Langsung ke konten utama

Perjuangan Mengikuti Ujian SBMPTN

Ini adalah pengalaman saya ketika berjuang untuk bisa kuliah di kampus favorit. Saya bercita-cita bisa kuliah di ITB atau UGM, memang ini adalah hal yang konyol karena saya rasa mimpi saya ini terlalu besar. Tetapi yang namanya mimpi, setiap orang bebas untuk melakukannya, tidak haru melihat realitanya.

Sebelum ikut SBMPTN atau ujian masuk kuliah, saya sebelumnya mencoba untuk mengikuti SNMPTN atau ujian berbasis raport. Hanya saja saya tidak dapat tiket masuk SNMPTN karena saya pikir, saya tidak lulus karena ketika saya cek, ternyata saya masuk SNMPTN. Namun sayangnya say mencoba untuk SBMPTN karena sudah terlanjur hangus tidak daftar lewat SNMPTN. 

(Pixabay.com)

Kemudian saya lebih untuk memilih universitas yang saya mau yakni ITB dan UGM jurusan teknik sipil. Sebelum ini saya pernah mencoba untuk ujian CPNS STMKG (Sekolah Tinggi Metereologi Klimatologi dan Geofisika), tetapi saya gagal di ujian kedua yaitu pelajaran matematika, fisika dan bahas inggris. Sebelumnya juga saya pernah juga pernah nyoba Politeknik dan SPAN-PTKIN alhamdulillah saya diterima di SMPAN-PTKIN padahal saya milih ini gak terlalu minat dan mengisi jurusan asal-asalan, lumayan lah ada buat cadangan diterima kuliah.

Mungkin kisah saya mengenai tes CPNS dan tes lainnya ini saya tidak panjang lebar, fokus cerita saya itu ujian SBMPTN. Ketika saya ngisi data untuk lokasi ujian, saya ngisi daerah sukabumi. Saya kira sukabumi dekat dari pada harus ke Bogor. Tetapi yang yang lain lebih mengisi data ke Bogor. Yasudahlah bodoamat sudah kepalang diisi. Yang mengisi daerah sukabumi ini ada 3 orang lain dan semuanya adalah sahabat saya waktu SMA, saya juga di arahkan sama teman saya untuk ujian disitu. Tapi memang dasar temen memang kalau suka ngasih aran malah nyusahin.

Singkat cerita, ketika sudah waktunya tiba, kami berangkat malam-malam karena ujiannya pagi-pagi dan jauh tempatnya. Akhirnya berangkatlah saya dan ngomong ke orang tua untuk pergi nginep ke rumah teman, padahal mau ikut ujian. setelah sam sampai di rumah teman, kemudian kami makan dan berbincang-bincang bersama mereka sambil menunggu waktu isya. 

Setelah isya datang kemudian kamipun berangkat naik kolmini atau angkutan umum yang ada di Sukabumi dan Bogor. Perjalanan ternyata lumayan jauh sekitar 60 kilo meter. Tetapi ternyata kami hanya sampai di terminal bukan di tempat tujuan dan bodohnya saya percaya begitu saja omongan teman saya yang katanya tahu tempatnya, padahal aslinya di juga tidak tahu tempatnya.

ketika kami cari di google maps, ternyata lokasinya sekitar 30 kiloan lagi, Gilla! ini adalah hal yang ternaas dalam hidup saya. Dengan entengnya teman saya ngomong "yasudah kita jalan kaki aja 30 KM mumpung masih malam, kalo di google map paling 10 jam lagi kalo jalan kaki." Saya hanya bisa menghela nafas saja dan yasudah lah kita jalan dulu. Tidak apa-apalah yang penting ada teman sependeritaan.

Memang kita berempat adalah orang yang agak sengklek pas di SMA, hobi kita suka jalan-jalan tapi bukan ke mall atau caffe, tapi kita jalan-jalan telusuri desa, hutan, sungai kebun dan sampai nyasar-nyasar buat nyari jalan pulang. Tapi kali ini memang pengalaman yang tergokil, malam-malam gak ada kendaraan, gak tau jalan, nyasar ditempat orang, dan kelaparan. apalagi saya cuman bawa 25.000 dan 10.000 sudah digunakan untuk ongkos dan sisanya tinggal 15.000. Untuk sekarang yang di pikiran saya bukan bagaimana bisa lolos ujian tetapi bagaimana bisa lolos dari kemudian dan pulang dengan selamat.

Oh iya saya lupa, perkenalkan sahabat saya ini bernama Joel dan Rizal yang satu lagi dia tidak ikut pada saat peristiwa ini. Kemudian lanjut cerita, setelah turun dari kolmini kemudian kami melanjutkan perjalanan sejauh lime kilo meter dipinggir kami ternyata banyak pepohonan besar dan juga sawah. Tidak ada orang yang lewat, bahkan tukang makanan pun juga tidak ada. Setelah perjalanan cukup jauh, kamu bertemu dengan rombongan santri. Entah dari mana dan berasal dari pondokan mana mereka. Kalau dilihat dari penampilannya memang santri. Kemudian kami bergabung dengan mereka, dan tak lama kemudian, mereka menyetop sebuah kol bak untuk mereka naiki. Langsung tak berfikir panjang, kemudian kami langsung naik. Semoga saja kendaraan ini bisa sampai ke sana.

