Langsung ke konten utama

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

.

Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan

Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan.

(Pixabay.com)
Ilustrasi (Pixabay.com)

Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan yang terakhir ini masih sangat jauh di bawah jumlah pria. Lalu, apa sebenarnya yang menghalangi perempuan untuk menempuh pendidikan yang tinggi?

Rendahnya tingkat kesadaran perempuan mengenai betapa pentingnya pendidikan, tentu hal ini menjadi sesuatu yang patut disayangkan. Merasa hal ini tidak perlu dilakukan, tidak memiliki kewajiban, atau bahkan tidak begitu menginginkan adalah sejumlah alasan yang kerap dilontarkan sehingga wanita kerap mengesampingkan pendidikan. Ini mungkin baru sebagian alasan bagi wanita yang belum berkeluarga. Berbagai alasan lainnya bahkan lebih sering lagi terdengar dari para perempuan yang telah berkeluarga seperti sibuk mengurus anak, suami, dan bahkan mertua. sehingga hal ini menjadi stereotip bagi perempuan mungkin yang dipikirkan adalah untuk apa sekolah atau kuliah lagi kan sudah menikah ini, biar kelak anak-anak saja yang sekolah ibunya tidak usah, tidak perlu kuliah atau sekolah karena tidak akan bekerja juga di kantoran. 

Meskipun begitu, wanita juga harus mengupayakan yang terbaik baik itu untuk dirinya sendiri dan kelak bagi keluarganya nanti, sama halnya dengan para pria. Untuk itu, maka jelas pendidikan yang tinggi sangat penting bagi wanita, sebab ini merupakan sesuatu yang akan dapat mempengaruhi kualitas kehidupan mereka di masa depan kelak. 

Salah satu alasan utama seorang perempuan untuk tidak melanjutkan pendidikannya adalah karena terbenturnya dengan keluarga. Perempuan sering dihadapkan antara dua perkara yakni memilih karir atau berkeluarga. Ketika seorang perempuan lebih memilih untuk berkarir atau melanjutkan pendidikannya maka banyak berpandangan negatif karena usia yang seharusnya pas untuk menikah malah lebih memilih untuk melanjutkan karirnya. Begitu juga sebaliknya wanita yang lebih memilih untuk tidak melanjutkan pendidikannya juga dianggap perempuan gagal atau kurangnya pendidikan.

Sebetulnya tidak ada salahnya memilih salah satunya bahkan jika memilih keduanya juga tidak masalah. Banyak perempuan-perempuan saat ini yang sebetulnya bisa melakukan keduanya tanpa mengabaikan salah satunya hal ini sebetulnya tergantung bagaimana cara mengatur keduanya. 

Gak ada salahnya menjadi ibu Rumah Tangga

Bagi sebagian perempuan, pendidikan seringkali menjadi sebuah hal yang tidak penting dan wajib untuk didapatkan. Stigma seperti ini tentu adalah salah besar, mengingat di dalam kehidupan ini wanita juga memegang peranan yang sangat penting di dalam keluarga. Bekal pendidikan yang memadai tentu akan menjadikan wanita lebih siap dan mampu dalam menghadapi berbagai tantangan, yang pastinya akan membawa kehidupan yang lebih baik. Baik itu untuk dirinya sendiri maupun orang lain di sekitarnya.

Meskipun seorang sebagian perempuan pada akhirnya menjadi ibu rumah tangga, bukan berarti apa yang dilakukan selama mengenyam pendidikan tentunya bukan menjadi hal yang sia-sia, status ibu rumah tangga jangan dijadikan alasan untuk berhenti belajar. Sebab, ibu tetap perlu belajar banyak hal dan enggak bisa hanya mengandalkan naluri dalam mengurus anak. Wanita akan menjadi seorang ibu rumah tangga yang memiliki tanggung jawab besar terhadap perjalanan rumah tangganya. Sehingga pendidikan menjadi sesuatu yang penting. 

Justru tanggung jawab yang besar inilah yang kemudian menjadi sebuah alasan wajib bagi wanita untuk menempuh pendidikan yang tinggi, sebab masa depan rumah tangga akan ada di tangannya. Pria selaku kepala rumah tangga mungkin saja akan menjadi tulang punggung keluarga, namun wanitalah yang pada umumnya menjadi sosok yang serba bisa dan akan menangani berbagai hal lainnya (di luar nafkah) dalam rumah tangga itu sendiri.

Seperti mengurus dan mendidik anak, di mana wanita justru akan berperan lebih banyak dibanding pria. Anak-anak akan tumbuh di tangan seorang wanita, sehingga penting sekali bagi wanita (ibu) yang memiliki anak untuk memiliki sejumlah pengetahuan yang mumpuni dalam mengurus anak-anaknya.

