Langsung ke konten utama

Berhala Akademik

Terkadang kita masih bertanya-tanya mengenai apa sih gunanya kuliah dan apa untungnya karena ujung-ujungnya pekerjaan pun juga tidak tergantung atau sesuai dengan jurusan. Jika memang seperti ini lantas apa gunanya kuliah, lebih baik buat kelas khusus pelatihan saja khusus untuk persiapan bekerja dan itu tentu tidak membutuhkan waktu yang lama. Karena berlama-lama di sebuah perguruan inting nyatanya tidak membuahkan hasil. Kuliah hanya mengumpulkan tugas lalu diberi nilai dan entah jika nilai kita A apakah layak untuk didapatkan.

Tidak hanya mahasiswanya saja namun dosen-dosennya pun juga entah ia tidak jelas sebenarnya apa yang diajarkan. Disuruh mengumpulkan tugas yang tidak kita pahami dan tidak jelas instruksinya. Entah sebenarnya apa yang ada dipikiran seorang dosen apakah ia benar-benar ingin mengajari kita atau ia hanya sekedar formalitas sebagai dosen saja. Mungkin dosen ia saat ini mengajar merupakan mahasiswa yang dulu dimana ia diajarkan atau diberi tugas yang ia tidak pahami kemudian ia ajarkan lagi ke mahasiswa lagi dan seperti itulah ilmu yang dipelajari dimana ia hanyalah sekedar estafet ilmu tanpa ada perubahan atau bahkan nalar kritis.

Belajar di perkuliahan itu memang terasa bias rasanya. Dikira hanya sekolah saja yang bisa dimana semua pelajaran dipelajari namun ternyata di masa perkuliahan pun juga bisa. Mengapa bias, karena jelas-jelas kuliah itu tidak jelas, dimana antara apa yang dipelajari dengan realitas nyatanya berbanding terbalik. Jika seperti ini permasalahannya lantas apakah lebih baik membubarkan perguruan tinggi saja lalu menggantinya dengan yang lebih praktis tanpa ada teori atau penelitian yang terlalu basa-basi.

Sebenarnya kita harus tahu terlebih dahulu apa itu kuliah, apa manfaatnya, apa gunanya dan semacamnya. Sebenarnya tujuan kuliah itu baik hanya saja entah mengapa semakin kesini sistem meakin bias atau tidak jelas yang mana semua keilmuan saat ini sudah mulai pudar ruhnya. Ilmu pengetahuan saat ini hanyalah sekedar untuk mengejar nilai bagi para mahasiswa, sedangkan untuk para dosen hanyalah untuk mengejar kepangkatan saja. Mereka berdua sama saja yakni sama-sama bukan mengejar pengetahuan apalagi untuk penghidupan namun hanya sekedar untuk formalitas demi terselesainya tugas.

Pengetahuan-pengetahuan saat ini sudah mulai bias atau pudar maknanya ia hanyalah sebuah tulisan copy paste yang diambil dari penelitian terdahulu. Memang dasar otak-otak bloon yang mana ia terlihat seperti intelektual namun ia hanya seorang pembual. Katanya manusia modern namun malas berpikir ke depan mereka hanyalah manusia pragmatis yang mengejar sebuah pangkat atau nilai yang fana.

Pangkat dan nilai sebenarnya itu barang apa? Mengapa para akademisi mengejar itu semua? Mereka lupa bahwa hakikatnya sebagai intelektual itu bagaimana merumuskan sebuah ilmu pengetahuan yang tentu maslahat bagi banyak orang. Tidak hanya menjadi sebuah formalitas saja tetapi memang bertanggung jawab atas status yang ia miliki. Jika dunia akademisi seperti ini terus menerus lama kelamaan ia hanyalah menjadi sebuah benda tanpa memiliki nilai fungsi. Ia hanyalah menjadi sebuah barang pajangan, dimana sebuah barang yang dikagumi banyak orang diagung-agungkan banyak orang namun sebenarnya ia tidak bisa berbuat apa-apa mungkin ini mirip seperti sebuah berhala. Mungkin bisa jadi dunia akademisi saat ini menjadi sebuah berhala yang disembah-sembah oleh banyak orang. Tujuannya meminta bukan karena berhala tersebut memiliki kekuatan magis akan tetapi ia meminta demi sebuah pengharapan yang mana ia ingin sebuah kekayaan dan kejayaan.

Tidak peduli apa kampusnya, tidak peduli jurusannya apa, tidak peduli apa yang ia pelajari dan kerjakan bahkan ia tidak peduli jika ia adalah seorang mahasiswa atau dosen karena ia tidak memiliki rasa ketidakpedulian. Jika ia tidak memiliki rasa ketidakpedulian tentunya ia tidak akan memiliki rasa tanggung jawab. Yang ia lakukan hanyalah melakukan sesuatu tanpa dasar pemikiran yang jelas, apa yang di otaknya hanyalah “yang penting mengerjakan”.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...