Langsung ke konten utama

Bisnis Pembuat Ketidakadilan

Menjadi seorang pengusaha atau pebisnis, siapa yang tidak menginginkannya. Masyarakat terutama kaum muda saat ini lebih menginginkan menjadi seorang pengusaha ketimbang menjadi profesi lainnya. Selain memiliki penghasilan yang banyak, serta bis menjadi orang penting dan tidak disuruh-suruh. 

Namun, menjadi seorang pebisnis tentu tidak semudah apa yang kita bayangkan. Selain butuh modal yang besar, juga butuh usaha dan waktu yang ekstra, tetapi usaha tentunya tidak akan menghianati hasil, itu kata banyak orang. 

Selain butuh usaha dan modal yang besar tentunya pasti akan ada banyak cobaan yang menggoda, seperti menghalalkan segala cara agar bisnisnya tetap laku, bahkan sampai ikut menjadi anggota partai politik agar bisa mempertahankan bisnisnya.

(Pixabay.com)

Memang tidak ada salahnya manusia berbisnis,  namun yang jadi masalah adalah ketika bisnis menjadi sebuah orientasi kehidupan. Hanya memikirkan keuntungan-keuntungan materil saja tanpa memperhatikan hal-hal lainnya. Keserakahan manusia kebanyakan itu berasal dari sebuah bisnis, yang mana dengan jalur bisnis ini manusia mampu menguasai apapun di dunia ini. 

Yang parahnya ketika semua sektor diorientasikan untuk bisnis semata, bahkan agama pun bisa dijual hanya demi kepentingan bisnis. Hati manusia dilingkupi oleh hasrat duniawi, rasa kemanusiaannya menjadi hilang hanya ras keserakahanlah yang muncul. 

Munculnya ketidakadilan di dunia ini karena adanya kepentingan bisnis. Otak-otak bisnis ini memang tidak peduli hanya kecuali bisnis. Semuanya di jadikan uang dan apapun di dunia ini haruslah dikomersilkan. Orang bodoh macam apa yang mengklaim bahwa sebuah alam adalah miliknya lalu mereka menjualnya kepada pemilik alam tersebut. 

Kalau sudah berbicara bisnis, maka keadilan, kesehatan, kemanusiaan, pengetahuan yang semestinya berjalan secara ideal itu menjadi rusak akibat bisnis. Anak-anak yang seharusnya mendapatkan pendidikan yang layak, kini Ia tak mempu sekolah karena sekolah sudah dibisniskan apalagi sekarang ditambah lagi dengan les privat yang berbayar. 

Kesehatan yang harusnya melayani orang yang sakit parah, kini mereka harus diukur yang mana sekiranya Ia mampu bayar. Makanan yang tak sehat dijual dimana-mana, merek tak peduli tentang kondisi kesehatan mereka yang terpenting Ia mendapatkan untung dari hasil penjualannya. Meski Ia tahu bahwa makanan yang Ia jual adalah tidak baik untuk mereka konsumsi tetapi jika menguntungkan dirinya apa salahnya untuk dijual. 

Apalagi aturan hukum yang serba semerawut karena intrik-intrik politik bisnis. Demi kelancaran bisnisnya, jangankan menabrak aturan tetapi Ia juga mengubah aturan agar menguntungkan dirinya. Lembaga hukum yang seharusnya menjadi penegak keadilan, kini hanya menjadi lembaga preman yang minta jatah pada para pebisnis. 

Kacau sudah sebuah negara jika negara tersebut menjadi objek bisnis. Ia seperti seorang budak yang harus menuruti apapun keinginan tuannya. Meski Ia ditindas maka Ia tidak boleh melawan sang tuan. Ketidak adilan dan penindasan tentunya akan selalu ada di setiap zaman. Menciptakan sebuah kelas hirarki sosial yang tak pernah selesai-selesai pembahasannya. Ia tidak hancur, hanya bertransformasi saja. 

Jika dulu para petinggi adalah orang yang kuat, kemudian menjadi raja dan keturunannya adalah pemimpin pula sehingga menciptakan sebuah kelas-kelas sosial. Kemudian beralih dari raja menuju para pebisnis. Memang raja masih ada sampai saat ini, namun Ia tak bisa berkuasa seperti para pebisnis. Ia hanya menjadi boneka negara, yang sejatinya juga melayani para pebisnis tersebut. Meski bukan keturunan hebat dan jabatan yang tinggi, jika uang berbicara maka kehebatan itu akan kalah dengan uang. 

Haruskah kita hidup seperti ini terus-terusan, melihat para pebisnis semena-mena dalam menindas orang lain dan meraup alam sebesar-besarnya. Bukankah mereka seperti kangker yang jika dibiarkan akan merusak organ-organ lainnya jika dibiarkan begitu aja. Jika dibiarkan saja maka kita yang hidup damai akan terancam pula bahkan mereka para pebisnis akan ikut hancur bersama kita.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...