Langsung ke konten utama

Cinta Melawan Nilai dan Meniadakan Nilai

 Cinta adalah sesuatu yang luhur, tidak sembarangan orang yang bisa menerimanya. Mereka yang mengaku saling mencintai, tidak akan melihat siapakah dia. Cinta itu tiada pengecualian, sebuah pengecualian menandakan bahwa ada sebuah syarat yang harus di miliki. Padahal cinta itu tidak ad unsur syarat di dalamnya. 

Hanya manusia yang berhati bersih saja yang dapat menerima cinta. Sepasang kekasih yang melakukan sebuah kemaksiatan, itu bukanlah cinta namun hanya pemuasan nafsu belaka. Sungguh sebuh penistaan jika ada orang mengatasnamakan cinta namun mereka saling merusak diri dengan kemaksiatan. Cinta seharusnya saling membangun bukan saling menghancurkan. 

Cinta tidak memandang siapakah Ia, tidak memandang dari mana latar belakangnya seperti keturunan, daerah, suku, budaya, ras, fisik, kekayaan dan sebagainya. Iya adalah entitas yang meniadakan itu semua, cinta menganggap bahwa semua sama dan memiliki kedudukan yang sama. 

(Pixabay.com)

Cinta tidak memandang nilai sosial, nilai agama, dan nilai-nilai lainnya. Maka memang wajar jika ada yang mencintai namun berbeda agama, sesama jenis, maupun berbeda ras. Karena cinta tidak mengenal apa itu sebuah nilai, yang di lihat hanyalah sebuah rasa terhadap sesuatu objek. 

Cinta yang tidak memandang nilai dan latar belakang dapat menyatukan sebuah perbedaan. Sebuah kekuatan yang laur biasa dimana Ia bisa menjadi sebuah jembatan dalam perselisihan. Cinta bukan hany bicara sepasang kekasih namun juga bicara ketuhanan, kemanusiaan, alam, dan lain sebagainya. 

Cinta bahkan melawan budaya yang ada. Sering kita lihat ada sepasang kekasih yang memiliki sebuah perbedaan dimana bahkan perbedaan tersebut menjadi sebuah penghalang dalam cinta. Seperti tadi dijelaskan cinta tidak memandang latar belakang manusia dan bahkan justru malah melawan hal tersebut. 

Memang perlu akui bahwa nilai sosial, nilai agama, nilai budaya, nilai suku, nilai hukum dan lainnya itu semua bisa menghalangi cinta. Namun tidak sedikit nilai itu justru mendukung keberadaan cinta. Cinta yang tak memandang nilai, memang selalu menjadi sebuah pro kontra apalagi jika bertentangan dengan nilai yang ada. 

Peperangan, penindasan, kriminalitas, manipulasi, dan kegelapan dunia lainnya itu semua terjadi karena hati yang tidak dipenuhi oleh rasa cinta. Hati manusia mati lalu dilingkupi oleh ego, kesombongan, rasisme dan lainnya. Namun, jika hati dilingkupi dengan cinta perang, kriminalitas, dan sisi gelap manusia lainnya dapat hilang begitu saja. 

Cinta adalah yang menyatukan berbagai kalangan, ras dan hudaya. Cinta tidak memandang siapakah ia, sifatnya, kelakuannya dan lain sebagainya. Cinta hanya memberikan sebuah kebaikan pada setiap orang, tidak memandang siapakah Ia. Cinta mengenal sebuah nilai, semuanya dihilangkan hanya rasa cintalah yang ditonjolkan. Cinta adalah sebuah keadilan, karena Ia tidak memandang status orang, menghukum manusia dengan kebaikan tujuannya bukanlah untuk membuat orang menyesal namun untuk menyadarkan orang lain. 

Bisakah dunia ini dilingkupi oleh rasa cinta, dimana tidak ada perselisihan, pertengkaran, egoisme, maupun kejahatan. Semuanya hanyalah sebuah cinta yang selalu mengasihi, menyayangi, saling memberi tanpa ada rasa ingin untuk dibalas. Apakah dunia yang dipenuhi oleh rasa cinta itu adalah sesuatu yang utopis, padahal semua pasti menginginkannya. Mengapa sulit sekali mewujudkan dunia yang dipenuhi oleh cinta, apakah budaya dan nilai yang kit pegang masih dianggap baik dan benar. 

Memang sulit menghadirkan rasa cinta jika di dalam diri masih ada sebuah nilai. Orang yang merasa dirinya lebih baik dari orang lain, tentu Ia tidak memiliki rasa cinta. Cinta tidak akan hadir bagi orang-orang yang senang membanggakan dirinya atau merendahkan dirinya. Manusia mestinya harus menjadi manusia yang bebas nilai, meniadakan nilai pada pikiran dengan rasa cinta. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...