Langsung ke konten utama

Percepatan Adaptasi

saat ini dimana di era serba canggih ini tentunya selalu mendorong masyarakat untuk terus berubah dan terus berubah. entah perubahan itu dari perubahan sistem sosial, teknologi maupun budaya. kita mungkin sangat merasakan perubahan-perubahan yang terjadi saat ini. jika kita bandingkan dengan 10 tahun yang lalu atau bahkan satu tahunan yang lalu pasti akan ada banyak perubahan.

percepatan ini tentu harus diimbangi dengan adaptasi masyarakat. tanpa adanya kemampuan adaptasi masyarakat maka perkembangan zaman pun juga akan terlambat pula. memang kita tidak bisa bersantai-santai untuk menikmati sebuah zaman karena ketika terlalu santai maka tentunya akan kalah dengan masyarakat yang sudah siap beradaptasi. hidup saat ini bukanlah hidup yang bersalingan namun bersaingan. artinya baik antar negara, antar masyarakat bahkan antar individu harus bisa bersaing satu sama lain.

Saat ini manusia hebat bukanlah apa kelaminya, dari keluarga apa dari daerah mana karena saat ini memang background seseorang tidak terlalu penting. Saat ini yang terpenting kemampuan apa yang dimiliki, setinggi apa pendidikannya dan seberapa banyak pengalamannya memang ini adalah sesuatu yang adil yang mana manusia dilihat dari kemampuannya. Jika masyarakat menilai sesuatu dari latar belakangnya berarti ia masyarakat yang terbelakang dan sulit untuk maju.

Percepatan teknologi ini membuat masyarakat menjadi masyarakat yang pragmatis dimana ia lebih mementingkan hasil ketimbang prosesnya. Namun ini memang adalah sebuah pilihan jika ingin cepat tentu hasilnya cepat dan juga cepat menghilang dan jika prosesnya lama tentu hasil yang didapat juga akan bertahan lama. Kita memang tidak bisa memprediksi baik satu tahun kedepan atau 10 tahun kedepan kira-kira apa yang akan terjadi. Semuanya serba cepat dan serba praktis dan serba dimudahkan.

Percepatan ini memang disisi lain menyajikan sebuah kemudahan namun disisi lain juga memunculkan kemudharatan. Seperti dikatakan sebelumnya dimana masyarakat saat ini lebih memilih sesuatu hasil yang cepat. Dibalik hasil yang cepat tentu hasilnya juga akan cepat habis. Semisal masyarakat lebih memilih makanan cepat saji karena murah, enak dan praktis namun di sisi lain semakin mengkonsumsi makanan instan tentu akan berdampak pada kesehatan diri kita. Karena jelas seperti yang kita ketahui makanan saat ini cepat tumbuh karena dorongan bahan-bahan zat kimia sehingga wajar saja dibalik percepatan ini tentunya menghasilkan sesuatu yang tidak baik seperti berkurangnya kesehatan misalnya.

Percepatan ini rupanya memang tidak diimbangi kemampuan alamiyah manusia. dimana manusia dipaksa melompati waktu untuk mendapatkan sebuah hasil. Pelompatan waktu yang tak imbangi dengan kondisi lubuh yang alamiyah yang memiliki kemampuan yang lambat, sehingga pada akhirnya ini terjadi gesekan waktu. Secara singkatnya sesuatu yang sifatnya alamiah tidak mampu mengikuti percepatan teknologi. Misalnya seperti tadi dimana tanaman yang berbuah hanya setahun sekali lalu dipaksa untuk tumbuh 3 kali dalam setahun. Hingga pada akhirnya ini terjadi pelompatan waktu dan kemudian terjadi gesekan antara waktu alamiah dengan waktu reaksi kimia. Dampaknya tentu bisa kita rasakan dimana pereaksi tadi juga pada masyarakat yang mengkonsumsinya.

Memang wajar saja usia manusia saat ini semakin lama semakin memendek. Seperti lamanya waktu bekerja, konsumsi makanan serba instan, kondisi alam yang rusak, apalagi ditambah dengan beban pikiran dimana keempat faktor ini membuat kondisi alamiah manusia terkikis dan semakin lama semakin berkurang yang membuat usia semakin berkurang. percepatan adaptasi ini memang rupanya adalah sesuatu yang merusak dimana kemampuan alamiah dipaksa untuk melampaui durasi waktu. Jika dibiarkan begitu saja maka tidak menutup kemungkinan usia manusia semakin lama semakin memendek. Mau tidak mau manusia memang harus memutar otak untuk bagaimana ia bisa menghadapi percepatan adaptasi ini. Entah itu bisa dengan cara memperlambatnya atau kemampuan diri yang perlu ditambah namun tanpa ada resiko di dalamnya.

 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...