Langsung ke konten utama

Pertarungan Counter Hegemoni

Pertarungan dengan counter hegemoni butuh strategi untuk meruntuhkan hegemoni. Kalau di Gramci ada dua jenis perang: 

Pertama War of Movement

Perang ini adalah benar-benar perang, seperti pad era Soekarno mengatakan "revolusi belum selesai". Perang sungguhan melawan Belanda ini menurut Gramci, dilakukan ketika masyarakat sipilnya lemah. Kalau masyarakat disuruh pinter dulu, dididik dulu kemudian mereka sadar dan menolak hegemoni, prosesnya terlalu panjang bisa berlarut-larut malah jatuh dalam penjajahan habis-habisan. Maka, war of movement perang saja sudah. Di beberapa organisasi komunis di beberapa negara melakukan itu. Karena memang memberdayakan masyarakat itu tidak mudah. 

Akhirnya revolusi fisik war of movement, tetapi hasilnya juga tidak selalu memuaskan. karena meruntuhkan kepemimpinan diktator secara instan, segera dengan kekuatan fisik itu hasilnya kediktatoran yang baru. 

Kedua War of Position

Berbeda dengan jalur yang kedua ini ada proses pelan-pelan masyarakat diubah paradigmanya, diubah kesetiannya pada ideologi yang status quo. Dari situ maka hegemoni akan berubah dan lama kelamaan dominasi akan runtuh. 

Perang posisi jadi perang perebutan ideologi tidak lagi kekerasan fisik dan ini yang lebih diperlukan hari ini. Masyarakat sudah tidak seperti dahulu kalau dipaksakan harus perang fisik mungkin situasinya berbeda. 

Berhati-hati dengan war of movement, karen alternatifnya biasanya ketika dipaksakan untuk revolusi fisik, nanti yang terjadi biasanya kudeta militer. Akhirnya sama saja ujungnya rakyatnya yang susah, krena dari hegemoni elit penguasa kemudian bergeser ke elit militer. Hanya saja tidak ada yang berubah dalam cara hidup. 

Maka peranglah war of position, untuk situasi hari ini. Prosesnya memang harus perlahan-lahan, ada proses pemberdayaan, ada proses pemintaran sampai masyarakat sadar sendiri situasinya kemudian ingin berubah sendiri. Kalau Gramci mencontohkan yang war of movement itu di Rusia waktu menjatuhkan Sar pada peristiwa revolusi Boselvik, hanya saja memang berdarah-darah. 

Kalau war of position itu yang di Italia, tidak terjadi perang tetapi perebutan hegemoni meskipun kecewanya Gramci ternyata setelah jatuh imperium yang berkuasa ternyata fasis. Itulah yang dicari jawabannya oleh gramci. 

Ternyata kuncinya bukan pada penguasaan modal di ekonomi tetapi kuncinya pada hegemoni. Siapa yang menguasai alat-alat ideologi sehingga dia bisa menghegemoni. Maka perangnya kita harus perang mencari posisi. 

Kemudian ada katarsis. Katarsis ini proses transformasi ketika mau berganti ideologi dalam hegemoni dalam perjuangan melawan hegemoni. Katarsis itu dimensi batinnya, biasanya kita mengartikannya sebagai pelampiasan. Menurut Gramci, katarsis itu adalah proses transformasi kesadaran yang harus dilalui. 

Contohnya katarsis itu misalnya ada tukang becak yang setorannya banyak padahal hasilnya tidak seberapa dan mereka tidak berani protes. Terus ada pendampingan yang menyadarkan merek untuk protes terus mereka mengikuti untuk protes. Diprotes yang pertama ini mereka protes tetapi mereka tidak paham betul mengapa harus protes. Lama kelamaan mereka sadar sendiri mungkin karena sudah mengalami pendidikan lama dididik semakin lama semakin sadar. Memang seharusnya protes demi masa depan tidak hanya memikirkan diri sekarang. Sekarang mungkin hanya cukup untuk makan namun bagaimana untuk anak-anak dimasa depan. Dan ini lama kelamaan sadar sendiri, lama kelamaan tidak ada yang menyuruh dan merek akan sadar sendiri. 

Nanti yang protes ini tidak hanya dilakukan oleh tukang beca saja. Akhirnya kelompok buruh yang lain mungkin tukang ojek juga akan sadar dan seterusnya kemudian muncul kesadaran masif. Proses inilah yang disebut dengan katarsis. 

Jadi dari kesadaran awal yang tidak disadari benar kemudian ada proses-proses counter hegemoni mungkin kelompok-kelompok intelektual organik tadi melakukan pencerdasan-pencerdasan karena mereka turun langsung ke lapangan. Terus pencerdasan inilah mereka kemudian bergerak. Hanya saja bergeraknya di awal tidak karena kesadarannya sendiri hanya bergerak saja. 

Tetapi lama kelamaan merek sadar sendiri kemudian semakin mengerti. Akhirnya ikut demo kembali akan tetapi lebih sadar. Terus lama kelamaan ternyata bukan kelompok itu saja yang menganggap pentingnya demo. Dengan melihat demon tersebut kelompok lain akhirnya juga sadar. Proses semacam ini jenisnya proses transformatif namanya katarsis.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...