualitas dan bisa bermanfaat bagi orang banyak. Bukan hanya aktif di kampus saja, tetapi juga aktif dalam dunia masyarakat. Memang saat ini banyak organisasi ekstra yang sering terjun lapangan hanya saja tetap mereka sebetulnya bukan kemanusiaan tetapi untuk mencari simpatisan masyarakat.

Memang tidak salah jika menjadikan organisasi sebuah wadah pergerakan. Hanya saja jika pergerakan itu hanya untuk pribadi organisasi, menurut saja itu bukannya sama saja seperti korporasi yang mementingkan dirinya sendiri. Padahal kita hidup bukan hanya untuk berkelompok saja tetapi juga harus membantu orang yang berada diluar kelompok kita, tanpa meminta imbalan sepeserpun.

Organisasi ekstra saat ini terlihat bias akan keberpihakan entah Ia dari kubu pemerintah atau masyarakat kecil. Tetapi keberpihakan mereka akan terlihat jelas pada pada saat posisi mereka diuntungkan atau oportunis. Lalu jika memang itu benar terjadi, untuk apa adanya sebuah organisasi jika tidak punya prisnsip yang jelas, yang pastinya jika itu terus terjadi, hanya tinggal menunggu perpecahan.

Sifat opotunis ini hendaknya perlu dihilangkan dalam jatidiri organisasi. Karena saya yakin, tujuan organisasi itu dibentuk bukan semata-mata untuk mencari keuntungan saja. Coba saja lihat kembali cita-cita dan tujuan dari organisasi sendiri, sejalankah dengan apa yang tertulis dalam organisasi tersebut. Jika tidak, maka penting sekali untuk mengkontruksi ulang lagi pemikiran, arah gerak maupun tindakan, agar sejalan dengan cita-cita yang diinginkan dan bisa mewujudkannya dalam kehiduoan nyata. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...