Sebagian orang mungkin sering mengalami overthinking yang membuatnya selalu khawatir akan sesuatu hal. Jika kita pahami secara mendalam mengenai fenomena tersebut, sebenarnya ini ada sebuah kontradiksi antara idealitas dan realitas.
Sesuatu hal yang mudah dapat menjadi sulit karena idealitasnya dalam memahami sesuatu terlalu menganggap bahwa itu adalah sesuatu hal yang sulit untuk dilakukan. Ide ini muncul dari sebuah praduga dalam memahami sesuatu hal yang akan terjadi dikemudian hari dimana prediksi masa depan hanyalah dua yakni gagal atau berhasil. Namun bagi yang berpikiran negatif selalu menganggap bahwa ia yakin akan mengalami sebuah kegagalan, karena berdasarkan analisisnya ia mengukur diri dengan ujian itu berbeda jauh.
Takut pada sesuatu adalah wajar, namun jika berlebihan tentu tidaklah baik. Masa depan yang bias memang sulit untuk diprediksi jadi alangkah baiknya memang tidak meyakini sesuatu yang belum pasti.
Antara realitas dengan idealitas memang selalu mengalami kontradiksi. Manusia memang lebih didominasi oleh identitasnya karena idealitas ini tidak terbatas oleh ruang dan waktu. Bahkan sebuah ide dapat melampaui realitas itu sendiri. Seperti sebuah prediksi masa depan misalnya itu tentunya muncul dari sebuah ide yang mana itu muncul dari pengalaman sebelumnya. Jika melakukan seperti ini maka akan terjadi seperti itu begitulah dimana akal kita meyakini bahwa ketika kita melakukan satu hal maka kejadian yang akan datang juga akan sama demikian. Dan seperti itulah masyarakat bagaimana memahami sebuah fenomena yang belum muncul atau sang samar-samar.
Namun tetap saja bahwa sepintar apapun manusia, secanggih apapun alatnya, seberapa banyak apapun keahliannya maka tetap saja sebuah masa depan itu tidak dapat diprediksi secara akurat.
Hal ini tentu akan menciptakan sebuah kontradiksi antara ide dengan realita. Ketika sebuah ide tidak sesuai dengan realita maka ini tentunya akan membuat dirinya kecewa dan frustasi. Secara mudahnya ide yang meyakini bahwa dimasa depan akan sesuai dengan pikirannya namun hal tersebut belum tentu dan ketika terjadi justru tidak sesuai harapan.
Baik overthinking maupun ekspektasi yang terlalu tinggi meski yang satu negatif dan yang satu positif namun mereka memiliki satu ciri yang sama yakni berlebihan dalam memandang sesuatu yang belum terjadi. Seakan-akan apa yang ada dalam pikiran ide itu akan benar-benar terjadi padahal tidak demikian.
Antara ide dengan realitas tentu akan selalu mengalami kontradiksi dan itu adalah hal yang wajar karena memang ide itu memang sebuah nalar berpikir bebas dimana bahkan ia tidak membutuhkan ruang dan waktu atau sesuatu yang sudah terjadi. namun tetap saja itu tidaklah cukup karena jika bicara realitas tentu akan ada banyak faktor dan variabel yang akan mempengaruhinya.
Mungkin jika prediksinya adalah A sementara realitasnya B ini tentu adalah sesuatu yang kontradiktif. Akan tetapi perlu juga untuk dianalisis mengapa terjadi kontradiksi. Hal ini tentunya karena realitas akan selalu memberikan permasalahan baru atau faktor baru yang muncul dan belum tentu orang bisa mengetahuinya atau memahaminya.
Faktor x yang mana hal itu diluar nalar ide bisa saja masuk menjadi sebab kontradiksi. Dimana ini tentu bukanlah sesuatu hal yang buruk namun ini bila dipandang dalam perspektif sains adalah sebuah pengetahuan baru. Sebuah pengetahuan baru biasanya muncul dari sebuah masalah atau kontradiksi. Dan ini secara positifnya tentu akan membuat manusia terus berpacu agar selalu belajar hal-hal baru. Hingga akhirnya saat ini memang banyak bermunculan pengetahuan baru, teknologi baru atau gagasan baru karena ada banyak kontradiksi yang sering terjadi.
Kontradiksi antara idealitas dengan realitas sesungguhnya telah menciptakan sebuah perubahan. Idealitas muncul dari realitas yang ada dan kemudian muncul pikiran dimana ada sesuatu hal yang perlu diubah sedangkan rasionalitas mengajarkan dalam sebuah perubahan tentu harus melihat kondisi realitas. Keduanya pasti saling berbenturan namun dari benturan tersebut akan selalu memunculkan perpaduan antara keduanya.
Keduanya tidak saling mengalahkan akan tetapi saling mencocokkan diri. Bagi yang paham tentu ini tidak akan menjadi problem justru malah menghasilkan banyak peluang. Sementara bagi yang tak paham justru ini menjadi malapetaka. Perspektif diri tentu berperan penting dalam hal keduanya.
x
Komentar
Posting Komentar