Siapa intelektual itu? Senenarnya menurut Gramci setiap orang itu intelektual. Orang boleh saja bilang bahwa setiap orang intelektual tetapi tidak setiap orang dalam masyarakat memainkan peran, memainkan fungsi sebagai intelektual. Tidak ada manusia yang tidak intelektual setiap orang itu ahli dalam bidangnya masing-masing. Tidak usah kalau kalau misalnya IPK-nya rendah, mungkin salah mengambil jurusan harusnya tidak mengambil jurusan itu. Kita sebenarnya intelektual dalam bidangnya sendiri.
Jadi mungkin ada yang bidangnya fisika, kimia, matematika dan biologi. Ada yang bidangnya santai-santai dan malas-malasan ada yang bidangnya serius dan setiap orang itu ahli. Tidak ada orang yang bodoh yang ada orang malas. Kalau tekun akan ketemu keahliannya dimana, sekali-kali coba telusuri sebenarnya bakat dan minatnya dimana. Bakat dan minat itu diri sendirilah yang tahu. Kita merasa senang luar biasa menikmati itu ketika melakukan apa.
Karena itu setiap orang harusnya memainkan peran intelektualnya, meskipun faktanya tidak demikian, setiap orang itu filosof dan intelektual. Apakah Ia mengakui atau tidak, itu sebetulnya tidak masalah. Mengapa disebut begitu, karena setiap selain intelek di bidangnya masing-masing setiap orang memahami dunia versi dirinya.
Orang desa paling terpencil sekalipun, mereka juga memahami dunianya sesuai perspektifnya. Selama masih manusia dan masih berpikir pasti intelektual, kecuali kalau sudah malas berpikir. Itu kan sudah bukan manusia karena cirinya manusia itu berpikir.
Berperan sebagai intelektual itu berarti memahami hidup secara faktual, memahami historisitas sejarah, mempertanyakan konsep, membuat argumen dan mengkritisi mempertanyakan common sense.
Apa Ia harus seperti itu? Mengapa sepak bola itu harus 45 menit? Dikurangi sedikit atau ditambahi sedikit apakah tidak bisa? Itu kan termasuk common sense yang harus dikejar. Kalau misalnya sepak bola untuk anak kecil apakah harus dipaksa sampai 45 menit. Siapa sih yang bilang kalau makan itu harus 3 kali sehari? Kita kan tidak pernah mengejar pertanyaan ini. Apakah ia harus 3 kali, siapa tahu harus 5 kali. Banyak lainnya contoh common sense dan banyak di sekeliling kita yang harus dipertanyakan.
Yang mewajibkan kita kuliah itu siapa? Tugas kita itu wajib kuliah atau wajib cari ilmu. Kalau ilmu apakah harus di perkuliahan, karena ilmu itu bisa didapat dimana-mana. Ada orang yang bercita-cita menjadi pebisnis namun kuliahnya malah di jurusan tafsir. Itulah yang namanya common sense, banyak common sense hanya saja sudah terlanjur berjalan orang tidak berani mendobrak itu.
Misalnya belajar sebetulnya tidak masalah. Urusan bekerja, urusan ijazah kan hal lain kalau memang tidak ingin bergerak di bidang yang membutuhkan ijazah. Butuh legalitas pendidikan, ilmu bisa dicari di mana-mana dan itu namanya yang disebut menabrak common sense.
Meski pada awalnya menabrak common sense, tetapi besok mungkin akan menjadi hegemoni. Ketika menjadi hegemoni, ada orang yang akan mengkritik maka akan lahir hegemoni baru. Common sense kita dipertanyakan dan itu yang terjadi dalam banyak struktur hegemoni. Jadi jangan langsung percaya begitu saja ketika ada wawasan-wawasan baru.
Komentar
Posting Komentar