Langsung ke konten utama

Obrolan Kendali dalam Pikiran

Entah sering kali mendengar percakapan dua insan atau lebih yakni obrolan tentang kehidupan sehari-hari yang sebetulnya tidak terlalu penting, seperti makan, tidur, pola hidup dan lain semacamnya yang mana itu hanyalah sebuah keluh kesah dan keakraban antar setiap yang sedang berbincang-bincang. 

Antara manusia yang satu dengan manusia yang lainnya itu pasti akan saling mempengaruhi. Pikiran yang diungkapkan oleh mulut kemudian Ia akan ditangkap oleh telinga lalu dicerna oleh pikiran sehingga menjadi sebuah pemahaman baru. Di antara setiap orang ini tentu akan saling mempengaruhi antara satu sama lain. 


Manusia itu dapat dinilai, dari manakah kelompok bicaranya dan jika ingin tahu seperti apa seseorang maka dengan siapa Ia berkumpul, tentu itu akan berpengaruh besar pada karakternya. Meski setiap individu manusia itu berbeda, namun tetap saja secara umum tabiat manusia adalah berkelompok dengan sepemahaman dan saling bertukar pikiran. Entah apakah sebuah kelompok itu tidak sengaja atau mungkin disengaja untuk dibentuk. 

Hanya saja sayang memang obrolan saat ini jauh dari sebuah realita yang ada. Yang mana sebetulnya apa yang diobrolkan itu adalah hal-hal yang tidak penting dan jauh dari kenyataan hidupnya. Semisal obrolan tentang sebuah film, game, artis dan lainnya yang mana itu adalah sebuah wawasan yang tidak terlalu penting dalam hidup. Namun entah mengapa banyak manusia yang lebih peduli memikirkan hal demikian ketimbang tentang persoalan dirinya. 

Jarang sekali kita berbicara tentang pendidikan, politik, ekonomi, sosial dan semacamnya itu seakan dianggap hanyalah sebuah pelajaran aja. Memang ada juga yang membahas persoalan-persoalan seperti itu, namun hanya saja jarang sekali orang menarik hubungan yang mikro dengan yang makro. 

Misalnya kita bicara tentang makanan, yang viral saat ini yang mana itu digandrungi oleh kalangan remaja. Mungkin sesuatu yang viral ini dianggap sesuatu yang biasa saja. Namun sebetulnya jika ditarik secara ekonomi, sosial, politik ini tentunya menjadi sebuah ilmu pengetahuan. Makanan yang kita konsumsi sehari-hari itu pasti ada asal muasalnya dan mungkin kita tidak pernah mengulik bagaimana proses dari satu tangan ke tangan yang lainnya. 

Tentu hal ini jika wawasan kita luas akan ada banyak sebetulnya di balik itu semua memunculkan sebua problem-problem yang justru dianggap biasa aja. Kita sering kali memikirkan hal tersebut ketika dipicu oleh harga yang naik dan entah mengapa kita jarang sekali mengapa harga barang bisa naik. Dan sebetulnya masih banyak lagi yang lainnya mengenai persoalan-persoalan dalam hidup kita namun jarang sekali kita gali dan ketahui. 

Obrolan-obrolan yang tidak penting bukan berarti itu tidak disetting. Jika kita jeli dengan media sekarang memang menyetir kita untuk jauh dari persoalan hidup. Kemudian digantikan oleh sebuah narasi-narasi hiburan yang justru itu merupakan agenda pencucian pikiran.

Selain itu kita pun di suguhkan tentang hiburan, rekreasi, tamasya, makanan dan lain semacamnya. Dan itulah yang sering diobrolkan sehingga diri kita pun terdorong agar terus melakukan hal tersebut. Bekerja kemudian dapat uang hingga akhirnya uang itu digunakan untuk hiburan yang tak berarti. Alangkah bodohnya, banyak yang justru membanggakan hal tersebut. 

Manusia seakan tenggelam dalam ilusi iklan produk, sering kali yang dibahas adalah sebuah prodak padahal prodak itu sebetulnya tidak terlalu penting untuk diperbincangkan. Namun karena sudah tertelan oleh narasi iklan, seakan-akan hal tersebut merupakan hal yang layak untuk diperbincangkan. 

Jika, sebuah obrolan pun telah dikontrol oleh para produsen lantas bagaimana merubah hal itu semua. Sebuah narasi prodak telah menghegemoni pikiran kita, memang sulit untuk merubah itu semua apalagi jika sudah tenggelam dalam kenikmatan tersebut. 

Bagi yang tersadarkan memang haruslah Ia berbaur dengan orang-orang yang sudah tercuci otaknya, meski memang menyadarkannya butuh proses yang panjang. Karena Ini tidak hanya bicara bagaimana merubah pola pikir akan tetapi sampai kepada jiwa manusia itu sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan tidak Menciptakan Kemiskinan

Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak- hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Lalu apakah kemiskinan itu tuhan sendiri yang menciptakannya atau manusia sendirilah yang menciptakan kemiskinan tersebut. Akan tetapi banyak dari kalangan kita yang sering menyalahkan tuhan, mengenai ketimpangan sosial di dunia ini. Sehingga tuhan dianggap tidak mampu menuntaskan kemiskinan. (Pixabay.com) Jika kita berfikir ulang mengenai kemiskinan yang terjadi dindunia ini. Apakah tuhan memang benar-benar menciptakan sebuah kemiskinan ataukah manusia sendirilah yang sebetulnya menciptakan kemiskinan tersebut. Alangkah lebih baiknya kita semestinya mengevaluasi diri tentang diri kita, apa yang kurang dan apa yang salah karena suatu akibat itu pasti ada sebabnya. Tentunya ada tiga faktor yang menyebabkan kemiskinan itu terjadi, yakni pertama faktor  mindset dan prilaku diri sendiri, dimana yang membuat seseorang...

Pendidikan yang Humanis

Seperti yang kita kenal pendidikan merupakan suatu lembaga atau forum agar manusia menjadi berilmu dan bermanfaat bagi masyarakat. Pendidikan merupakan tolak ukur sebuah kemajuan bangsa. Semakin baik sistem pendidikannya maka semakin baik pula negaranya, semakin buruk sistem pendidikannya semakin buruk pula negara tersebut. Ironisnya di negara ini, pendidikan menjadi sebuah beban bagi para murid. Terlalu banyaknya pelajaran, kurangnya pemerataan, kurangnya fasilitas, dan minimnya tenaga pengajar menjadi PR bagi negara ini. Saat ini pendidikan di negara kita hanyalah sebatas formalitas, yang penting dapat ijazah terus dapat kerja. Seakan-akan kita adalah robot yang di setting dan dibentuk menjadi pekerja pabrik. Selain itu, ilmu-ilmu yang kita pelajari hanya sebatas ilmu hapalan dan logika. Akhlak dan moral dianggap hal yang tebelakang. Memang ada pelajaran agama di sekolah namu hal tersebut tidaklah cukup. Nilai tinggi dianggap orang yang hebat. Persaingan antar sesama pelajar mencipta...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...