Langsung ke konten utama

Penciptaan Nilai

Sebuah kehidupan di dunia ini dimana kita tidak dapat terhindar dari yang namanya sebuah penilaian. Bahkan diri kita pun memiliki sebuah penilaian pada sesuatu baik itu benda maupun manusia. Penilaian adalah sesuatu yang sifatnya subjektif dimana setiap orang tentu memiliki keragaman dalam memandang sesuatu. 

Sebuah perbedaan tentu tidak dapat kita hindari, perbedaan akan selalu ada selama pikiran manusia itu ada. Namun, sebuah perbedaan bisa menjadi sebuah permasalahan dimana jika antara satu sama lain menganggap jika orang lain berpandangan berbeda itu adalah salah. Padahal salah benarnya sesuatu tidak dapat disepakati oleh seseorang atau suatu kelompok, tentu harus ada sebuah kesepakatan di dalamnya. Sebuah perbedaan tentu harusnya menjadi sebuah keragaman dalam budaya, pengetahuan, teknologi dan lainnya, yang paling penting hal tersebut tidak berdampak merusak. 

Jika kita kembali lagi mengenai nilai, dimana nilai itu dibangun oleh cara pandang masyarakat kemudian masyarakat lalu menyetujuinya bahwa itu adalah hal yang baik. Sebuah kesepakatan sosial dimana jika ada yang berpandangan beda maka itu adalah sesuatu yang buruk. 

(Pixabay.com)

Sering kita menganggap bahwa sesuatu yang tidak baik adalah ketidakumuman dalam berpandangan maupun cara hidup. Seperti contohnya seorang perempuan yang sering bekerja malam, maka akan dicap sebagai wanita yang tidak baik, karena menurut kesepakatan masyarakat bahwa wanita tidak boleh keluar malam. Memang baik pandangan masyarakat ini dimana waktu malam adalah sesuatu yang bahaya terutama bagi perempuan. Namun, di sisi lain perlu juga melihat mengapa itu terjadi. 

Dalam lingkup yang lebih luas sepertu gaya hidup masyarakat modern dimana itu dibentuk bukanlah sifatnya alamiah sengaja terjadi untuk menciptakan sebuah nilai baru. Seorang dianggap canting berdasarkan kriteria ini dan itu, harus berpakaian sesuai zamannya, bergaul ketempat yang sering didatangi orang dan sedang viral, itu semua adalah sebuah nilai yang dianggap sebagian orang adalah sesuatu yang keren. 

Namun, sayang nilai saat ini tidak melihat apakah itu baik atau buruk, merusak atau tidak yang terpenting jika masyarakat bahwa itu adalah sesuatu yang diakui hebat maka dianggap hebat. Setiap orang, setiap kelompok maupun setiap wilayah memiliki nilainya tersendiri, semuanya memiliki makna filosofis yang beragam. 

Sebuah nilai sosial, memang tidak terlalu memperhatikan dari nilai gunanya, apa fungsinya dan untuk apa manfaatnya. Namun, nilai tersebut dibuat-buat sehingga memiliki sebuah fungsi. Semisal seorang anak harus mencium tangan kepada yang lebih tua. Secara kegunaan memang tidak ada pengaruhnya, namun ini memiliki makna filosofis dimana orang yang lebih muda harus menghormati yang lebih tua. Kemudian nilai ini dibuat, sehingga memiliki guna, dimana menciptakan sebuah kerukunan. Setiap budaya tentu memiliki cara yang beragam dalam menciptakan sebuah kerukunan. 

Namun, ada juga sebuah nilai yang tidak memiliki nilai guna sama sekali dimana justru malah merugikan. Seperti sekelompok gangster yang akan dianggap baik jika mereka melakukan tindak kekerasan. Menurut mereka tindak kekerasan ini adalah sesuatu yang jebat dan pemberani secara filosofis. Tetapi tetap saja hal tersebut tidak memiliki nilai guna yang justru hanya memiliki nilai merusak. 

Setidak-tidaknya nilai itu netral dan tidak merusak diri maupun orang lain. Kita harus berpatokan bahwa sebuah nilai haruslah mengutamakan dampak yang ditimbulkan. Tidak peduli sesakral apapun sebuah nilai, jika itu merusak dimana terdapat unsur penindasan, rasisme, kekerasan dan sebagainya. Pasti banyak yang berpendapat bahwa hal tersebut tidaklah cocok sebagai nilai yang baik. 

Semestinya harus ada mana ad mas untuk meniadakan sebuah nilai, dimana manusia bertindak dalam melakukan sesuatu bukan karena nilai-nilai sebelumnya, tetapi sebuah ketulusan dalam diri. Sebuah ketulusan adalah kemurnian dalam diri manusia dimana Ia adalah sesuatu yang bebas dari nilai tertentu. Semisal seorang muslim menolong seseorang bukan karena Ia sesama muslim juga namun lebih melihat ke ketulusan untuk menolong sesama. Dalam bekerja pun nilainya bukan materil berupa balasan uang namun juga sebuah ketulusan. Apa yang kita lakukan saat ini, jika ada nilai didalamnya maka itu bukan lah diri sesungguhnya manusia. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...