Langsung ke konten utama

Haruskah Kita Mengikuti Sebuah Peradaban

Sebuah perkembangan dan perubahan zaman adalah sesuatu hal yang lumrah dan mungkin tidak dapat untuk dihindari. Setiap masa setiap zaman tentu memiliki ciri khasnya masing-masing baik dari segi budaya, pemikiran, ilmu pengetahuan, jiwa, sosial, arsitektur, teknologi dan semacamnya. Bahkan setiap daerah pun memiliki peradabannya masing masing. Meski berada pada waktu yang sama tetapi tidak pada ruang yang sama sehingga menghasilkan sesuatu hal yang berbeda begitu juga dengan sebaliknya. Memang sebuah peradaban bukanlah hal yang perlu dihindari karena itu pasti akan terjadi, namun setiap orang memiliki penerimaan zaman yang berbeda-beda.

Jika bicara tentang sebuah peradaban, apakah kita sebagai manusia yang tidak memiliki daya intervensi yang kuat hanya bisa pasrah menghadapi perubahan. Seakan mengikuti ikuti perkembangan zaman adalah hal yang hebat padahal tidak demikian itu hanyalah penyesuaian dengan kuasa yang lebih kuat. Sebuah agama katanya dikatakan modern jika Ia mengikuti perkembangan zaman. Namun tetap saja sebuah perkembangan itu harus dilihat juga sisi baik buruknya dimana tentu setiap agama memiliki sebuah nilai di dalamnya. Sebuah nilai adalah sesuatu hal yang fundamental akan tetapi nilai fundamental itu tentu haruslah fleksibel agar bisa mengikuti perkembangan zaman.

Semakin kesini perkembangan zaman sebetulnya bukan semakin beragam namun semakin seragam. Dimana ini ditandai dengan media sosial yang mana hampir setiap negara itu memilikinya dan orang menggunakannya. banyak yang akhirnya sebuah budaya hilang akibat budaya baru yang manabudaya itu menghegemoni budaya lain hingga akhirnya lenyap. Ia seperti sebuah monster yang melahap satu persatu hingga akhirnya menyisakan dirinya saja.

Mengikuti perkembangan zaman merupakan memang adalah selemah-lemahnya kehidupan dan mengikuti perkembangan zaman itu sama saja bahwa budaya lain adalah benar dan kita salah. Karena orang yang mengikuti perkembangan zaman tidak memiliki intervensi lebih, Ia hanya bisa mengikuti bukan merubah. Memang ini adalah sebuah pemaksaan yang halus untuk melemahkan kelompok yang kuat. Sebuah transformasi tanpa nalar kritis maka inilah akibatnya dimana hanya menjadi manusia yang ikut-ikutan saja. ia seakan memiliki kuasa padahal ia hanyalah seekor kambing yang terus digiring entah tahu harus kemana.

Mengikuti sebuah perkembangan setidaknya naik level yakni harus adanya nalar kritis di dalamnya dimana tidak hanya sekedar mengikuti tetapi memang memahami secara mendalam mengikuti tentang apa yang diikutinya. Ini seperti sebuah balapan yang mana pada awalnya ia berada pada urutan terakhir tetapi setahap demi setahap ia menyusul dan akhirnya memimpin.

Memang tidak ada yang memiliki kuasa penuh atas perubahan, akan tetapi saling mempengaruhi antara satu dengan yang lain bahkan pada yang sebelumnya. Ada kelompok yang memiliki kekuatan lebih dibandingkan yang lainnya. Seorang yang populer, pebisnis, maupun politisi memiliki kekuatan besar dalam menghegemoni dan idealitas mereka bisa diwujudkan di dunia. Namun bagi kaum lemah yang tidak memiliki pengaruh kuat meski ia benar ia hanya bisa mengikuti yang salah dan inilah yang berbahaya dimana kekuasaan dan pengaruh itu dikuasai oleh orang yang zalim ia hanya melakukan sesuatu demi kepentingannya sendiri.

Jadi, kalau kita pikir-pikir ulang kembali tentang sebuah peradaban apakah kita hanya menjadi penonton saja lalu hanya mengikuti perkembangan saja tanpa melakukan hal apapun. Setidaknya jika belum bisa melakukan suatu perubahan maka jadilah orang yang bernalar, ia bisa mengikuti perubahan namun tidak begitu saja terbawa arus peradaban. Haruslah menjadi seorang yang bisa memilih mana yang harus diikuti dan yang tidak memang ini perlu latihan, belajar dan selalu ragu akan sesuatu hal yang baru atau bisa disebut skeptis.

Dulu agama yang menghegemoni, namun sekarang sains lah yang menghegemoni, kemudian saat ini keduanya saling menghegemoni. Hingga pada akhirnya menemukan sebuah sintesa baru yakni perpaduan antara dua hal yang berbeda atau bahkan bertentangan.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan tidak Menciptakan Kemiskinan

Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak- hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Lalu apakah kemiskinan itu tuhan sendiri yang menciptakannya atau manusia sendirilah yang menciptakan kemiskinan tersebut. Akan tetapi banyak dari kalangan kita yang sering menyalahkan tuhan, mengenai ketimpangan sosial di dunia ini. Sehingga tuhan dianggap tidak mampu menuntaskan kemiskinan. (Pixabay.com) Jika kita berfikir ulang mengenai kemiskinan yang terjadi dindunia ini. Apakah tuhan memang benar-benar menciptakan sebuah kemiskinan ataukah manusia sendirilah yang sebetulnya menciptakan kemiskinan tersebut. Alangkah lebih baiknya kita semestinya mengevaluasi diri tentang diri kita, apa yang kurang dan apa yang salah karena suatu akibat itu pasti ada sebabnya. Tentunya ada tiga faktor yang menyebabkan kemiskinan itu terjadi, yakni pertama faktor  mindset dan prilaku diri sendiri, dimana yang membuat seseorang...

Pendidikan yang Humanis

Seperti yang kita kenal pendidikan merupakan suatu lembaga atau forum agar manusia menjadi berilmu dan bermanfaat bagi masyarakat. Pendidikan merupakan tolak ukur sebuah kemajuan bangsa. Semakin baik sistem pendidikannya maka semakin baik pula negaranya, semakin buruk sistem pendidikannya semakin buruk pula negara tersebut. Ironisnya di negara ini, pendidikan menjadi sebuah beban bagi para murid. Terlalu banyaknya pelajaran, kurangnya pemerataan, kurangnya fasilitas, dan minimnya tenaga pengajar menjadi PR bagi negara ini. Saat ini pendidikan di negara kita hanyalah sebatas formalitas, yang penting dapat ijazah terus dapat kerja. Seakan-akan kita adalah robot yang di setting dan dibentuk menjadi pekerja pabrik. Selain itu, ilmu-ilmu yang kita pelajari hanya sebatas ilmu hapalan dan logika. Akhlak dan moral dianggap hal yang tebelakang. Memang ada pelajaran agama di sekolah namu hal tersebut tidaklah cukup. Nilai tinggi dianggap orang yang hebat. Persaingan antar sesama pelajar mencipta...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...