Langsung ke konten utama

Bicara Tentang Kehidupan

Ini adalah cara pandangku mengenai dunia luar. Maksud dunia luar itu adah mengenai tempat-tempat hiburan seperti kafe, tempat wisata, bioskop, mall dan semacamnya. Saya pribadi heran sih mengapa orang banyak menghabiskan waktu dan uang di tempat tempat tersenut hany untuk mendapatkan sebuah kesenangan dan kenikmatan.

Ketika mereka di sana, ada yang sedang pacaran, ada yang sama teman dan ada yang hany datang sendirian saja. Saya mungkin tidak suka ke sana karen memang sih say ini adalah orang yang introvert dimana lebih senang melakukan banyak hal di dalam kamar. Memang kalo menurut ekstrover di dalam kamar seharian penuh adalah hal yang membosankan, apalagi tidak yang chat atau video call.

Prinsip saya keluar rumah hanya untuk pergi berbelanja, cari makan, sholat, ngaji, olah raga, belajar atau rapat. Jarang saya pergi keluar hanya untuk nongkrong-nongkrong saja, karena menurut saja nongkrong itu tidak bermanfaat. Apa yang dibicarakan itu tidak ada yang progres hanya cuman omong kosong belaka.

(Pixabay.com)

Pergi keluar menurutku adalah hal yang membosankan, siklusnya seperti itu-itu saja. Keluar rumah habi itu lelah lalu pulang istirahat, keluar lagi lalu pulang lagi dan seperti itu lah tiap haris. Sebetulnya yang dipermasalahkan bukan dunia luarnya sih tetapi lebih tepatnya mengenai kebermanfaatan kita dalam beraktifitas.

Semua orang pasti akan senang jika bisa punya banyak uang terus menghabiskannya, berbelanja apapun yang diinginkan oleh nafsu dan pada akhirnya hanya penyesalan yang hadir. Kemudian berusaha menghasilkan uang lalu dihabiskan lagi. pergi ke restoran atau cafe makan sambil nongkrong-nongkrong terus main hp lalu pulang. Tidak ada kebermanfaatannya sama sekali, pola seperti itu tidak ada gunanya, hanya menghabiskan usia saja setelah tua menyesal. Maka dari itu, jangan sia-siakan hidup kita dengan sesuatu yang tidak berguna.

Seharusnya dalam hidup ini jangan hanya menikmati sesuatu, tetapi bisa menghasilkan sesuatu. Menghasilkan sesuatu tentunya lebih menyenangkan bukan. Setidaknya ketika belum bisa menghasilkan sesuatu bisa memanfaatkan waktu dengan baik. Seperti misalnya melakukan olahraga, berorganisasi, merencanakan masa depan, pola hidup sehat, membaca, ikut kajian dan masih banyak hal positif lainnya. Tentunya hal tersebut jauh lebih bermanfaat bukan.

Meningkatkan skill agar bisa bermanfaat bagi orang banyak serta bisa menghasilkan sesuatu adalah nilai tambah. Jika kita melakukan itu semua, ketika tua hidup menjadi lebih berarti, kita tidak menyesal karena sudah banyak melakukan hal yang positif. Hidup ini memang singkat, jadi manfaatkanlah sebaik mungkin.

Buat yang masih muda, sadar diri lah secepat mungkin. Jangan beralasan mumpung masih muda. Ingat!! Waktu itu tidak terasa, tiba-tiba sudah punya anak dan sudah punya cucu. Apa yang kita lakukan hari ini akan menentukan di hari esok. Memang kita tidak tahu hari esok itu seperti apa, tetapi setidaknya kita bisa mempersiapkannya sedini mungkin.

Ketika diakhirat kita pasti akan diminta pertanggungjawaban kita di hadapan tuhan, mengenai waktu kita. Jika kita tidak memanfaat kan waktu sebaik mungkin, lalu apa kah kita bisa mempertanggung jawabkan diakhirat kelak. Jangankan mempertanggungjawabkan, sekedar menjawab saja sulit kayanya.

Hidup ini seperti sebuah supermarket, kamu bebas membeli apapun tetapi kamu hanya diberi satu keranjang, berarti apa yang ada didalam keranjang itu harus diisi dengan barang-barang yang bermanfaat, untuk mempersiapkan perjalanan jauh. Jika barang-barang yang dibeli adalah barang yang berguna diperjalanan maka kita bisa nyaman sampai di tujuan, jika tidak maka celaka sudah nasib di perjalanan.

Seperti itu lah perumpamaan hidup, kita memanfaatkan hidup ini untuk persiapan diakhirat yang kekal.

x

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...