Menurut gramci ada masalah dengan analisis deteminisme ekonomi. Analisis Marx terhadap dunia sosial itu sifatnya deterministik. Deterministik itu bicara tentang takdir sebab akibat yang sudah ditentukan. Pasti nanti ploretar itu memberontak, karena dia disengsarakan terus, kemudian borjuis runtuh begitu ploretar menang ada fase diktator semacam balas dendam atau menjaga biar yang borjuis tidak kembali lagi setelah itu kembali pada masyarakat komunis. Masyarakat yang tentram sama rata sama rasa segala milik semua untuk kesenangan bersama. Menurut Marx ini pasti terjadi tidak mungkin tidak itu namanya deterministik.
Apakah kapitalisme itu untung atau rugi, dua-duanya akan terjadi. Kalau kapitalisme untung nanti alat-alat produksi semakin modern, buruhnya kemudian diganti oleh mesin, akhirnya banyak menganggur ketika menganggur daya belinya jatuh, produsennya juga akan rugi karena tidak ada yang beli, lama kelamaan kapitalisme akan hancur. Itu menurut Karl Marx.
Menurut Gramci tidak seperti itu proses dunia manusia itu tidak bisa kalau modelnya deterministik karena yang dihadapi adalah manusia. Begitu dia merasa terancam maka akan mencari strategi lain. Kelompok kapitalis juga seperti itu, begitu terancam maka akan mencari jalan agar Ia tidak runtuh. Memang ada istilah yang mengatakan roda itu akan berputar kadang di atas kadang dibawah tetapi ada kalanya macet, kalau pas macet yang dibawah maka akan dibawah terus itu yang memiliki kuasa biasanya berupaya agar kendaraannya macet itu yang disebut status quo. Karena begitu kendaraannya macet yang posisinya atas teru dan yang di bawah di bawah terus. Jadi ramalan deterministiknya Karl Marx tidak berlaku.
Kapitalis juga melakukan penyesuaian-penyesuaian agar tetap dominan. Maka tidak bisa hanya melihat ekonomi saja, ada banyak fakto-faktor lain yang juga nanti pasti dimainkan. Dalam rangkan dominan posisinya di dunia ekonominya kalau itu kelompok kapitalis.
Jadi, Kalau Marx itu perjuangan revolusi itu pasti katanya Gramci belum tentu. Nanti kapitalis itu akan berkoalisi negara dan melakukan kompromi-kompromi, karen ketika lahir negara strukturnya sudah berubah banyak kalau sebelumnya borjuis ploretar itu melanjutkan tradisi feodalisme kelompok bangsawan dengan rakyat biasa. Sekarang mainnya berganti yang dihadapi adalah negara, ada kompromi-komprominya, itu yang belum diperhitungkan oleh Karl Marx menurut Gramci.
Nanti bertemulah oleh Gramci satu situasi yang mungkin situasi yang belum dibayangkan oleh Karl Marx yakni hegemoni. Hegemoni yang tidak hanya bersifat politis tetapi mainnya di dunia budaya. Jadi bertemulah kunci masalahnya oleh Gramci ada problem hegemoni.
Komentar
Posting Komentar