Tak berselang lama, ternyata kolbak tersebut berjalan dengan arah yang berlawanan. Langsung saja kami turun dengan rombongan santri tersebut, takutnya bukannya sampai tujuan, malah nyasar lebih jauh lagi. Otomatis kami langsung saja berjalan kaki kembali.

perjalanan cukup melelahkan, dengan as lapar dan dahaga. Kami berjalan terus menyusuri jalan raya, saya tidak tahu apakah ini sampai tujuan ataukah kita malah nyasar. Saya merasa pesimis ketika perjalanan ini. Kami mencoba untuk menyetop sebuah truk, namun belum ada yang berhasil. Setelah berusaha untuk menyetop beberapa truk lalu gagal, kami berhasil menyetop satu truk, lalu kami menaiki ke atasnya. 

Truk tersebut sepertinya bekas mengangkut pasir karena banyak pasir yang berserakan. Baknya cukup tinggi sehingga kami tidak melihat keluar. Saya mencoba menaiki dipinggiran bak sambil menikmati hembusan udara malam. Tiba saatnya truk itu berhenti, kemudian kami pun turun dari truk itu.

Kemudian kami berjalan lagi untuk melanjutkan perjalanan, seingat saya waktu itu sudah pukul 10 malam lebih. Kami kemudian beristirahat disebuah warung dan meminta air sambil memakan gorengan yang telah dingin, yasudah lah makan seadanya saja, kalau sudah lapar tentunya apapun makanan akan terasa nikmat.

setelah beristirahat di sebuah warung, kemudian kami pun melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki. Kalo gak salah jaraknya tinggal belasan kilometer meter lagi. Tetapi tetap saja perjalanan masih panjang. Ketika kami berjalan cukup lama dan jauh, kami kemudian menyetop kolbak, lalu kamipun diizinkan untuk naik kembali. Kebetulan arahnya sama menuju kota kata sopirnya. Tiba sampai disana, ternyata kita kebablasan dan akhirnya kami pun turun dari kolbak tersebut kemudian kami bertemu dengan tukang ojek, lalu kami pun pergi menuju tujuan dan sampai ditujuan. 

Kami sampai pada pukul tiga pagi dan tidak tahu harus kemana. Kemudian kami berpencar untuk mencari tempat istirahat. Saya berjalan sendiri ke sebuah area perkampungan warga dan kebetulan ada mesjid, lalu sayapun beristirahat di pinggir masjid tersebut, sambil mempelajari ulang untuk ujian besok. Tidak berselang lama teman saya menghampiri aya karena di lokasi yang mereka cari rupanya tidak dan tempat istirahat. Al hasil kita tidur bersama sampai subuh menjelang.

Ketika subuh sudah menjelang, kami pun langsung bergegas untuk shalat shubuh, lalu bersiap-siap untuk mengikuti ujian. Ujian dilakukan disebuah sekolah, saya luma sekolahnya SMKN satu apa namanya. Kemudian saya menemukan kelas ujian saya, lalu ketika ujian tiba saya mengerjakan ujian tersebut dengan tenang, walaupun dengan cara asal-asalan. Setelah ujian tersebut selesai lega rasanya. Saya lapar namu uang saya tidak cukup dan akhirnya teman saya memberikan sepotong buras.

Ketika siang hari menjelang tiba, kemudian saya berencana pulang, hanya saja ongkosnya takut kurang. Kebetulan ada teman saya yang ujian dengan saya di sana memberikan uang untuk ongkos numpang lalu memberitahukan arah kemana saja pulangnya. Lalu saya naik angkot dan menunggu disebuah pertigaan sambil menunggu bis datang lalu bis pun datang dan saya menaikinya. Ini adalah pengalaman yang terduga selama semalam dan sehari. Hari mana saya kita tidak akan bus kembali pulang. Alhamdulillah ternyata saya bisa pulang ke rumah dengan selamat.

Beberapa hari kemudian pengumuman ujian pun telah tiba....... 

Ketika pengumuman telah tiba mengenai kelolosan ujian, saya sangat degdegan dan penasaran"kira-kira lolos tidak yah" ujar dalam hati. Kemudian saya coba cek di hp ternyata susah dan selalu error. Mungkin karen banyak yang membukanya. Akhirnya saya pergi ke warnet untuk mencoba membukanya, saya kira jaringan di warnet itu tidak lemot. Kemudian saya buka, lalu saya masukkan ID saya dan ternyata gagal terus ketika dicoba-coba. Pas beberapa kalinya saya coba, dan ternyata berhasil dan kemudian muncul sebuah tulisan MAAF KAMU BELUM BERHASIL SILAHKAN COBA LAGI!. 

Tentunya disini saya sangat kecewa merasa, perjalanan jauh malam-malam, berusaha menjadi orang baik, rajin sedekah, rajin sholat tahajud, sholat dhuha:  semua dilakukan, bahkan meminta doa orang tua juga sudah dilakukan. Namun apa jadinya jika nasib berkata lain. Seberusaha apapun manusia jika Tuhan tidak berkehendak maka tidak akan terjadi. Lalu saya pulang dan bilang ke orang tua saya, bahwa saya gaga untuk mengikuti ujian. Sebetulnya orang tua saya tidak kecewa ketika saya gagal. Mungkin ini jalannya dimana saya coba jalan terakhir untuk bis kuliah, yakni mengambil yang jalur SPAN-PTKIN. Sebetulnya saya sudah lolos dari jalur ini tinggal menunggu pembayaran UKT saja.

Inilah mungkin kisah saya ketika pernah merasakan kegagalan. Tidak harus sedih, siapa tahu tuhan memberikan jalan yang lebih baik dari ini. Kamu yang misalnya gagal ketika gagal ujian, tetap semangat yahh jangan putus asa. Masih banyak kok jalan yang bisa kamu lakukan. 

Cukup sekian dan terimakasih sudah membaca cerita pengalaman saya..... 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...