Manusia yakni kita semuanya satu dimensi, ini cirinya manusia satu dimensi:
1. Administrasi total
Untuk mempertahankan status quo segalanya diatur jadi apa-apa harus ada pedomannya ada rumusannya. Begitu segala hal sudah diatur, kreatifitas gak terkurung karena mau kemanapun ada pagarnya.
2. Bahasa fungsional
Bahasa fungsional ini ada pendefinisian-pendefinisian ulang sesuai fungsi yang diinginkan. Misalnya penggusuran jadi penertiban, menaikan harga menjadi penyesuaian harga, itu bahasa fungsional. Jadi, ada definisi operasional yang dibuat sesuai kepentingan status quo. Pancasila versi orde baru dengan versi orde lama dengan reformasi tentu saja berbeda dalam mendefinisikannya dan memahaminya tentu sesuai dengan kepentingan masing-masing.
3. Sering kali terjadi pengabaian sejarah.
Sejarah-sejarah tertentu sengaja dikonstruksi sesuai kepentingan yang memiliki kuasa. Kuasa ini tidak hanya pemerintah, karena kekuasaan itu di levelnya masing-masing mungkin sampai level desa itu kan semua memiliki kuasa. Kadang-kadang demi visinya kekuasaan itu sejarah-sejarah tertentu diabaikan bila perlu dihapus. Biar orang tidak terjebak dalam sejarah kemudian mengkritisi visi yang dibangun.
4. Kebutuhan Palsu
Biasanya diciptakan kebutuhan-kebutuhan palsu yang sebenarnya kita tidak terlalu butuh itu tetapi orang yang memiliki kuasa sengaja menciptakan itu. Dinarasikan disosialisasikan sehingga kita merasa kita butuh. Hari ini di medsos banyak sekali provokasi-provokasi, propaganda-propaganda yang kita tidak sadar seolah-olah kita akhirnya butuh sesuatu padahal mungkin tidak. Mungkin kita memang dikondisikan agar kita terus menjadi butuh. Jadi, harus berhati-hati dan jangan terlalu percaya dengan media karena di balik itu ada banyak narasi-narasi yang bermain.
5. Imperium citra
Hari ini orang baik tidak penting, yang penting itu terlihat baik. Daripada baik namun tidak terlihat baik. Proyek agar orang agar terkesan. Itu yang terjadi di mana-mana, seperti ingin dicitrakan dengan mahasiswa cerdas terus di posting macam-macam padahal tidak demikian karena hanya copy paste saja. Tidak hanya di level masyarakat biasa tetapi sampai ke pejabat juga begitu. Jadi tidak cukup orang berbuat baik yang lebih penting lagi bagaimana orang tahu kamu berbuat baik. Tidak penting jatuh cinta sungguhan atau tidak tetapi yang terpenting tunjukanlah seolah-orang cinta padanya. Kalau tidak ada bukti kongkritnya tentu orang tidak percaya.
Komentar
Posting Komentar