Kalau kita lihat dunia saat ini sebenarnya apa sih yang dilihat, apa yang dilakukan mereka dan mengapa mereka melakukan itu? Entah bagaimana budaya saat ini begitu cepat dan teramat acak. Budaya-budaya saat ini memang terbilang instan, cepat dan hampir menyeluruh. Namun jika ditanyakan mengenai mengapa melakukan itu dan apa tujuan dan manfaatnya, mungkin sulit untuk dijawab oleh orang-orang yang melakukannya.
Saat ini memang, manusia terdorong dalam melakukan sesuatu berdasarkan sistem pasar. Jadi mereka melakukan sesuatu sesuai apa yang banyak terjadi di saat itu. Ketika hal tersebut sudah tidak menarik lagi, maka akan ada banyak orang yang meninggalkannya dan beralih ke hal lain banyak mengikuti dan akhirnya meninggalkannya dan begitu. seterusnya.
Ini sebetulnya seperti tiada akhir yang mana manusia hanya berpindah dari ruang yang kosong kemudian berpindah lagi seakan-akan ia sudah berpindah padahal ia hanya berputar-putar di situ saja. Hingga pada akhirnya manusia semakin lama-semakin kehilangan jati dirinya.
Keinginan, tindakan, kesenangan, cita-cita apapun itu baik dalam perilaku, tindakan maupun pikiran, semuanya telah dihegemoni para pencari keuntungan. Katana bahagia itu sederhana namun mengapa masih banyak yang pamer di media sosial dan harus mengeluarkan uang yang lebih. Dan itu pasti apa yang dilakukan itu sebab dari pengaruh iklan.
Sebenarnya tidak ad yang namanya keinginan murni dari dalam diri, semuanya sudah dikondisikan dan dikendalikan. Cita-cita yang ingin dibangun dan dicapai itu hanyalah sebuah ilusi dan sebuah alat untuk menguntungkan lain pihak.
Coba kita pikirkan mengenai keinginan kita. Apakah itu ada hubungannya dengan orang lain, apakah itu berguna bagi kita baik untuk saat ini maupun yang akan datang. Semuanya pasti keinginan individualis bukan cita-cita bersama. Semuanya memang sudah dikondisikan sedemikian rupa agar mereka berjalan masing-masing namun dengan langkah yang sama.
Meski dikatakan sesuatu yang viral itu diikuti banyak orang, akan tetapi itu juga kembali lagi bahwa hal yang disenangi adalah kesenangan individual. Karena ketika kita senang, apakah itu dilakukan secara bersama-sama atau hanya dinikmati secara pribadi saja. Apakah itu adalah kebahagiaan dengan kesadaran penuh atau justru palsu. Memang kita harus jeli dalam memahami dan membedakannya.
Banyaknya pilihan tentu membuat manusia semaki individualis. Dimana jika dulu mungkin suatu hiburan hanya sedikit sehingga manusia beramai-ramai bahagian pada satu hiburan. Namun sekarang banyak sekali hiburan sehingga manusia bisa memilih sesuai keinginannya namun hingga pada akhirnya ia memilih kebahagiaanya sesuai apa yang disajikan dan memilih untuk menikmatinya sendiri.
Banyaknya pilihan dan pilihan yang selalu berubah-ubah, sehingga sulit untuk terfokus pada satu hal. Jika dulu manusia memiliki satu tujuan dan ia akan selalu fokus pada tujuan itu sampai akhir hayatnya. Namun sekarang hal itu belum tentu bisa dilakukan. Dimana apa yang kita lakukan saat ini mungkin akan berbeda di hari esok dan tujuan saat ini juga akan berbeda di hari esok. Semuanya terasa acak dan tidak karuan.
Jika terus begini saja maka apa yang kita lakukan tidak ada esensinya. Semuanya dilakukan tanpa didasari sebuah makna yang mendalam dan tindakan yang serius. Selama ini apa yang kita lakukan apakah hal tersebut adalah sesuatu yang serius dilakukan atau hanya sekedar ikut-ikutan saja. Jawabannya pasti hanya sekedar ikut-ikutan saja, yang pada akhirnya kita rela hidup kita dibawa ke sana-kemari tanpa tujuan oleh arus globalisasi.
Saat ini sulit memang dalam mempertahankan sebuah prinsip. Di sisi lain ia harus menyesuaikan arus dunia yang selalu berubah-ubah dan di sisi lain ia harus berpegang tegus pada prinsip. Memang sulit untuk memegang kedua hal tersebut. Yakni bagaimana memegang idealitas dengan realitas.
Komentar
Posting Komentar