Di dunia ini siapa sih yang tidak memiliki masalah. Baik ia adalah manusia sekaya apapun pasti setiap orang memiliki masalah pribadinya masing-masing. Masalah bukan berarti sesuatu hal yang buruk juga. Terkadang masalah bisa menjadi ilmu dan membuat kita menjadi lebih kuat. Masalah adalah sebuah pengalaman dan pengalaman adalah guru yang terbaik dan itu berarti masalah itu bisa disebut juga guru. Dimana ia sama sepertu guru yang kita kenal yang sering sekali memberikan masalah pada diri kita.
Kita mungkin sering jengkel dengan hal-hal tersebut, karena siapa sih yang ingin punya masalah dimana masalah yang terlintas dalam pikiran kita merupakan sesuatu hal yang membuat pikiran kita negatif.
Khususnya masalah pribadi, mengapa orang zaman sekarang itu begitu hiperbolis pada satu persoalan kecil. Manusia-manusia yang jarang menghadapi masalah atau sering menghindar dari masalah mereka adalah manusia yang lemah. Sedikit masalah yang Ia hadapi pasti ia langsung stress dan mentalnya pun langsung hancur. Sisi negatif dari sebuah kesejahteraan dimana ia tidak bisa survive pada sebuah permasalahan.
Atau di sisi lain masalahnya itu terasa besar karena Ia tidak meminta bantuan pada orang lain. Manusia saat ini terlalu memendam masalahnya hingga pada akhirnya justru malah semakin rumit untuk diselesaikan. Hingga pada akhirnya banyak yang tumbang bahkan bunuh diri karena Ia tidak sanggup menyelesaikan persoalannya.
Jika kondisinya seperti ini, lalu bagaimana menyelesaikan problematika sosial yang justru ini lebih rumit dari permasalahan pribadi. Sebenarnya banyak yang tahu mengenai persoalan sosial masa kini. Hal ini dibuktikan dengan banyaknya yang berkomentar mengenai sebuah peristiwa sosial. Meski sebetulnya banyak yang sok tahu dan hanya mengundang keributan saja.
Pada intinya banyak yang tahu namun mereka acuh pada permasalahan sosial. Alasannya karena merasa Ia tidak memiliki daya untuk melakukan perubahan sosial atau menyelesaikan sebuah permasalahan. Ia berpikir bahwa masalah diri pun juga belum selesai sehingga Ia menutup geraknya pada permasalahan sosial. Manusia saat ini hanya bisa adu bacot saja namun jika disuruh gerak ia lembek seperti kerupuk terkena air. Jadi bisa dikatakan bahwa hiraukan saja orang yang berkomentar meski peda sekalipun dan terlihat masuk akal namun coba orang tersebut balas saja dengan apakah saran mu itu sudah dilaksanakan atau tidak. Jika tidak dilaksanakan maka pertanyakan tentang ocehannya itu.
Namun jika semua manusia seperti ini tabiatnya lantas siapa yang mengurusi permasalahan sosial. Hany bisa berkomentar sana sini namun disuruh gerak malah malas. Jika tidak ada sama sekali yang perduli justru ini menjadi masalah baru untuk diri pribadi.
Sebuah masalah pribadi itu tentu tidak akan pernah selesai-selesainya bahkan sampai matipun juga tidak kan pernah selesai. Mau tidak mau memang manusia harus dihadapkan pada dua persoalan yakni persoalan sosial dan pribadi. Bagi yang bermental kuat tentu persoalan individu adalah persoalan sepele dan Ia bisa beranjak menuju persoalan sosial.
Sebenarnya apa yang mesti kita dahulukan apakah persoalan pribadi atau persoalan sosial. Tentu lebih baiknya adalah selesaikan persoalan sosial terlebih dahulu karena persoalan sosial sebetulnya persoalan individu juga apapun itu pasti akan terhubungan.
Memang kita jarang menghubungkan sebuah persoalan pribadi dengan sosial. Jika kita kaitkan saja misalnya persoalan mengenai dehidrasi cuaca pana hari ini sebetulnya apakah itu adalah problem pribadi jangan-jangan itu problem sosial. Bosa saja kan itu ad hubungannya dengan problem sosial. Lalu kemudian jika kita pikir-pikir berarti problem pribadi adalah problem sosial juga hingga bisa ditarik kesimpulan bahwa ketika problem sosial itu terselesaikan maka problem pribadi oun juga ikut terselesaikan namun setidaknya setengahnya terselesaikan.
Inilah yang menjadi penyebabnya yang mana kita tidak menghubungkan permasalahan pribadi dengan permasalah sosial. Sehingga kita menganggap bahwa jika ingin menyelesaikan persoalan sosial maka pribadinya dulu lah yang diselesaikan. Padahal ini logika yang terbalik karena jika memperbaiki hal kecil-kecil saja sebenarnya itu tidak mengobati hanya meredakan saja. Jadi bisa dikatakan percuma saja, buktinya banyak yang masalahnya tidak henti-henti karena Ia tidak tahu akar masalahnya. Akar masalahnya atau hulunya itu jika kita perhatikan tentu berada pad persoalan sosial yang mana ini tentu permasalahan yang jika dikumpulkan sebenarnya kita memiliki permasalahan sama dengan orang lain. jika kita mengalami permasalahan yang sama apa salahnya menyelesaikan permasalahan pribadi secara bersama-sama. Bukankah manusia tabiatnya saling membantu lalu mengapa manusia saat ini sibuk dengan persoalan pribadinya masing-masing.
Komentar
Posting Komentar