Langsung ke konten utama

Batas-batas kebebasan dan Pelampauan Hasrat

Berbicara tentang kebebasan entah apa lagi yang harus dibahas mengenai sebuah kebebasan. Ketika membahas sebuah kebebasan pada akhirnya hanya menonjolkan subjektifitas setiap orang. Ya memang seperti itulah kebebasan dimana setiap orang bebas menyatakan pendapatnya. Tetapi kebebasan yang dianut pada setiap individu justru hanya menciptakan ketidak bebasan. Jadi bisa dikatakan sebuah kebebasan dapat menciptakan sebuah ketidak bebasan.

Bagaimana hal tersebut bisa terjadi bukankah kebebasan itu harusnya membebaskan. Iya memang bisa dilakukan jika setiap manusia memiliki satu dunianya sendiri, sementara kita hidup di satu dunia dengan dengan berbagai macam manusia yang mana tentu setiap manusia itu menginginkan sebuah kebebasan. Dari pikiran setiap individu yang ingin bebas itu secara tidak sadar justru ia menjadi egois dan pada akhirnya ia merenggut kebebasan orang lain.

Sebenarnya tidak ada yang namanya sebuah kebebasan karena ketika kebebasan itu diwujudkan justru hanya akan ada pertarungan bebas di dalamnya. Sehingga memang sebenarnya kita tidak perlu sebuah kebebasan yang perlu untuk diwujudkan adalah kesiangan atau harmonisasi hubungan.

Kita tahu bahwa sebebas-bebas diri kita tetap saja masih membutuhkan orang lain. Kita mungkin bebas memilih pakaian, memilih makanan , memilih hiburan namun tetap saja hal tersebut tentu harus ada yang menciptakannya. Tanpa adanya yang menciptakan barang tersebut apakah kita bisa dikatakan bebas milih, nyatanya memang benar bahwa meski kita ingin bebas tetap saja kita membutuhkan orang lain.

Bebas tanpa adanya sebuah pilihan hanyalah sebuah ketiadaan dan bebas sebebasnya pun juga adalah sebuah ketiadaan. Sehingga memang benar bahwa bebas itu tetaplah harus ada batasannya. Tidak bisa kita menciptakan kebebasan dari satu pendapat orang saja tentu harus ada keterlibatan banyak orang untuk menciptakan aturan dimana menganai apa yang bebas dan apa yang tidak bebas.

Namun memang sulit rasanya merumuskan suatu aturan yang disepakati oleh semua orang. Karena seperti dibilang tadi pikiran bebas manusia hanya mementingkan dirinya sendiri. Coba saja banyak yang menganggap bahwa kebebasan itu adalah mementingkan kepentingan orang banyak pasti kebebasan itu akan terwujud.

Iya memang benar bahwa kebebasan itu artinya melepaskan diri dari ego diri. Diri yang egois sebenarnya diri yang tidak membebaskan, selama manusia mementingkan egonya pribadi maka kebebasan itu tidak akan pernah terwujud. Jika seperti ini jadinya apakah sebuah kebebasan adalah sebuah kemustahilan karena tidak mungkin manusia tidak mementingkan dirinya ketimbang orang lain. Dan memang aneh rasanya jika kehidupan itu tanpa ada hasrat.

Ya memang kebebasan pun juga tanpa ada hasrat iya tidak memiliki keinginan terhadap sesuatu. Selama manusia menginginkan sesuatu maka ia tidak bebas karena ketika ia menginginkan sesuatu maka Ia tidak bebas dan terikat pada keinginan tersebut.

Jadi pada intinya kebebasan itu tidak ada yang ada adalah bagaimana menciptakan sebuah harmonisasi hubungan sosial. Dalam mewujudkan harmonisasi sosial ini tentu manusia harus tau batasan. Dari mulai batasan alam, batasan sosial, batasan ekonomi baru batasan diri. dari yang terdekat saja yakni batasan ekonomi dimana sebuah hasrat pada diri tentu tidak boleh melampaui batasan ekonomi seperti misalnya dalam menginginkan sesuatu tentu ia harus sadar diri mengenai kebutuhan mana yang penting dan tidak . semisal iya hanya pekerja yang gaji 3 juta namun ia menginginkan liburan keluar negeri tentu ini melanggar batasan ekonomi. Hingga pada akhirnya justru ia hancur dan miskin akibat kesalahannya sendiri. Orang yang berekonomi terbatas tentu bukan berarti tidak boleh memenuhi hasratnya namun tetap saja harus mengukur batasan ekonomi. Bukankah hasrat itu bisa direndahkan dan menyesuaikan kebutuhan ekonomi diri. jadi pada intinya hasrat itu juga harus mengukur ekonomi.

