Berpikir merupakan sesuatu yang melekat pada diri. Manusia manapun di dunia ini tentunya pasti harus berpikir, karena manusia harus mempertahankan hidupnya di dunia yang serba banyak aturan ini. Mereka yang tak bisa berpikir secara baik, tentunya akan kalah dengan mereka yang pintar. Tentunya ada beberapa tingkatan mengenai berpikir ini. Di sini ada beberapa tingkatan mengenai berpikir:
![]() |
(Pixabay.com) |
Thinking of Phenomenon
Orang yang pada tingkatan ini hanya berpikir atau melihat sesuatu hanya sekedar melihat bentuk, rasa, suara, dan lainnya melihat suatu secara objektif tidak ada penambahan nilai pada suatu benda atau fenomena. Misalnya melihat seorang perempuan yang tinggi putih, kurus, berambut lurus dan panjang, memiliki mata sipit, dan lainnya. Ia hany melihat dari segi bentuk dan rupa, tidak melihat apakah Ia cantik atau jelek karena Ia tidak memperdulikan hal tersebut. Seperti pikirannya anak kecil yang masih polos Ia hanya melihat orang lain dari segi rupanya saja.
Orang yang berpikir seperti ini tentunya biasa dialami oleh anak-anak dan orang-orang yang tujuan hidupnya hanya untuk makan dan tidur, tidak ada keinginan lebih untuk melakukan sesuatu. Orang seperti ini bisa dikatakan tak berwawasan bahkan bodoh namun Ia mudah sekali untuk bahagia.
Thinking of Fashion
Fashion atau nafsu tentunya kita sudah tahu pikiran ini akan menjurus kemana. Tentunya pasti melihat suatu barang dari segi penilaian tentang sebuah kenikmatan. Pikiran ini tentunya memiliki subjektif dan pengembangan pikirannya hanya sebuah nafsu sesaat.
Orang yang berpikir pada tingkatan ini tentunya akan mengabaikan berpikir rasionalis. Mungkin sebagian orang akan melihat orang berpikiran seperti ini aneh. Entah apakah ini pantas untuk dijadikan sebuah tingkatan berpikir atau ini hanyalah sebuah nafsu belaka. Akan tetapi Ia juga bisa melihat suatu barang menjadi sesuatu yang menarik dan bahkan menjadi sebuah ide kreatif.
Semisal jika orang yang ini melihat sebuah makanan tentunya tidak hanya dilihat dari segi apakah itu bisa dimakan atau tidak tetapi juga dilihat dari segi estetika dan rasa yang di dalamnya. Semua indra manusia sama tentunya, namun yang membedakannya adalah bagaimana memaknai rasa tersebut. Ini tentunya menjadi sebuah pikiran yang mana pikiran tidaklah harus berorientasi pada logika, Ia juga bisa berorientasi rasa.
Namun, mereka yang berpikir pada tingkatan ini juga sering kali terjebak karena Ia tidak memiliki daya nalar tentang sebab akibat, manfaat kegunaan dan lainnya yang lebih penting daripada hanya sekedar kenikmatan sesaat.
Thinking of Knowledge
Manusia yang telah mencapai pikiran rasional sudah bisa membedakan mana yang penting bagi dirinya dan mana yang tidak penting untuk dirinya. Seorang yang rasional dalam menentukan sesuatu pasti melihat dari segi apa manfaat dari hal yang telah dipilih.
Ia melihat sebuah benda tidak hanya sebagai sesuatu yang digunakan untuk sehari-hari saja tetapi juga berpikir bahwa ada sesuatu yang menakjubkan dari sebuah benda. Semisal melihat fenomena minum air yang mana Ia melihat bahwa itu adalah sesuatu yang dipelajari sehingga menimbulkan sebuah pertanyaan seperti mengapa manusia bisa harus dan mengapa manusia membutuhkan air.
Bagi orang yang berpikir secara biasa mungkin mereka berpikir dari sananya memang seperti itu. Namun, berbeda dengan orang yang haus akan ilmu pengetahuan dimana memahami sesuatu yang biasa dengan pemahaman yang lebih mendalam sehingga menemukan sebuah fakta-fakta baru dan ilmu pengetahuan baru. Banyak penemuan-penemuan yang sebenarnya adalah sesuatu yang sederhana dan biasa dilakukan oleh banyak orang. Namun, mereka para ilmu menemukan sebuah fenomena biasa itu bukanlah hal biasa dimana ada sebuah hukum yang melekat pada suatu benda.