Pendidikan Juga Penting untuk Ibu Rumah Tangga

Seorang perempuan memilih untuk bekerja atau hanya hanya menjadi seorang ibu rumah tangga, tentu kemampuannya harus berkembang dari waktu ke waktu. Wanita yang memiliki pendidikan tinggi akan lebih siap dalam menghadapi semua perkembangan teknologi dan juga informasi. Jika tidak, maka sejumlah kendala mungkin saja akan dihadapinya ketika menjalankan perannya sebagai wanita karier atau bahkan sebagai ibu rumah tangga.

Bukan hanya itu, jika seorang wanita tidak dapat mengimbangi kemajuan teknologi yang terjadi, maka kemungkinan besar ia akan menghadapi kesulitan dalam mengontrol anak-anaknya. Anak-anak akan bertumbuh dan berkembang seiring dengan kemajuan teknologi, tanpa adanya sebuah pengawasan yang tepat dari seorang ibu tentunya anak akan menjadi bebas melakukan apapun, sebab ibunya sendiri juga tidak paham akan semua perkembangan tersebut dengan baik. Jika sudah begini, bukan hanya dirinya sendiri, namun masa depan anak-anak juga tidak akan tertata dengan sebagaimana mestinya. 

Sebagian perempuan juga ada yang memilih untuk keduanya yakni memilih menikah dan melanjutkan pendidikan. Namun Semakin tinggi jenjang pendidikan, semakin besar pulalah tantangan yang menyertainya. Ini menjelaskan mengapa sering kali, meraih gelar magister jauh lebih sulit daripada meraih gelar sarjana. Jika sudah berkeluarga namun tertarik untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang S2? Apa pun universitas atau program studi yang dipilih, yang terpenting bagaimana cara untuk menyeimbangkan komitmen akademis dan tanggung jawab rumah tangga adalah hal yang sulit namun wajib untuk dilakukan.

Tujuan dari Pendidikan untuk Seorang Perempuan

Melanjutkan Pendidikan bukanlah sesuatu yang ditempuh hanya karena tidak memiliki kegiatan lain dalam hidup. Sangat tidak bijak jika seorang perempuan mengorbankan waktu, tenaga, dan biaya tanpa terlebih dahulu menentukan tujuan yang pasti. Bagi yang sudah berumah tangga, tentunya pengorbanan tersebut bahkan bernilai dua kali lipat lebih besar. Oleh karena itu, ketahuilah dengan jelas alasan Anda menempuh melanjutkan pendidikan, dan lakukan penelusuran tambahan mengenai kesempatan berkarier ketika sudah lulus. Ingat, gelar sehebat apa pun tidak lantas menjamin mendapatkan pekerjaan yang bagus. 

Berdiskusi dengan pasangan mengenai tantangan yang menyertai keputusan adalah hal yang wajib untuk dilakukan. Bagi sebagian besar orang yang sudah berkeluarga, melanjutkan pendidikan mengharuskan mereka untuk pindah rumah, keluar dari pekerjaan terdahulu, membuat anggaran baru, menyusun jadwal pengasuhan anak yang baru, dan mengevaluasi kembali pembagian tanggung jawab rumah tangga. Jadi pastikan telah mendiskusikannya terlebih dahulu bersama pasangan.

Ketika kuliah lagi dirasa tidak mampu karena keterbatasan waktu tetapi masih ingin tetap untuk melanjutkan pendidikan sebetulnya ada alternatif lainnya seperti belajar online. Di era digital ini belanja online bukan hal baru, tapi kini para ibu yang ruang dan waktunya terbatas dapat kuliah secara online. Bahkan para ibu rumah tangga juga bisa belajar sambil mengurus anaknya. Karena untuk mengatur kehidupan diri sendiri, mendidik anak, mengatur keuangan, menjalani peran sebagai istri, tentu perlu terus berkembang.

Seorang Ibu rumah tangga tentunya punya banyak kebutuhan, termasuk ilmu di kehidupan yang semakin menantang. Tetapi para seorang ibu rumah tangga tentunya punya keterbatasan waktu dan ruang gerak. Tetapi bukan berarti pasrah begitu saja dan rela jalan di tempat alias tak berkembang.

Kalau butuh gelar, tentu bisa memutuskan untuk mengambil kuliah lagi. Tapi kalau ingin yang lebih praktis, ada kursus atau workshop yang kini banyak sekali pilihannya. Sebenarnya ini bukanlah barang baru. Karena sudah sejak lama orang bisa mengikuti web binar (web seminar), kursus online, atau belajar dari tutorial di YouTube. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...