Langsung ke konten utama

Kita Hanya Jadi Bahan Pembicaraan orang lain

Manusia merupakan makhluk sosial yang mana dalam hidupnya selalu berhubungan dan membutuhkan orang lain. Diantara saling keterikatan, baik ikatan sosial wilayah maupun kerja maka akan membuat sebuah hubungan. Dimana meski hubungannya terlihat sama yakni satu wilayah atau satu profesi, akan tetapi hubungan antara individu pasti memiliki perbedaan-perbedaan yang beragam. Setiap hubungan sosial khususnya antara individu dengan individu lainnya pasti akan ada keeratan yang berbeda pula. Semakin dekat suatu hubungan sosial maka semakin tahu tentang orang tersebut. 

Dalam hubungan sosial kita sering mengagendakan hal tersebut dengan cara berbincang-bincang. Entah itu yang diperbincangkan seperti masalah pekerjaan, hiburan, berita terkini maupun lainnya yang mana itu bisa menjadi ajang saling bertukar informasi. Meski kini banyak yang menggunakan sosial, akan tetapi berbincang secara langsung jauh lebih berasa. 



Adapun sisi negatif dari manusia yakni manusia senang membicarakan orang lain entah itu kebaikannya ataupun keburukannya. Biasanya manusia akan membicarakan orang lain ketika orang itu tidak ada di sebuah forum. Hal ini dilakukan agar orang apa yang diperbincangkan menjadi lebih leluasa dan tidak diintervensi atau mendapatkan sebuah penolakan. 

Tabiat manusia secara umum memang lah seperti itu, dimana suatu pembicaraan atau pembahasan haruslah membicarakan orang yang Ia kenal. Ada beberapa sebab mengapa banyak orang yang membicarakan orang lain, yakni: pertama, karena ini sebagai ajang berbagi informasi mengenai orang yang diperbincangkan. Biasanya antara satu dengan lainnya pasti memiliki pengetahuan yang sama mengenai orang yang dikenal. Apalagi dalam sebuah forum ketika membicarakan orang tersebut sudah faham betul mengenainya. 

Kedua, menyatukan persepsi. Meski memang manusia memiliki pengetahuan yang sama akan tetapi setiap individu pasti memiliki cara pandangnya masing-masing. Apalagi jika menemukan informasi terbaru yang belum diketahui maka tentu hal ini akan jauh lebih menarik jika diperbincangkan dan pada akhirnya akan menemukan persepsi yang sama. 

Ketiga, sebagai sebuah hiburan. Membicarakan keburukan atau kebaikan orang lain mungkin bisa saja menjadi sebuah hiburan. Hiburan tentunya tidak hanya sesuatu yang bersifat estetik namun juga informasi yang belum diketahui. Tabiat manusia memang penasaran terhadap sesuatu yang belum diketahui. Apalagi keumuman manusia yang senang mencari informasi tentang manusia lainnya meski hanya sebagai bahan hiburan. 

Memang seperti itulah hidup. Ketika kita dikenal orang, maka kita sebetulnya hanyalah menjadi bahan perbincangan banyak orang. Semakin kita dikenal orang lain, maka semakin kita banyak dijadikan sebagai bahan perbincangan. Apalagi jika orang tersebut banyak menonjolkan diri di depan publik dan memiliki berbagai macam informasi yang mana mungkin itu menjadi fakta-fakta unik. 

Sebenarnya apakah ini merupakan sesuatu yang buruk?

Mungkin bisa saja Iya, karena bagaimanapun sebuah informasi tentunya haruslah bersifat fakta. Tidak hanya dijadikan sebuah hiburan apalagi hal tersebut mengada-ngada agar disukai banyak orang. Terus selain itu justru pembicaraan tersebut malah membuat akal kita justru semakin lama semakin tidak tajam dan kritis, karena seringnya mendengarkan pembicaraan yang mengada-ngada. 

Sadar atau tidak hal tersebut (gosip) tentu saja sesuatu yang tidak berguna dan buang-buang waktu saja. Jika tujuannya untuk menjadi sebuah keeratan dan mencari sebuah hiburan, maka sebetulnya ada opsi lain yang lebih berguna dan bermanfaat. 

Sebuah perjalanan hidup itu tergantung dari apa yang kita pikirkan, dan sesuatu yang kita pikirkan itu tergantung apa yang kita dengar. Sehingga bisa dikatakan bahwa semakin banyak kita mendengar sesuatu hal yang tidak berguna maka semakin hidup kita pun tidak berguna. Alur perjalanan hidup hal tersebut tergantung informasi apa yang kita dapatkan selama ini. Dan itu saja tentunya tidak cukup,  tentunya harus dengan pengelolaan dan penalaran yang kritis dan analitis. 

Jangan sampai kita mudah untuk menelan info-info yang tidak benar dari orang lain. Karena informasi yang tidak benar cenderung provokatif dan bisa saja kita diperalat untuk kepentingan orang lain. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...