Thinking of Relation
Masih berhubungan dengan tingkatan sebelumnya, dimana mereka yanga sudah berada pada tingkatan ini tidak hany mencari sebuah pemahaman baru pada suatu benda namun Ia dapat menghubungkan dengan ilmu pengetahuan yang lainnya. Semisal seorang yang pandai dalam sains Ia memahami sebuah fenomena alam dan Ia sadar bahwa sebuah fenomena alam itu pasti ad keterhubungan dengan ilmu lainnya seperti ilmu sosial.
Bagi yang mereka yang hanya fokus pada satu ilmu mungkin akan mengabaikan ilmu-ilmu lainnya. Namun tidak demikian dengan orang yang berpikir seperti ini, Ia senang menghubungkan satu fenomena dengan fenomena lainnya. Ia percaya bahwa suatu akibat pasti disebabkan oleh beragam sebab dan sebuah sebab pasti akan mengakibatkan akibat yang beragam.
Sehingga Ia memiliki pemahaman yang luas yang menghubungkan satu fenomena dihubungkan dengan ilmu-ilmu lainnya. Seperti menghubungkan ilmu ekologi dengan sosial atau antropologi, menghubungkan teknologi dengan politik, menghubungkan bisnis dengan gaya hidup dan lain semacamnya. Semuanya seperti sebuah rantai yang saling terhubung dan saling berkaitan antara satu sama lain.
Thinking of Movement
Mereka yang telah berpikir untuk saling menghubungkan antara satu dengan lainnya pasti ada rasa ingin melakukan sesuatu yang diubah. Mereka sadar bahwa ada sesuatu yang tidak beres dengan dunia ini. Maraknya penjualan hp, mahalnya bensin, atau yang lainnya adalah suatu yang saling berkaitan.
Mereka yang paham ada sebuah kesalahan pasti akan menelitinya lalu mencari solusi apa yang sekiranya harus dilakukan dan apa yang harus diubah. Dalam melakukan suatu perubahan tentunya haruslah berhati-hati dalam melakukannya. Karena ini seperti sebuah benang kusut yang harus berhati-hati dalam menguraikannya, karena jika salah dalam penguraian bisa jadi bukannya terurai tetapi justru akan membuat benang tersebut semakin kusut.
Namun, memang jika hanya meneliti dan memeriksa saja mengenai keadaan yang ada tentu tidak akan menyelesaikan permasalahan. Memang lebih baiknya bergerak sambil meneliti apa yang kurang dan apa yang harus diperbaiki sambil mencari jalan dan solusi yang terbaik. Karena sehebat-hebatnya ilmuan dalam meneliti, jika tidak melakukan sedikit pun pergerakan maka penelitiannya itu tidak berguna sama sekali karena belum ada pembuktian yang teruji. Dan sehebatnya peneliti pasti ada batasan dalam memahami sesuatu sehingga memang lebih baiknya melakukan sebuah gerakan agar tau hasilnya.
Thinking of Spiritual
Berpikir panjang tentang dunia, maka pada akhirnya sebenarnya itu bukan arti sesungguhnya dalam hidup. Arti sebuah kehidupan yang sesungguhnya itu bisa terjadi jika manusia sudah pada tingkatan ini. Tidak hany berpikir tentang dunia tetapi tentang akhiran dan tidak hanya berpikir tentang fisik tetapi juga tentang jiwa.
Mereka yang telah mencapai pad tingkatan berpikir ini, akan menganggap bahwa semua yang ad di dunia ini adalah fana dan tidak berarti apapun. Apa yang dimiliki saat ini tentu hanyalah sebuah pinjaman. Ilmu, jabatan, tahta dan kecantikan semuanya hanyalah sebuah pinjaman. Pada tingkatan ini juga akan selalu menghubungkan apapun di dunia ini dengan akhirat serta apapun yang dilakukan orientasinya adalah untuk peningkatan spiritual.
Komentar
Posting Komentar