Langsung ke konten utama

Yang Terpenting Lakukan Dulu

Sebuah ketakutan, kecemasan dan kekhawatiran seorang manusia adalah mengenai ketakutannya akan mencoba melakukan sesuatu. Entah itu alasannya karena takut gagal, persiapan yang belum matang atau memang dikira tidak mampu untuk melakukannya. Manusia memang selalu takut akan sesuatu yang belum terjadi, hal ini memang wajar untuk mempertahankan hidupnya dari segala bahaya. 

Namun, apakah semuanya harus dicemaskan atau ditakuti, sekiranya mencoba meski gagal bukankah itu lebih baik dari pada tidak sama sekali. Penyebab kegagalan sejatinya bukan karena gagal, namun tidak pernah mencoba. 

Masa depan memang tidak pernah diprediksi secara tepat, ini memang membuat manusia bingung dalam melangkah. Seandainya kita memiliki mesin waktu, mungkin kita akan tahu hasilnya dan kita akan melakukannya jika memang itu berhasil. Namun, itu tidak mungkin bisa dan ini memang sebuah tantangan bagi kita dalam menjalani hidup. Akan terasa hambar sepertinya jika segala sesuatu ini sudah diketahui, dunia seakan tidak menarik lagi untuk ditelusuri. 

(Pixabay.com)

Mencoba adalah kunci untuk mengetahui sesuatu, meski gagal yang terpenting mendapat suatu pemahaman baru. Lebih baik menjadi orang bodoh yang terus mencoba tanpa takut gagal daripada menjadi orang pintar namun Ia takut mencoba karena Ia sudah memprediksi bahwa Ia gagal. 

Orang bodoh yang gagal mungkin banyak ditertawakan oleh banyak orang karena Ia adalah orang yang keras kepala. Buat apa terus mencoba jika hasilnya tetap sama, seperti itu lah sering diucapkan oleh orang-orang gagal. Setidaknya kegagalan mengajarkan kita apa yang salah, apa yang kurang dari kita dan apa yang harus diperbaiki. 

Sebuah prediksi omong kosong yang menganggap bahwa pikiran masa depannya itu selalu benar. Padahal masa depan akan tetap sama jika manusianya hanya diam saja. Mencoba sejatinya untuk menguji teori yang ada dalam pikiran. Sebuah pikiran akan menjadi omong kosong jika tidak dicoba, makanya perlu uji coba. 

Jika dibandingkan antara kegagalan dengan kesuksesan, memang lebih banyak membawa kegagalan. Namun, sekalinya mendapat kesuksesan, itu pasti akan merembet kemana-mana kesuksesan tersebut. Seorang ilmuan pun Ia selalu melakukan uji coba terhadap penemuannya, yang pasti prosesnya selalu menghasilkan kegagalan. Jika ia berhasil, maka pengaruhnya akan besar pad masyarakat. 

Dari pad memikirkan gagal atau tidak, lebih baik lakukan saja dulu. Gagal memang jalannya seperti itu, bisa saja kita sedang menggali tanah yang sisinya tanah, namun sejatinya di dalamnya ad emas. Jika dibandingkan jumlah hasil emas dengan tanah mungkin lebih banyak tanahnya ketimbang emasnya. Begitu juga kegagalan, semakin kita terus mencoba dan terus gagal sebenarnya semakin kita menuju kesuksesan. Karena dari kegagalan-kegagalan tersebut kita selalu belajar apa yang kurang dan kemampuan kita sejatinya selalu bertambah. 

Banyak yang beranggapan, jika sekali gagal, kedua kali gagal, dan seterusnya gagal adalah kegagalan yang sama padahal itu adalah hal yang berbeda. Karena kegagalan berkali-keli itu sebenarnya menuju kesuksesan, dari satu kegagalan kemudian kegagalan ke sekian kalinya itu sebenarnya sedikit demi sedikit telah mengantarkan kepada puncak kesuksesan. 

Yang terpenting coba terlebih dahulu, jika ad kesempatan maka jangan sia-siakan, jangan pikiran nanti kalau berhasil atau gagal harus bagaimana. Kita seharusnya terbiasa dengan segala kondisi, ketika gagal pun kita juga harus memiliki rencana. Apakah akan terus dilanjutkan atau mencari jalan lain, yang terpenting jangan hanya sekedar menjadi penonton saja. Bukankah orang yang mencoba itu lebih hebat meski gagal dari pada menjadi seorang penonton yang hanya modal bicara namun Ia tidak melakukan apa-apa.

Seorang penonton hanyalah seorang pecundang yang besar omong yang bisanya hanya menyalah-nyalahkan namun jika disuruh untuk melakukannya Ia angkat tangan. Harus menutup telinga dari para penonton, nasihatnya hanyalah omong kosong. Ia hanya bisa bicara namun tidak sesuatu fakta, Ia hanya menyuruh namun idak mau melakukan, Ia hanya bisa menonton namun tidak bisa berperan. Seorang penonton adalah seorang pecundang sejati.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...