Langsung ke konten utama

Dari Mata Menjadi Buah Bibir

Sebuah pembicaraan atau obrolan merupakan aktivitas yang sering dilakukan oleh banyak orang . Hal ini dilakukan memang manusia itu senang mengeluarkan pendapatnya dan senang mencari sebuah informasi. Sebuah informasi memang dikatakan sesuatu yang lebih penting ketimbang hal lainnya karena tanpa sebuah informasi aktivitas penting seperti makan, mandi, tidur dan semacamnya mungkin secara naluriah manusia sudah tahu, akan tetapi tentu manusia tidak tidak cukup hidup di level naluriah saja. Sebuah informasi tentu saja akan membuat wawasan yang mendasar jauh lebih berkembang lagi.

Maka dari itu sebuah obrolan memang lah penting bagi manusia selain untuk membangun relasi juga membangun diri kita. Sebuah pembicaraan itu muncul tidak lain berasal dari sebuah fenomena yang ada dikelola dalam pikiran sehingga menciptakan sebuah ide dan akhirnya disampaikan oleh banyak orang. Keunikan manusia ini terletak pada bagaimana ia memahami sesuatu dan memiliki tingkatannya masing-masing.

Dari proses melihat sampai membicarakan itu sebenarnya bukan sesuatu yang bisa ditarik secara lurus akan tetapi pasti ada intervensi, ditambahkan, lika-liku yang mana itu telah merubah narasi awal menjadi narasi yang baru. bahkan mungkin suatu fenomena yang dilihat bisa menjadi lebih jelas dan terang atau bahkan bisa menjadi sesuatu yang bias atau bahkan bisa saja itu dimanipulasi. Yang jelas apa yang dipikirkan dan dibicarakan itu tidak mungkin bisa sama persis seperti narasi awal.

Namun kebanyakan obralan sebenarnya banyak yang pada akhirnya itu menjadi sesuatu yang kabur dibandingkan dengan narasi awal dan bahkan apa yang dilihat dengan apa yang dipikirkan dengan apa yang disampaikan ke orang lain itu bisa saja berbeda. Jadi bisa dikatakan kita sering membicarakan sesuatu yang bias atau kabur yang mana seringkali kita memahaminya adalah sesuatu yang dianggap jelas dan benar. Semisal obrolan tetangga yang membicarakan janda yang ditinggalkan oleh suaminya yang mana banyak orang yang pasti beranggapan bahwa ia akan selingkuh dan berbuat yang tidak-tidak. Kemudian orang-orang yang berpikiran seperti itu membicarakan hal tersebut dengan narasi berlebihan dan respon orang yang mendengarkannya yang mana hal tersebut dianggap benar. Sehingga pada akhirnya cara pandang dan cara memahami orang terhadap orang lain akibat dari sebuah obrolan telah merubah narasi pikirannya yang awalnya ia hanyalah seorang janda kalau menjadi janda yang tidak baik.

Mengenai obrolan ini memang terdengar seperti ini adalah sesuatu hal yang biasa saja. Namun jika telaah secara kritis tentu ini menjadi sesuatu hal yang penting untuk dikaji. Sikap, pribadi, tindakan, keputusan, karakter dan lain semacamnya itu sebagian besar dipengaruhi oleh apa yang kita dengar ketimbang apa yang dilihat. Suatu informasi yang dilihat secara langsung merupakan sesuatu yang terbatas oleh ruang dan waktu pada intinya ia adalah informasi yang memang terjadi pada waktu itu. Sedangkan apa yang kita dengar kita hanya membayangkan saja, tidak perlu media ruang dan waktu.

Dan inilah yang akhirnya mengapa manusia itu memiliki cara pandangnya masing-masing, karena ketika ia hanya diberi narasi suara atau bisa dikatakan tidak melihatnya atau merasakannya secara langsung dan ia hanya tahu informasi tersebut dari orang yang melihatnya maka ia harus mengimajinasikan hal tersebut. Jika misalnya dari saksi mata kemudian menyampaikan kepada orang lain saja akan berubah narasinya maka bagaimana jika rentetan penyampaiannya begitu panjang yakni ada pihak satu ketiga dan seterusnya yang menyampaikan hal tersebut. Sehingga inilah yang membuat sebuah informasi justru malah semakin kabur atau bias bahkan tidak sama seperti narasi awal.

Jika seperti ini, maka hal apa yang harus kita lakukan. Apakah kita tidak boleh percaya pada orang lain atau percaya-percaya saja. Memang sebaiknya perlu pembuktian secara pribadi karena sebuah peristiwa yang sama dan dilihat orang yang sama biasanya akan berbeda narasi pikirnya. Mereka yang mencari kebenaran maka ia tidak akan memunculkan narasi negatif terlebih dahulu namun yang ia kedepankan adalah fakta. Meski sebetulnya apa yang kita lihat bisa saja kabur pada akhirnya. Sehingga bisa dikatakan bahwa dunia ini adalah merupakan sesuatu yang kabur yang mana hal ini karena pikiran manusia sering mengimajinasikan suatu peristiwa seenaknya saja. Jadi jangan terlalu percaya pada narasi tunggal yang didapat dari satu informan, percaya pada satu kebenaran itu sama saja menganggap semuanya salah.

Jadi kita harus mengumpulkan berbagai macam informasi yang ada, lalu kemudian memilah mana yang relevan dan yang tidak kemudian saling menghubungkan santara satu informasi dengan yang lainnya hingga pada akhirnya menjadi sebuah pemahaman yang utuh. Namun tetap saja kita jangan berhenti disitu saja tuntutan manusia hidup itu yakni mencari terus sebuah kebenaran sampai akhirnya ajal menjemput.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...