Ulul al-bab secara bahasa berasal dari dua kata: ulu dan al-albab. Ulu berarti ‘yang mempunyai’, sedang al albab mempunyai beragam arti. Kata ulul al-bab muncul sebanyak 16 kali dalam Alquran. Dalam terjemahan Indonesia, arti yang paling sering digunakan adalah ‘akal’. Karenanya, ulul al-bab sering dimaknai dengan ‘yang memiliki akal’ atau ‘orang yang berakal’. Al-al-bab berbentuk jama dan berasal dari al-bab. Bentuk jamak ini mengindikasikan bahwa ulul albab adalah orang yang memiliki otak itelektual yang tajam.
Bukan cuma hanya formalitas selaku kelulusan belaka, namun pula selaku wadah buat membentuk kepribadian pemida yang pintar, kreatif, berinterintegritas, serta dapat mengerti hendak problematika sosial. Hingga dari itu, negeri ini harus serius dalam mendidik generasi mudanya secara lahir batin sehingga sanggup membentuk kepribadian insan ulul al-bab pada sosok- sosok pemuda yang meniadi harapan bangsa. Sebab di tangan pemudalah masa depan suatu bangsa.
Agar dapat melahirkan generasi muslim ulul al-bab kita butuh memahami pesan-pesan dalam Al- Qur’ an. Untuk mejadi pemuda yang ulul albab kita wajib tetap melaksanakan Ta’ abbud, Tafakkur serta Tadabbur, Tadzakku’ l dan Tawadhu’.
Pertama, Ta’ abbud. Maksudnya selaku seseorang pemuda kita wajib senantiasa memegang teguh komitmen dalam memajukan bangsa ini pastinya perlu komitmen yang kokoh. Memegang prinsip- prinsip pancasila serta keislaman ialah kunci utama dalam memajukan bangsa ini. Melindungi iman kita dari bermacam cobaan
serta godaan ialah perihal yang berarti untuk pemuda dikala ini, sebab kedepannya tantangan terus menjadi berat serta susah. Mengalami tantangan ke depan, bangsa Indonesia wajib waspada serta siap dalam mengalami masa globalisasi semacam di bidang ekonomi, setelah itu ancaman bahaya laten terorisme, komunisme serta fundamentalisme. Komitmen yang kokoh hendak menghasilkan bangsa yang adil serta beradab. Jadi pemuda berkomitmen, tidak hendak gampang untuk dikendalikan oleh orang lain serta senantiasa setia terhadap bangsa ini.
Kedua, Tafakkur serta Tadabbur. Maksudnya seorang wajib senantiasa melaksanakan rihlah al-ilmi, proses pencarian ilmu secara terus menerus dengan memfungsikan ide benak. Belajar bukan cuma hanya mengerjakan tugas saja serta pada dikala jenjang pembelajaran saja. Namun lebih dari itu belajar ialah proses pencarian buat memperbarui serta memajukan negeri ini. Kemajuan ilmu pengetahuan merupakan pilar sesuatu bangsa. Negeri yang maju dikala ini merupakan hasil perjuangan dari apa yang sudah mereka jalani ialah memahami teknologi. Di era yang serba globalisasi serta terus menjadi kompetitif ini tidak terdapat jalur lain buat mundur. Cuma terdapat metode ialah dengan menghadapinya, sehingga seluruh bidang. Indonesia butuh menciptakan sumber energi manusia yang dapat menciptakan karya inovasi ataupun penelitian-penelitan baru. Jadi seorang ulil al-bab harus bisa melampaui sekat bangsa sehingga tumpuan Indonesia dikala ini dapat ke para generasi muda. Ilmu pengetahuan yang tumbuh dikala ini sudah mengganti dunia sehingga karya tersebut dapat memberikan manfaat untuk masyarakat luas.
Ketiga, Tadzakkur. Ialah senantiasa berdzikir mengingat Allah SWT serta ciptaan-Nya, apalagi lebih dari itu menelusuri rahasia( hikmah) yang tercantum dalam tiap permasalahan serta peristiwa yang diciptakan oleh Allah. Berdzikir bukan cuma hanya mengucapkan kata lafadz talil tetapi lebih dari itu berdzikir sanggup menguasai serta mengambil pelajaran atas apapun yang diberikan Allah pada mereka, memikirkan apa yang lagi terjalin dikala ini serta kedepannya. Seluruh apa yang diciptakan oleh Allah di alam ini bukan sekedar cuma buat dimanfaatkan saja namun pula buat direnungi serta disyukuri. Mengingat kalau apa yang Allah bagikan terhadap kemerdekaan ini pantas lah disyukuri dimana memperjuangkan kemerdekaan ini bukan cuma berakhir pada dikala 17 Agustus 1945 namun pula hingga detik ini kita wajib memperjuangakan kemerdekaan ini.
Keempat, Tawadhu’. Ialah orang yang senantiasa berlagak serta berperilaku rendah hati, tidak takabur dengan ilmunya, serta senantiasa berjaga- jaga dalam berperan. Selaku individu yang berkarakter ulul al-bab manusia dituntut buat sanggup mengatur hawa nafsunya. Pad saat ini banyak orang pintar tetapi hendak terus menjadi sombong pula dia. Bukan terus menjadi menunduk tetapi malah terus menjadi mendongak. la dzolim dengan keilmuannya. la pakai kepintarannya buat suatu yang dilarang agama. Dengan kepintarannya dia sanggup mananipulasi keuangan buat kepentingan pribadinya( korupsi). Dengan kepintarannya dia memanipulasi kebijakan, sehingga menguntungkan sebagian kalangan. Ide serta kepintarannya cuma difungsikan kearah suatu yang negatif, baik secara terbuka ataupun terselubung. Perihal itu malah bukan ialah kepribadian orang yang berakal bagi Al-Qur’an, yang diucap dengan sebutan ulul albab. Dalam Al-Qur’ an Insan yang berkarakter ulul albab merupakan wujud yang sanggup menahan hawa nafsunya dari suatu yang haram yang menguntungkan dirinya. Perihal yang sangat utama jadi pemuda yang ulul al-bab merupakan dapat menahan rasa nafsunya.
Jadi pemuda yang ulul albab ialah suatu perihal yang berarti buat dicoba untuk pemuda masa saat ini. Tadabbur, tafakkur, tadzakkur serta tawaddu ialah perihal yang wajib terdapat dalam diri pemuda yang ulil al-bab. Hingga dari itu, Kemajuan sesuatu bangsa itu bergantung dari mutu para pemudanya. Menjadikan para pemuda bangsa ini buat jadi pemuda yang ulul al-bab hendak menghasilkan bangsa yang adil serta beradab. Bangsa yang adil serta beradab mempunyai makna kalau manusia Indonesia sepatutnya diakui serta diperlakukan cocok dengan harkat serta martabatnya sebagai mahluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa, yang memliki derajat yang sama, memiliki hak serta kewajiban yang sama, tanpa membeda-bedakan agama, suku, ras, serta generasi.
Komentar
Posting Komentar