Kedua setelah pikiran kedua harus memiliki ras ingin tahu dan tingkatkan setinggi mungkin. Tidak ada hal yang biasa di sekeliling, semua merupakan hal yang luar biasa semua bis dipertanyakan.
Sebenarnya ras ingin tahu itu adalah sesuatu yang naluriah sifatnya. Sifatnya fitrah setiap orang pasti punya banyak ras ingin tahu. Hanya saja rasa ingin tahu itu sering dibunuh sering dianggap hal biasa. Ketika kecil manusia memiliki rasa keingintahuan yang tinggi namun karena dimarahi oleh orang tua karena selalu mempertanyakan sesuatu. Maka lama kelamaan daya kritisnya mati.
Banyak hal yang dianggap biasa namun perlu dicari tahu argumennya. Mungkin itu tidak proposional, mungkin itu tidak pas. Banyak hal yang harus dikritisi, Apapun pertanyakan itu.
Ketiga adalah wisdom (kebijaksanaan). Asal kata filsafat sendiri dari kata filo dan sofia. Filo itu cinta sofia itu bijaksana. Filsafat tidak hanya cinta pad kebenaran tetapi juga cinta pada kebijaksanaan. Benar tidak selalu bijaksana, bijaksana itu proporsional dan pas.
Menyebut orang yang gemuk dengan sebutan si gendut memang benar tetapi tidak bijaksana karena tidak pas saat membicarakannya. Jadi kalau bijak sana itu harus menemukan formula yang pas tahu kapan harus bicara dan tahu kapan harus diam. Kapan harus maju dan kapan harus mundur, kapan harus mengalah dan kapan haru menang itulah bijaksana.
Jadi kebenaran itu adalah jembatan menuju wisdom. Bukan titik akhirnya setelah ketemu kebenaran itu mau apa, karena kebenaran jika tidak dikelola dengan baik maka hasilnya akan rusak. Kita lihat debat di TV argumennya pasti terlihat benar keduanya. Kelemahannya biasanya porsi dan proporsinya.
Jadi, setiap orang harus berfilsafat meskipun tidak semua orang harus jadi ahli filsafat. Filsafat menuntut kita untuk serius, sadar hidup secara reflektif. Hidup secra reflektif itu hidup yang tidak asal-asalan.
Sebagian besar aktifitas hidup kita itu tidak dipenuhi oleh keseriusan. Jik pertanyakan pada diri kita mengenai variabel dalam hidup apakah pas atau tidak? Banyak orang yang ingin menjadi kaya namun malas menabung dan boros. Banyak yang ingin menjadi pintas namun malas untuk belajar di mana antara kehidupan yang dicita-citakan dengan keseharian sekarang itu berbeda jauh.
Filsafat menantang kita beranikah mempertanyakan hidup. Setiap orang harus berfilsafat, karena setiap orang harus serius dalam hidupnya. Kalau diamanatkan menjadi seorang pelajar atau pekerja itu harus bagaimana menjadi mahasiswa atau pekerja yang baik. Di dalamnya tentu ada tanggung jawab sosial, tanggung jawab moral dan tanggung jawab intelektual.
Agama itu sangat filosofis menyuruh untuk muhasabah dan tafakur itu merupakan aktifitas-aktifitas filsafat. Setiap orang harus tafakur dan muhasabah terus.
Berfilsafat itu tidak harus paham filosof barat berpikir seperti ini dan begitu, maka tidak harus begitu. Inti dari filsafat itu berarti mencari kebijaksanaan dan relevansi. Kalau misalnya gak punya uang jangan memaksakan ingin membantu orang apalagi sampai berhutang. Nanti pada akhirnya tidak bijaksana, harus tahu kapan harus membantu dan kapan untuk tidak membantu.
Filosof itu menguji hidup refleksi tentang apa yang seharusnya tidak kita lakukan. Jadi ini inginnya yang merasa filsafat itu adalah barang mahal yang isinya teori-teori rumit. Ada memang tokoh filsafat yang berpikir seperti itu namun apakah relevan dengan hidup dengan kita.
Boleh mempelajari Plato, Aristoteles, Socrates dan lainnya silahkan, tetapi pilihlah yang relevan untuk hidup terkecuali memang ingin menjadi ahli filsafat. Kalau tidak maka jangan mencernanya semua. Karena semua filosof itu menjawab segala persoalan zamannya sendiri.
Komentar
Posting Komentar