Langsung ke konten utama

Nilai Pada diri

Masih berbicara tentang nilai, dimana nilai merupakan cara padang seseorang terhadap sesuatu mengenai baik buruknya sesuatu. Nilai pada diri memanglah sulit untuk kita hindari karena kita hidup dalam lingkup masyarakat sehingga tidak antara kita dengan dunia sosial itu saling mempengaruhi, saling memberikan sebuah nilai yang ada akhirnya menjadi apa yang terdapat dalam diri. 

Tujuan, keinginan, sifat, sikap, perilaku, karakter semuanya dibentuk oleh lingkup yang memiliki nilai tertentu. Semisal jika Ia adalah orang yang beragama, mana dalam dirinya mengandung unsur nilai-nilai beragama. Apalagi jika hidup dilingkup beragama dengan orang tua yang taat beragama dan masyarakat yang beragama. Akan tetapi memang itu semua tidak dapat menentukan apakah Ia kelak akan menjadi seorang yang beragama atau tidak. 

Cara kita dalam menilai sesuatu memang dipengaruhi oleh lingkungannya. Seorang yang melihat fenomena seperti media sosial yang dimana banyak membuka aurat maka Ia akan berpandangan bahwa itu adalah sesuatu yang tidak baik, karena Ia sebelumnya diajari tentang apa yang baik dan tidak baik dalam beragama. Berbeda dengan orang yang memiliki pergaulan yang bebas, Ia menganggap bahwa itu adalah hal biasa dan dianggap sesuatu yang baik karena menyenangkan orang lain. 

(pixabay.com)

Cara pandang seseorang terhadap sebuah fenomena yang terjadi, itu kita dapat analisis mengenai sebua()h pandangan orang lain. Setiap orang berpandangan seperti ini dan itu pasti tidak secara tiba-tiba atau spontan, semuanya pasti ada suatu sebabnya. Seorang yang cerdas tidak mudah menghakimi cara pandang seseorang namun Ia menganalisanya mengapa Ia berpandangan demikian. 

Sebuah pertentangan itu terjadi karena perbedaan nilai yang dimiliki, mereka berselisih pada fenomena yang sama namun cara pandang yang berbeda. Sebuah perselisihan sebenarnya bisa kita analisis mengapa mereka berbeda, tentunya ini karena pengetahuan dan pemahaman dasar dari kedua belah pihak yang berbeda. 

Jangankan berbeda pengetahuan, memiliki kesamaan keilmuan dari guru yang sama pun setiap orang memiliki pandangan yang berbeda. Yang membedakan mereka itu karena perbedaan cara pandang, dimana semisal melihat koin dari dua sisi yang berbeda meski koinnya satu. 

Satu hal lagi yang membuat setiap orang mengapa berbeda yakni rasa, terutama rasa dalam perasaan itu sendiri. Sebuah keunikan manusia dimana Ia diciptakan dengan peralatan yang sama namun dapan merasakan sesuatu yang berbeda dengan setiap orang. Setiap orang tentunya memiliki selera makanan yang beragam, namun mengapa meski memiliki indra pengecap yang sama setiap orang memiliki selera yang berbeda. Memang perbedaan ini bisa jadi karena faktor, kebiasaan apa yang Ia makan. Ada yang senang makan sakan yang mentah karena kebiasaan dari kecil dan ada juga yang senang makanan yang pedas. Semuanya berbeda karena kebiasaan dan lingkungan. 

Namun, tetap saja setiap individu dalam merasakan sesuatu yang berbeda. Hal ini karena perasaan yang berbeda dalam merespon sesuatu. Meski banyak orang yang menyukai nasi namun ada juga orang yang tidak menyukai nasi, meski Ia hidup dilingkungan dengan orang yang senang makan nasi. 

Variasi hidup yang semakin beragam membuat selera setiap individu menjadi beragam pula. Jika dulu hanya memiliki satu genre musik dan tidak semua orang dapat menikmati musik, sehingga menimbulkan perbedaan antara tidak suka musik, biasa saja dan menyukainya. Saat ini tidak hanya suka atau tidak suka namun menjadi bervariatif lagi dimana musik saat ini begitu beragam. Setiap orang memiliki ragamnya masing-maasing dalam menyukai musik. Tidak hany musik makanan, hiburan dan lainnya mempengaruhi selera masing-masing orang. Tentunya setiap orang dapat menilai apa yang disukai dan apa yang tidak disukai. 

Bisa dikatakan bahwa semakin kesini manusia selalu menciptakan berbagai hal-hal yang baru. Penciptaan alat baru, pencampuran antar budaya, imajinasi yang semakin bervariasi dan berkembang sehingga menciptakan sebuah keragaman dunia. Setiap individu yang hanya sebagai penikmat memiliki peran dalam menilai apa yang menurut mereka menarik dan tidak menarik. Bagi yang menyenangi sesuatu yang sama biasanya mereka menciptakan sebuah kelompok yang memperbincangkan hal yang sama. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...