Langsung ke konten utama

Pengaruh Kapitalisme Mengubah Standar Kecantikan

Berbicara kecantikan setiap negara, suku, bangsa memiliki kriterianya masing-masing. Tentunya kecantikan di setiap daerah berbeda dengan wilayah lainnya bahkan setiap individu memiliki kriterianya masing masing. 

Namun di era globalisasi dimana pesatnya teknologi dan informasi. Tentunya media di kuasai oleh para pebisnis, dimana media mengubah definisi kecantikan menjadi satu yakni putih, langsing, berambut lurus, bibir merah merona, sorot mata yang tajam, gigi rata dan putih. Tentunya standar ini sering sekali muncul di iklan-iklan media. Tujuannya sebetulnya bukan menjadi cantik sejatinya namun menjual prodak agar laku dipasaran. 

(Pixabay.com)

Kalau orang tua dulu mungkin sering mengkonsumsi jamu-jamuan atau obat tradisional dalam menjaga kecantikannya dan juga mengkonsumsi makanan yang sehat dan alami. Untuk sekarang mungkin kita banyak mengenal berbagai prodak kecantikan, seperti skincare dan make up. Semua itu tentunya memiliki berbagai macam variasi dan fungsi yang berbeda-beda.Fenomena ini tentunya sudah kita ketahui dimana sekarang banyak yang menjual prodak kecantikan. Yang disasar bukan hanya kaum wanita saja, tetapi juga kaum pria. Jika dulu standar kecantikan berkiblat kepada eropa dan amerika, untuk sekarang standar kecantikan berkiblat kepada asia timur.

Jika zaman dahulu untuk mempercantik diri prosesnya lama dan tidak praktis. Berbeda dengan sekarang, perawatan lebih mudah, cepat dan praktis. Tidak perlu menunggu berbulan-bulan cukup  beberapa minggu bahkan beberapa hari saja sudah ada hasilnya. Banyak dari kalangan perempuan tentunya rela mengeluarkan uang banyak demi mendapatkan kecantikan yang diidam-idamkan seperti perawatan ke salon bahkan sampai operasi plastik hanya demi dikagumi orang lain.

Pakaian yang minim dan seksi tentunya menjadi poin lebih untuk menarik perhatian lawan jenis. Pakaian tertutup dianggap kuno tidak mengikuti trend mode saat ini. Padahal fungsi pakaian untuk melindungi diri dari cuaca dan godaan.

Sebetulnya antara penjual dengan konsumen, siapa yang diuntungkan? Tentunya para pengusaha yang menjual prodak dan jasa kecantikan bisa meraih untung lebih banyak. Inilah yang disebut dengan kapitalisme dimana kapitalisme bukan hanya menjual prodak saja namun juga merubah stigma kecantikan. Banyak dari kalangan kita yang menjadi ketergantungan terhadap prodak-prodak yang dipasarkan. Padahal sebetulnya hal itu tidak diperlukan untuk dibeli.

(Pixabay.com)

Fenomena ini tentunya bukan berarti tidak memiliki implikasi. Orang yang tidak memenuhi standar kecantikan, tentunya akan di cap jelek. Sehingga terjadi rasisme antara sesama perempuan. Yang dicap jelek tentunya akan berusaha agar Ia tidak dihina seperti perawatan ke salon bahkan operasi plastik. Terutama bagi kaum perempuan yang secara genetik tidak sesuai standar kecantikan. Hal ini tentunya akan dicap sebagai wanita yang tidak cantik.

Fisik dianggap lebih penting dibandingkan ahlak sehingga banyak dikalangan kita yang memiliki fisik rupawan namun berakhlak buruk. Memiliki wajah cantik dan seksi tentunya dapat mengundang pelecehan dan kekerasan seksual, karena banyak perempuan cantik yang menjadi korban pelecehan dan kekerasan seksual. Walaupun sebetulnya hal ini bukan menjadi faktor utama. 

Banyak dari wanita zaman sekarang kurang menjaga pola makan, pola istirahat dan berolah raga dianggap tidak mempengaruhi kecantikan cukup menggunakan scincare saja sudah cukup menurut mereka. Padahal menjaga kesehatan dalam tubuh juga merupakan bagian dari merawat diri. Memang saat ini perusahaan banyak mengeluarkan banyak obat-obat untuk perawatan tubu, tetapi hal itu tentu saja belum cukup. Bahkan jika obat tersebut sering dikonsumsi, bisa saja menimbulkan kecanduan atau memiliki efek samping.

(Pixabay.com)

Saat ini dunia sudah mulai sadar bahwa cantik itu tidak harus sesuai dengan standar yang ada, tetapi menjadi cantik versi diri sendiri. Tidak perlu membeli banyak prodak kecantikan agar bisa terlihat cantik, cukup mengkonsumsi makanan yang sehat, menjaga pola makan, menjaga pola tidur, olah raga dan menghindari stress. Salin itu menjaga ahlak, berakal cerdas, bermental kuat, kontrol emosi menjadi point utama untuk menjadi wanita cantik yang sejatinya

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...