Langsung ke konten utama

Sejarah Singkat Marcuse

Marcuse kalau dalam sejarah filsafat termasuk filsafat kontemporer termasuk generasi teori kritis. Generasi teori kritis itu mengembangkan ajaran-ajarannya karl marx, akan tetapi tidak seperti Mao atau Lennin. Bagi mereka kalau hanya mengikuti Karl Marx 100 persen maka saman tidak operasional.

Di zaman Karl Marx relasinya juragan dengan buruh. Tetapi hari ini berbeda, situasinya sudah lebih kompleks. Maka dalam menerjemahkan gagasan-gagasan Karl Marx tidak bisa begitu saja diaplikasikan termasuk bagian-bagian keras. Seperti revolusi ploretar atau diktator ploretariat. 


Jadi orang-orang kecil itu setelah menguasai situasi dia diizinkan menjadi diktator itulah membuat penerjemahannya adi berdarah-darah. Maka tokoh Marcuse dan kawan-kawannya ini diambil kesadaran pembebasannya kemudian diaplikasikan dan disesuaikan dengan situasi kontemporer. Maka lahirlah teori kritis. 

Marcuse ini berasal dari Jerman meski akhir hidupnya indah ke Amerika. Dari riwayat hidupnya, Ia masuk wajib militer hanya saja tidak ikut berperang. Tetapi ketika pulang, menjadi profesor filsafat. 

Gagasan-gagasannya luar biasa seperti salah satunya tentang kritiknya tentang modernitas dari buku "one dimensional man". Dia memiliki beberapa buku master piece termasuk eros and civilization. 

Marcuse ini pernah menikah sebanyak tiga kali, yang pertama dengan ahli matematika, yang kedua dengan mantan istri suaminya, yang ketiga dengan mahasiswi pasca sarjana yang selisihnya 40 tahun. Anaknya sudah menjadi professor yakni professor Emiritus, kelahiran 1898 meninggalnya 1979.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...