Salah satu tabiat manusia yakni manusia memiliki idealitasnya masing-masing. Tidak peduli seperti apa bentuk realitas yang ada tetap saja manusia itu tetap memiliki idealitas.
Idealitas ini memang seperti sebuah khayalan impian yang mungkin itu adalah sebuah keinginan yang konyol. Sebuah idealitas itu muncul dari realitas yang asa ia merasa mungkin ada yang ingin ia ubah karen ada sesuatu yang tidak proporsional.
Bedanya manusia dengan makhluk lainnya yakni adalah ide. Ide yang mana ia adalah hasrat keinginan atau cara pandang dunia yang mestinya sesuai dengan akan pikirannya. Ide pun juga sebetulnya bisa berubah seiring dengan realitas yang ada. Namun realitas pun berubah karena idealitas yang merubahnya.
Kita asumsikan bahwa dunia ini tentu tidak berubah secara alamiah. Dimana ada tangan-tangan manusia yang merubahnya. Terutama dunia sosial yang jelas-jelas itu adalah struktur yang diciptakan oleh manusia dan tentu dibuat dan terus berubah-ubah. Bahkan alam bisa berubah karena idealitasnya manusia.
Tindakan atau tujuan politis tentu didasari oleh idelitasnya sendiri Ia bisa berasal dari kondisi sosial, hubungan sosial, penerimaan sosial, maupun sesuatu yang mempengaruhi sebuah pikiran kemudian menjadi sebuah satu keyakinan yang harus diwujudkan.
Namun tetap saja tidak semua ide manusia itu bisa diwujudkan. Tidak hanya rasionalitasnya saja akan tetapi butuh yang namanya power dan penerus untuk mempengaruhi banyak orang. Bahkan ide yang tidak rasional pun bisa menjadi sebuah kebenaran jika itu mendominasi banyak orang.
Hegemoni merupakan sesuatu hal yang wajar di dunia ini. Di orang-orang yang memiliki tingkat idealitas yang rendah akan mengikuti idealitas yang mendominasi. Keinginan, cita-cita, harapan, gaya hidup apapun itu adalah sesuatu yang muncul dari hegemoni. Kita tidak pernah mempertanyakan mengapa tujuan kita adalah hal demikian. Jika dirasionalitaskan, mungkin kita akan berubah pikiran dan berganti haluan.
Hegemoni sebenarnya tidak mesti dalam luang lingkup besar akan tetapi Ia bisa berada ruang lingkup kecil bahkan antara dua orang pun juga bisa. Dimana salah satu dari dua orang tersebut ada yang dominan dan yang mengintervensi serta yang satunya hanya mengikuti saja. Skema ini memang seperti skema kepemimpinan namun yang membedakan hegemoni ini tidak mesti jadi pemimpin yang terpenting Ia bisa mempengaruhi pikirannya orang lain yang seakan-akan pikirannya adalah sebuah kebenaran yang mutlak, sehingga Ia harus menyebarkannya kepada banyak orang.
Jika kita memahami satu orang saja dan mengidentifikasinya pasti dari satu individu memiliki kesamaan dengan individu-indvidu lainnya namun jika semakin mengkrucut maka akan sedikit orang yang memiliki kesamaan pemikiran. Itu lah dimana sebuah hegemoni muncul yang man Ia adalah sebuah pengaruh kesadaran yang berlapis-lapis.
Dalam satu pikiran manusia itu tentu terdapat banyak hegemoni-hegemoni tidak hanya satu saja. Yang menghegemoni itu bisa negara, guru, orang tua, teman dan lainnya dimana tentu hegemoni itu harus ada koneksi pad diri kita. Meski seorang penggagas telah mati namun gagasannya hidup maka Ia masih bisa menghegemoni.
Sebuah hegemoni baru itu muncul dari hegemoni lama dan seseorang yang menghegemoni itu sebelumnya sudah terhegemoni. Ini seperti sebuah transfer pikiran dan sekaligus transformasi pikiran.
Saat ini manusia mungkin sulit untuk dipahami sesuatu yang terkotakkan. Karakter manusia saat ini dengan dulu itu berbeda dimana saat ini memang yang menonjol bahwa manusia semakin kesini semakin memiliki karakter khasnya masing-masing hingga bisa dikatakan setiap karakter memiliki individu yang unik meski sebetulnya tidak sepenuhnya.
Alasan lain juga dimana manusia itu saat ini semakin lama semakin bebas dan gambaran dunia semakin bervariasi walaupun saya ragu bahwa sebetulnya budaya bukannya semakin beragam justru malah semkin seragam. Namun ini tetap dipahami lebih detail lagi. Alasan lain yang mana sebuah hegemoni tentu tidak mesti dilakukan oleh orang yang berpengaruh dalam politik akan tetapi media sosial pun memiliki pengaruh tak kalah hebat bahkan politik dan hukum bisa saja terlemahkan oleh hal tersebut. sehingga masyarakat biasa pun dapat mempengaruhi orang lain.
Kita lihat saja manusia lebih percaya media sosial ketimbang politik atau aturan hukum yang berbicara. Sehingga para pembesar itu pun jika ingin menghegemoni orang lain maka Ia pun harus bertransformasi juga ke cara lain. Namun ini menjadi sesuatu yang dilematis dimana di sisi lain bebas memilih namun disisi lain menjadi sesuatu hal yang membingungkan.
Komentar
Posting Komentar