Langsung ke konten utama

Filsafat Kritis dari Kant sampai Freud

Marx berpendapat bahwa para filusuf sudah banyak berteori merumuskan tentang dunia. padahal yang penting itu bukan pikiran tentang dunia akan tetapi bagaimana mengubah dunia. Jadi sekarang raba diri kita sendiri kita ada di level kesadaran yang mana. Kita ini posisinya sedang berada di kelompok yang magis atau kelompok naif atau kelompok kritis atau kelompok transformatif. 

Kalau dipetakan semacam itu ada kurang dan lebihnya. Jadi kritis itu berarti sadar ada masalah dan siap untuk berubah. Kalau naif itu berarti sadar ada masalah tetapi tidak mau berubah. Kalau orang ini tidak tahu ada masalah apa tetapi berubah tidak masalah namanya ini disebut determinis. Siap menghadapi perubahan apapun tanpa tahu atau sadar bahwa ada masalah apa tanpa kritis. Ada kelompok apatis yang mana dia tidak tahu ada masalah dan tidak peduli apakah berubah atau tidak.

(Pixabay.com)

Kalau dalam dunia filsafat, setting-setting kesadaran tadi kemudian berkembang dari Imanuel Kant terus dikembangkan lebih jauh oleh Kegel ditambahi oleh karl marx diekspose lagi oleh Frudd. Dari Imanuel Kant orang diajak bergerak dari dogmatisme kemudian menjadi kritisisme rasional.

Hidup itu harus kritis jangan dogmatis akalnya dipakai. Terus ditambahi oleh Hegel tentu tidak hanya sekedar akal, harus disadari bahwa hidup itu dialektis. Akal kita itu dibentuk oleh sejarah, maksudnya yang kita anggap benar, salah, baik, buruk itu hasil dialog dengan hidup kita. 

Kemudian ditambahi oleh Karl Marx tentu tidak cukup hanya sekedar itu saja. Kalau dialektika adanya dalam subjektifitas di dalam kepala kita. Maka hidup juga harus praktis yakni ada unsur merubahnya tidak hany dipikir dan dirumuskan atau diteorikan. Harus ada kontribusi teori dalam kehidupan nyata. Tidak ada gunanya pikiran tinggi-tinggi kalau tidak berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. 

Nanti terakhir Freud masuk secara psikologis dimana manusia itu memiliki hasrat dan kepentingan. Tidak setiap praksis yang semula niatnya mesti baik begitu dibalik itu harus dibongkar, pasti ada hasrat ada keinginan dan motif tersembunyi. 

Diawali dari menyuruh kita kritis kemudian diingatkan bahwa kita itu makhluk bersejarah berdialog dengan kenyataan, jadi pikiran kita alatnya dan isinya sejarah. Kemudian tidak hanya berpikir tetapi juga harus ada unsur praksis dan dibalik itu pasti ada kepentingan terselubung. Semua tokoh-tokoh lain tidak akan jauh-jauh car berpikirnya. 

Baik tentang hasrat, tentang praksis, tentang historisitas, atau tentang rasionalitas itulah setting intelektualnya sebelum ke teori kritis. Nyawanya dunia modern memang ada di empat tokoh ini. Yang suka sama filsafat harus paham empat orang tersebut. 

Kalau dalam dunia filsafat, setting-setting kesadaran tadi kemudian berkembang dari imanuel kant terus dikembangkan lebih jauh oleh hegel ditambahi oleh karl marx diekspose lagi oleh freud. Dari imanuel kant orang diajak bergerak dari dogmatisme kemudian menjadi kritisisme rasional.

Hidup itu harus kritis jangan dogmatis akalnya dipakai. Terus ditambahi oleh hegel tentu tidak hanya sekedar akal, harus disadari bahwa hidup itu dialektis. Akal kita itu dibentuk oleh sejarah, maksudnya yang kita anggap benar, salah, baik, buruk itu hasil dialog dengan hidup kita. 

Kemudian ditambahi oleh Karl Marx tentu tidak cukup hanya sekedar itu saja. Kalau dialektika adanya dalam subjektifitas di dalam kepala kita. Maka hidup juga harus praktis yakni ada unsur merubahnya tidak hany dipikir dan dirumuskan atau diteorikan. Harus ada kontribusi teori dalam kehidupan nyata. Tidak ada gunanya pikiran tinggi-tinggi kalau tidak berpengaruh dalam kehidupan sehari-hari. 

Nanti terakhir freud masuk secara psikologis dimana manusia itu memiliki hasrat dan kepentingan. Tidak setiap praksis yang semula niatnya mesti baik begitu dibalik itu harus dibongkar, pasti ada hasrat ada keinginan dan motif tersembunyi. 

Diawali dari menyuruh kita kritis kemudian diingatkan bahwa kita itu makhluk bersejarah berdialog dengan kenyataan, jadi pikiran kita alatnya dan isinya sejarah. Kemudian tidak hanya berpikir tetapi juga harus ada unsur praksis dan dibalik itu pasti ada kepentingan terselubung. Semua tokoh-tokoh lain tidak akan jauh-jauh cara berpikirnya. 

Baik tentang hasrat, tentang praksis, tentang historisitas, atau tentang rasionalitas itulah setting intelektualnya sebelum ke teori kritis. Nyawanya dunia modern memang ada di empat tokoh ini. Yang suka sama filsafat harus paham empat orang tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...