Seperti yang kita kenal pendidikan merupakan suatu lembaga atau forum agar manusia menjadi berilmu dan bermanfaat bagi masyarakat. Pendidikan merupakan tolak ukur sebuah kemajuan bangsa. Semakin baik sistem pendidikannya maka semakin baik pula negaranya, semakin buruk sistem pendidikannya semakin buruk pula negara tersebut.
Ironisnya di negara ini, pendidikan menjadi sebuah beban bagi para murid. Terlalu banyaknya pelajaran, kurangnya pemerataan, kurangnya fasilitas, dan minimnya tenaga pengajar menjadi PR bagi negara ini. Saat ini pendidikan di negara kita hanyalah sebatas formalitas, yang penting dapat ijazah terus dapat kerja. Seakan-akan kita adalah robot yang di setting dan dibentuk menjadi pekerja pabrik.
Selain itu, ilmu-ilmu yang kita pelajari hanya sebatas ilmu hapalan dan logika. Akhlak dan moral dianggap hal yang tebelakang. Memang ada pelajaran agama di sekolah namu hal tersebut tidaklah cukup. Nilai tinggi dianggap orang yang hebat. Persaingan antar sesama pelajar menciptakan rasa egoisme. Saling membanding-bandingkan antara si bodoh dan si pintar.
Ilmu-ilmu yang kita pelajari selama di dunia pendidikan semestinya tidak memisahkan antara ilmu-ilmu umum dengan unsur moralitas dan humanis. Karena jika memisahkannya dari ilmu kemanusiaan, maka ilmu-ilmu yang dipelajari hanya menjadi musuh-musuh bagi kaum yang tertindas merusak dan mementingkan diri sendiri.
(Pixabay.com) |
Ilmu kemanusian tentunya tidak hanya di pelajari dan disimpan dalam otak saja, tetapi lebih dari itu ilmu kemanusiaan harus disadari, diresapi, dirasa, lalu dipraktikkan. Sebetulnya ilmu kemanusiaan ini tidaklah sesulit mempelajari ilmu-ilmu yang lainnya. Kita juga perlu sadar akan nilai, etika, dan moral. Kita perlu sadar akan nilai, etika, dan moral karena ilmu kemanusian belajar untuk bersikap empati antar sesama tanpa ada tujuan politis.
Penerapan dalam dunia pendidikan dirasa sangat penting untuk dihidupkan kembali terutama bagi tenaga pengejar. Seorang guru semestinya bukan hanya memberi tugas dan transfer ilmu seakan-akan tanggung jawa guru hanya sebatas itu. Selain tanggung jawab mengajar seorang guru semestinya punya tanggung jawab moral, yakni membina muridnya menjadi manusia yang berbudi pekerti. Seorang guru semestinya menilai seorang murid bukan hanya dari segi angka tetapi juga prilaku dan etikanya, karena banyak generasi sekarang yang pintar namun minim akhlak.
Memang generasi banyak yang pintar dan cerdas, akan tetapi mengapa tidak menjadikan negara ini maju. Karena tanpa ada rasa empati dan rasa solidaritas, generasi muda hanya menjadi beban bangsa dan justru membawa kehancuran.
Indonesia semestinya tidak mengadopsi ajaran barat, karena tidak cocok dengan karakter bangsa. Jika adapun maka harus dipilih-pilih mana yang sesuai. Memang barat seperti eropa dan amerika bisa maju dengan pola pikirnya yang bebas tanpa memikirkan etika dan moralitas. Memang saat ini negara eropa dan amerika adalah negara yang maju dan jaya namun belum tentu dapat bertahan lama.
Negara ini sebetulnya memiliki ciri pendidikan yang khasnya tersendiri, yakni menjunjung tinggi agama, moral, harmonisasi, solidaritas, bertekad kuat, toleransi, dan berbudaya. Semua itu tentunya adalah hal yang perlu dipertahankan dan dijaga dari generasi ke generasi. Sedari kecil pendidikan seharusnya bukan diajarkan logika dan hapalan, namun harus diajarkan etika dan moral terlebih dahulu. Menanam kan rasa empati dan rasa solidaritas sedari kecil akan menjadikan manusia yang hebat dimasa yang akan datang.
Komentar
Posting Komentar