Lalu kemudian jika ekonominya baik dan memiliki harta yang berlimpah apakah boleh melakukan sesuatu sesukanya. Tentu disini juga ada batasan lainnya yakni batasan sosial dimana ia tetap boleh bersenang-senang asalkan ia tidak merusak tatanan sosial. Semisal ia memiliki banyak uang namun uangnya untuk menyewa PSK tentu hal ini adalah sesuatu hal yang tidak baik, karena hubungan seks bebas adalah sesuatu yang melanggar aturan sosial yang mana aturan sosial ini pasti akan dikaitkan dengan aturan moral juga. Hal seperti ini juga akan merusak tatanan sosial yang mana mengubah hakikat manusia itu sendiri yakni adanya hubungan pernikahan. Dengan adanya PSK ini tentu ini akan merubah hubungan tersebut sehingga menganggap bahwa untuk apa menikah jika bisa membeli PSK. Dan ini juga berdampak sekali pada perempuan yang mana ia menjadi termarjinalisasi dalam tatanan sosial. Perempuan mestinya dianggap sebagai manusia namun karena ia menjadi PSK sehingga ia tidak berbeda jauh seperti barang jualan dan ia bisa dibeli seenaknya.

Maka dari itu ekonomi pun juga harus dibatasi dengan batasan sosial. Sebenarnya masih banyak lagi contoh lainnya ketika ekonomi melewati batasan sosial dimana seperti yang kita ketahui seperti kapitalisme misalnya yang menjadi ideologi saat ini tentu ideologi ini melampaui batasan sosial hanya demi ekonomi dan kemudian hasrat pun pada akhirnya melampaui batas ekonomi bahkan sosial. Ketika melampaui batas ini tentunya akan merusak tatanan sosial dan ekonomi dan bahkan batasan alam.

Dimana alam ini merupakan batasan yang paling atas yakni alam. Kita lihat saja banyak kerusakan dimuka bumi ini akibat dari hasrat manusia itu sendiri. Pada awalnya ia menerobos batasan ekonomi kemudian menembus batas sosial hingga akhirnya menembus batasan alam. Hal ini tentunya akan merusak semua sektor ketika alam itu dirusak. Coba saja jika kita perhatikan sektor apa yang tidak berhubungan dengan alam. Apakah game atau media sosial misalnya apakah tidak berhubungan dengan alam? Tentu Saja iya karena kita tahu bahwa software tentu tidak akan pernah ada jika tanpa hardwarenya dan hardware ini diciptakan pasti dari alam dari mulai batre, layar, kabel bahkan listrik itu semuanya dari alam.

Namun sayangnya memang dunia saat ini seperti inilah jadinya dimana manusia saat ini semakin lama semakin tidak tahu batasan dan selalu menembus batasan yang sudah ada. Hal ini tentu karena hasrat manusia yang tak tahu batasan hingga pada akhirnya hasratnya justru akan merusak dirinya sendiri. Memang kita harus berhati-hati soal hasrat ini karena jika tidak manusia hanya akan diperbudak olehnya dan hancur olehnya. Bukan berarti manusia tidak boleh memiliki hasrat namun alangkah baiknya hasrat ini tidak menabrak tatasan ekonomi, sosial bahkan alam jika perlu justru hasrat ini harusnya terharmonisasi oleh semua itu. Jadi, mau sampai kapan kita terus-terusan merusak hanya demi pemenuhan hasrat yang bejat itu bukankah kita tidak hidup sendirian di muka bumi ini dan yang pastinya setiap perbuatan kita pasti akan ada tanggung jawabnya.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...