Langsung ke konten utama

Uang adalah Candu

Saat ini uang menjadi hal yang penting. Apapun aktifitas yang kita lakukan tentunya harus menggunakan uang. Mau beli makan butuh uang, mau beli pakaian butuh uang, mau cari uang pun juga harus pakai uang, segalanya butuh uang.

(Istockphoto.com)

Saat ini uang menjadi prioritas utama di dunia ini. Dengan uang manusia dapat membeli apapun di dunia ini. Kebahagiaan, tahta, kuasa, bahkan pasangan, bahkan harga diri orang lain, semuanya bisa dibeli dengan uang. Dengan uang, kita bisa melakukan Segala hal. Orang yang memiliki banyak uang tentunya akan dipandang hebat oleh orang banyak.

Uang menjadi candu bagi setiap insan, baik laki-laki maupun perempuan, kaya maupun miskin, tua maupun maupun muda, semuanya butuh uang. Mengapa banyak yang kecanduan uang? Karena segala hal di dunia ini butuh dengan uang.


Di dunia ini Manusia mana yang bisa lepas dari uang? Tentunya sulit jika bisa lepas dari uang. Uang adalah motivasi hidup banyak orang, karena untuk apa memang hidup jika tujuannya bukan uang. Tak usah bersembunyi di balik tembok agama, dengan alasan uang tidak dibawa mati dan tidak membawa kebahagiaan padahal dihatinya ada uang. 

Sebuah tanda jika kita menjadi pecandu uang yakni ketergantungan terhadap uang. Seakan-akan manusia tidak bisa hidup tanpa uang. Ketika sudah ketergantungan maka rasa ketamakan mulai muncul dalam diri. Uang yang dimiliki seakan-akan tidak pernah cukup, bahkan sampai ke liang kubur pun tidak akan pernah cukup.

Lebih bahayanya lagi ketika ada orang rela mengorbankan apapun demi uang. Demi uang, banyak orang yang rela mengorbankan keluarga, teman, sahabat, pasangan, bahkan harga diri pun dikorbankan hanya demi mendapatkan uang. 

Banyak rela membunuh teman, saudara bahkan orang tuanya sendiri hany karena uang, banyak yang rela mengorbankan keperawanannya hanya demi uang, banyak yang rela melepas cinta dan kasih sayang hanya demi uang, dan bahkan banyak yang rela melupakan tuhan demi uang. Semuanya demi uang seakan-akan uang bis mewujudkan permintaan, padahal itu adalah hal yang tidak mungkin. 

Uang memang tidak bisa bicara namun bisa berkuasa. Uang memang benda mati namun orang mencarinya setengah mati. Uang memang tidak bisa bergerak, namu bisa merubah kepribadian orang. Uang memang memiliki harga, namun bisa menghilangkan harga diri.

Stigma uang adalah segalanya adalah hal yang salah. Uang menjadi berharga karena ada sistem yang mengatur, tanpa sistem tersebut maka uang hanya selembar kertas kosong.

Meski hidup ini tidak bisa lepas dari uang, bukan berarti uang yang mengatur kita, akan tetapi kitalah yang mengatur uang. Jangan sampai akal dan hati diperbudak oleh uang, karena jika sudah dikendalikan. Maka apa yang kita miliki akan hancur.

Bahagia itu bukan karena uang tetapi karena bersama orang-orang yang tersayang. Jangan sampai kita rela mengorbankan orang yang tersayang hanya demi mengejar uang. gunakan uang sebijak mungkin agar hidup kita bisa bermanfaat bagi diri sendiri dan orang lain.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan tidak Menciptakan Kemiskinan

Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak- hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Lalu apakah kemiskinan itu tuhan sendiri yang menciptakannya atau manusia sendirilah yang menciptakan kemiskinan tersebut. Akan tetapi banyak dari kalangan kita yang sering menyalahkan tuhan, mengenai ketimpangan sosial di dunia ini. Sehingga tuhan dianggap tidak mampu menuntaskan kemiskinan. (Pixabay.com) Jika kita berfikir ulang mengenai kemiskinan yang terjadi dindunia ini. Apakah tuhan memang benar-benar menciptakan sebuah kemiskinan ataukah manusia sendirilah yang sebetulnya menciptakan kemiskinan tersebut. Alangkah lebih baiknya kita semestinya mengevaluasi diri tentang diri kita, apa yang kurang dan apa yang salah karena suatu akibat itu pasti ada sebabnya. Tentunya ada tiga faktor yang menyebabkan kemiskinan itu terjadi, yakni pertama faktor  mindset dan prilaku diri sendiri, dimana yang membuat seseorang...

Pendidikan yang Humanis

Seperti yang kita kenal pendidikan merupakan suatu lembaga atau forum agar manusia menjadi berilmu dan bermanfaat bagi masyarakat. Pendidikan merupakan tolak ukur sebuah kemajuan bangsa. Semakin baik sistem pendidikannya maka semakin baik pula negaranya, semakin buruk sistem pendidikannya semakin buruk pula negara tersebut. Ironisnya di negara ini, pendidikan menjadi sebuah beban bagi para murid. Terlalu banyaknya pelajaran, kurangnya pemerataan, kurangnya fasilitas, dan minimnya tenaga pengajar menjadi PR bagi negara ini. Saat ini pendidikan di negara kita hanyalah sebatas formalitas, yang penting dapat ijazah terus dapat kerja. Seakan-akan kita adalah robot yang di setting dan dibentuk menjadi pekerja pabrik. Selain itu, ilmu-ilmu yang kita pelajari hanya sebatas ilmu hapalan dan logika. Akhlak dan moral dianggap hal yang tebelakang. Memang ada pelajaran agama di sekolah namu hal tersebut tidaklah cukup. Nilai tinggi dianggap orang yang hebat. Persaingan antar sesama pelajar mencipta...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...