Langsung ke konten utama

Pangkat Tertinggi Manusia adalah Kemanusiaan

Saat ini manusia sering sekali mengejar sesuatu yang namanya adalah pangkat jabatan. Manusia rela melakukan hal apapun bahkan kejahatan sekalipun hany demi mendapatkan pangkat tersebut. Meski Ia sudah berada pada puncak pangkat tertinggi, manusia yang serakah pasti tidak akan pernah puas akan pangkatnya sendiri. 

Jika Ia sudah menjadi jendral tingkat tinggi maka Ia akan beralih ke partai politik, jika sudah berada di partai politik maka Ia ingin menjadi anggota DPR dan selanjutnya ingin menjadi menteri kemudian jadi presiden dan seterusnya. Entah apakah Ia tidak berpikir bahwa menjadi seorang petinggi itu tanggung jawabnya besar di hadapan Tuhan. Hisab dirinya saja sudah tak kuat apalagi bertanggung jawab atas jutaan orang banyak. Manusia yang bodoh tak akan pernah percaya akan adanya akhirat meski Ia beragama, Ia hany percaya bahwa kenikmatan saat ini yang dikejar haruslah dunia. 

Aneh dan heran semakin manusia berada di puncak tertinggi maka semakin Ia hilang rasa kemanusiaannya. Semakin tinggu jabatannya semakin jahat pula terhadap orang lain. Percuma saja jika pangkatnya tinggi jika hatinya begitu buruk, Ia baik di mata manusia namun buruk dimata Tuhan. Bukankah semestinya pangkat jabatan itu digunakan untuk kemaslahatan umat, ketika Ia berada di puncak maka Ia memiliki kuasa yang luas. Semestinya Ia dapat memanfaatkan kuasanya untuk mengubah masyarakatnya bukannya malah menjadi semakin egois dan jahat. Memang manusia bodoh yang tak percaya akan hari akhir memanfaatkan jabatan hanya untuk kepentingan pribadi. 

(Pixabay.com)

Sebenarnya pangkat tertinggi bukanlah apa yang saat ini kita bayangkan, di mana Ia duduk dalam suatu sektor dan berdiri di atas kepalanya orang lain seperti pos, CEO, jendral, presiden dan lainnya itu semua bukanlah derajat tertinggi manusia itu hanyalah pangkat kosong yang hany sementara. Karena percuma jika punya kuasa namun tanpa rasa maka jadinya hanya akan binasa. 

Pangkat tertinggi manusia sejatinya yakni menjadi manusia yang sesungguhnya. Kita harus mengesampingkan apa itu jabatan, pangkat atau kehormatan itu hanyalah sesuatu yang dibuat-buat bukan sejatinya manusia. Sedangkan manusia sejati adalah manusia yang benar-benar manusia. Maksudnya adalah menjadi manusia yang semakin manusia atau dalam kata lain memiliki ras kemanusiaan seperti saling mengasihi, memberi, berbuat baik dan mensejahterakan. 

Mau apapun profesinya, sukunya apa, jabatannya apa, warna kulit dan apun itu, semuanya tidak ada artinya karena itu hanyalah buatan manusia atau sekedar akal-akalan saja. Sebenarnya kita sama, yakni sama-sama manusia tidak terbatas dengan sesuatu yang melekat pada diri. Hanya ada satu yang melekat pada diri yakni rasa kemanusiaan. 

Seorang yang sudah memiliki rasa kemanusiaan sudah tidak memandang manusia dari status sosial atau fisik tetapi lebih memandang mengenai sifat pribadinya sebagai manusia. Jika semua manusia sudah memiliki rasa kemanusiaan, maka tidak ada yang namanya sebuah perselisihan, perang, pertengkaran ataupun hirarkis sosial. Semuanya dipandang sama rata tidak melihat siapa dan darimana dia. 

Semua manusia sebenarnya memiliki ras kemanusiaan ini. Entah mengapa banyak manusia di dunia ini justru rasa kemanusiaannya banyak yang menghilang. Hal ini karena terlalu terpengaruh terhadap status sosial yang itu hanyalah akal-akalan manusia saja. Manusia menjadi seorang raja, sebenarnya itu hanya akal-akalan saja, karena gen semua manusia Itu sama baik raja maupun rakyat biasa keduanya memiliki gen yang sama. Raja hanyalah aturan sosial yang entah apa patokannya seorang dikatakan seorang raja. Tidak ada manusia yang memiliki genetik yang spesial. Spesialnya manusia diangkat menjadi raja itu hanyalah sebuah akal-akalan saja. 

Tetap hanya satu yang mutlak tentang tingginya derajat manusia yakni rasa kemanusiaan setra bagaimana Ia taat kepada Tuhannya. Hal ini tentu saja tidak dapat dipisahkan, karena Tuhan menciptakan manusia tujuannya agar menjadi manusia yang sesungguhnya. Menjadi manusia yang sesungguhnya tentu saja menjadi manusia yang Taat apa perintah Tuhan, dan perintah Tuhan ini pasti tidak akan bertentangan dengan rasa kemanusiaan tetapi justru membuat manusia semakin manusia karena Tuhan tahu mana yang terbaik bagi manusia itu sendiri. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...