Langsung ke konten utama

Langkah Kedua dan Ketiga dalam Mempelajari Filsafat

Kedua setelah pikiran kedua harus memiliki ras ingin tahu dan tingkatkan setinggi mungkin. Tidak ada hal yang biasa di sekeliling, semua merupakan hal yang luar biasa semua bis dipertanyakan. 

Sebenarnya ras ingin tahu itu adalah sesuatu yang naluriah sifatnya. Sifatnya fitrah setiap orang pasti punya banyak ras ingin tahu. Hanya saja rasa ingin tahu itu sering dibunuh sering dianggap hal biasa. Ketika kecil manusia memiliki rasa keingintahuan yang tinggi namun karena dimarahi oleh orang tua karena selalu mempertanyakan sesuatu. Maka lama kelamaan daya kritisnya mati. 

Banyak hal yang dianggap biasa namun perlu dicari tahu argumennya. Mungkin itu tidak proposional,  mungkin itu tidak pas. Banyak hal yang harus dikritisi,  Apapun pertanyakan itu. 

Ketiga adalah wisdom (kebijaksanaan). Asal kata filsafat sendiri dari kata filo dan sofia. Filo itu cinta sofia itu bijaksana. Filsafat tidak hanya cinta pad kebenaran tetapi juga cinta pada kebijaksanaan. Benar tidak selalu bijaksana, bijaksana itu proporsional dan pas.

Menyebut orang yang gemuk dengan sebutan si gendut memang benar tetapi tidak bijaksana karena tidak pas saat membicarakannya. Jadi kalau bijak sana itu harus menemukan formula yang pas tahu kapan harus bicara dan tahu kapan harus diam. Kapan harus maju dan kapan harus mundur, kapan harus mengalah dan kapan haru menang itulah bijaksana. 

Jadi kebenaran itu adalah jembatan menuju wisdom. Bukan titik akhirnya setelah ketemu kebenaran itu mau apa, karena kebenaran jika tidak dikelola dengan baik maka hasilnya akan rusak. Kita lihat debat di TV argumennya pasti terlihat benar keduanya. Kelemahannya biasanya porsi dan proporsinya. 

Jadi, setiap orang harus berfilsafat meskipun tidak semua orang harus jadi ahli filsafat. Filsafat menuntut kita untuk serius, sadar hidup secara reflektif. Hidup secra reflektif itu hidup yang tidak asal-asalan. 

Sebagian besar aktifitas hidup kita itu tidak dipenuhi oleh keseriusan. Jik pertanyakan pada diri kita mengenai variabel dalam hidup apakah pas atau tidak? Banyak orang yang ingin menjadi kaya namun malas menabung dan boros. Banyak yang ingin menjadi pintas namun malas untuk belajar di mana antara kehidupan yang dicita-citakan dengan keseharian sekarang itu berbeda jauh. 

Filsafat menantang kita beranikah mempertanyakan hidup. Setiap orang harus berfilsafat, karena setiap orang harus serius dalam hidupnya. Kalau diamanatkan menjadi seorang pelajar atau pekerja itu harus bagaimana menjadi mahasiswa atau pekerja yang baik. Di dalamnya tentu ada tanggung jawab sosial, tanggung jawab moral dan tanggung jawab intelektual. 

Agama itu sangat filosofis menyuruh untuk muhasabah dan tafakur itu merupakan aktifitas-aktifitas filsafat. Setiap orang harus tafakur dan muhasabah terus. 

Berfilsafat itu tidak harus paham filosof barat berpikir seperti ini dan begitu, maka tidak harus begitu. Inti dari filsafat itu berarti mencari kebijaksanaan dan relevansi. Kalau misalnya gak punya uang jangan memaksakan ingin membantu orang apalagi sampai berhutang. Nanti pada akhirnya tidak bijaksana, harus tahu kapan harus membantu dan kapan untuk tidak membantu.

Filosof itu menguji hidup refleksi tentang apa yang seharusnya tidak kita lakukan. Jadi ini inginnya yang merasa filsafat itu adalah barang mahal yang isinya teori-teori rumit. Ada memang tokoh filsafat yang berpikir seperti itu namun apakah relevan dengan hidup dengan kita.

Boleh mempelajari Plato, Aristoteles, Socrates dan lainnya silahkan, tetapi pilihlah yang relevan untuk hidup terkecuali memang ingin menjadi ahli filsafat. Kalau tidak maka jangan mencernanya semua. Karena semua filosof itu menjawab segala persoalan zamannya sendiri.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...