Langsung ke konten utama

Tidak ada yang Namannya Kerjasama Murni

Entah ini adalah sebuah kebenaran atau bukan, yang pasti manusia itu sulit untuk melakukan kerjasama. Memang secara fakta manusia membentuk sebuah organisasi agar mereka bisa saling bekerja sama. Mungkin emang pendapat saya ini berbanding terbalik dengan kenyataannya. 

Namun, bicara fakta tentunya tidak hanya berbicara apa yang dilihat saja tetapi haru tahu apa isi di dalamnya. Terkadang kita selalu menganggap bahwa kebenaran itu cukup dilihat di luarnya saja dan dinyatakan bahwa itu benar, padahal tidak demikian pasti ada tentunya lapisan-lapisan yang tidak bisa dilihat namun pada sebuah fenomena. 

Manusia memang membentuk organisasi, membentuk komunitas bahkan perusahaan tentunya untuk mencapai tujuan yang sama katanya. Namun itu hanyalah sebuah kebohongan dimana yang ada saat ini bukanlah kerja sama yang dibangun, akan tetapi saling memperalat. Entah itu memperalat dengan setingkat dengannya atau dibawahnya. 

(Pixabay.com)

Dunia ini memang penuh dengan keinginan-keinginan yang busuk. Orang-orang naif yang berharap bahwa dunia ini bisa hidup damai dan tentram. Tentunya sulit apalagi di dunia ini yang mana sekarang generasi pikirannya sudah rusak oleh teknologi informasi. Perjuangan tentunya tidak hanya dilihat dari apa yang kita lakukan saat ini tetapi juga apa yang harus disampaikan ke generasi selanjutnya. 

Organisasi untuk mewujudkan satu tujuan yang sama itu adalah sesuatu yang fana. Yang ada hanyalah sekelompok orang yang memiliki keinginan yang berbeda-beda. Kita tahu bahwa orang yang berada di bawah ingin di atas dan menguasainya dan yang atas selalu ingin bertahan. Ada juga yang memang melakukannya secara terpaksa atau karena keinginan pribadinya ada dalam organisasi tersebut. Intinya manusia itu bergabung dan bekerja sama pasti memiliki maksud dan tujuan yang berbeda-beda.

Sense rasa kepemilikan terhadap organisasinya memang sangatlah sedikit bahkan mentalnya akan goyah jika apa yang diinginkan dalam organisasinya itu tidak tercapai. Apalagi dalam hal perusahaan yang mana seorang karyawan tentunya ia tidak memiliki rasa akan mencintai pekerjaan dan organisasinya, yang terpenting gaji tetap lancar dan besar. Dunia memang sudah diatur seperti itu, dimana manusia akan bergerak ketika ada uang. 

Keinginan individualis manusia saat ini sangatlah mendominasi dari pada keinginan secara sosialis. Makanya dikatakan tidak ada yang namanya kerja sama yang ada hanyalah kerja paksa. Entah itu dipaksa oleh pimpinannya atau Ia terpaksa karena desakan ekonomi, semuanya karena paksaan tidak ada dorongan dari hati nurani akan tetapi dorongan dari uang. 

Memang akan sulit sekali jika saat ini berorganisasi itu jika tidak ada uangnya. Bagi mereka itu adalah suatu yang membuang-buang waktu jika suatu pekerjaan tanpa ada uang yang hadir. Memang ini rasanya seperti logis dan memang kita butuh uang untuk membeli kebutuhan hidup namun kebutuhan bukankah ada kebutuhan lain yang dimana tidak mesti kebutuhan yang berupa materil dan bisa dibeli dengan uang. 

Kapitalisme ini memang amat besar pengaruhnya terhadap dunia bahkan sampai mempengaruhi jiwa kita, pikiran kita, dan semua keinginan kita semuanya akibat kapitalisme. Coba saja kita buktikan bahwa apa yang kita pikirkan saat ini pasti akan ada hubungannya dengan pasar global, pasti tidak akan ada hubungannya dengan inovasi dalam pemberdayaan semuanya pasti orientasinya.  ekonomi. 

Keinginan kapitalistik kita membuat kita menjadi manusia yang individualis, keinginan yang sebenarnya hiperealistik yang sebetulnya tidak benar-benar dibutukan. Namun karena pengaruh global seakan-akan itu diperlukan. Kebahagiaan manusia kini kebahagiaan yang individualistik hanya mementingkan kondisi psikisnya sendiri-sendiri tanpa memperdulikan kondisi sosial. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...