Langsung ke konten utama

Membanding-bandingkan Hidup

Hidup kita ini ada karena adanya orang lain, kurang lebihnya diri kita juga berdasarkan patokannya orang lain. Pembentukan karakter kita dan identitas diri kita itu karena adanya orang lain. Jika ada manusia yang hidup sendirian Ia memang manusia, namun manusia yang seperti apa itu tidak akan bisa terjelaskan jika tanpa adanya orang lain. Tampan, tinggi, putih, pintar dan lain sebagainya itu bisa ada karena ada perbandingan dengan manusia, jika tidak ada maka ciri itu pun tidak terlihat nampak. 

Kita bergerak untuk melakukan sesuatu juga karena ada orang lain, memang kita memiliki sebuah keinginan pribadi namun keinginan itu pasti akan ada hubungannya dengan orang lain. Misalnya jika ad orang yang menginginkan menjadi seorang guru, maka sebelumnya ada guru dan juga ada murid sebagai orang yang diajari tanpa ada itu mana mungkin bisa menjadi guru. Meski keinginan pribadi pun juga sama seperti ingin makan enak, tentu harus ada tempat penyedianya juru masak dan sebagainya. Apa yang kita lakukan sejatinya pasti ada hubungannya dengan orang lain. 

(Pixabay.com)

Hidup kita memang tidak lepas dari membanding-bandingkan diri kita dengan diri orang lain. Memang membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain memang sering berkonotasi negatif, namun tanpa itu semua kita tidak akan bergerak melakukan sesuatu. Misalnya ketika melihat orang kaya maka diri kita akan bergerak untuk menjadi kaya juga. Melakukan segala cara dan upaya untuk menjadi kaya. 

Sebenarnya membanding-bandingkan diri kita dengan orang lain itu tidaklah salah. Hanya saja perlu diperhatikan bahwa kita juga harus tepat sasaran dalam memilih siapa yang layang untuk diperbandingkan dengan diri kita. 

Sering kali seseorang membandingkan hidupnya dengan sisi materialnya orang lain, seperti kecantikan, popularitas, dan kekayaan. Itu semua dilakukan karena dianggap hal tersebut bisa membuat diri kita bahagia. Memang hal tersebut memuat diri kita akan tergerak untuk melakukan itu semua. Namun, jika mengejar itu semua sebenarnya itu adalah sebuah kefanaan. Mapan, tampan, dan terkenal belum tentu bisa membuat diri kita bahagia.

Jika ingin membandingkan hidup kita, maka cari sesuatu yang esensial. Misalnya membandingkan diri kita dengan orang yang alim dan bijaksana. Hal tersebut tentunya jauh lebih bermanfaat bagi kehidupan kita. Membandingkan diri kita itu sama seperti menemukan sosok diri kita dari orang lain. Maka, carilah sesosok yang memang patut ditiru, tidak hanya sekedar memiliki kemapanan material namun juga kemapanan karakter. 

Membandingkan diri kita dari sisi material itu harus melihat siapa yang lebih kurang. Sedangkan membandingkan diri kita dari sisi esensial itu kita harus mencari yang lebih tinggi dari kita. Sehingga pencapaian hidup bukan menemukan harta yang berwujud namun harta yang tidak berwujud yang mana itu lebih berharga daripada harta yang berwujud. Harta yang tak berwujud itu seperti akhlak dan kecerdasan. Harta berwujud itu akan habis pada masanya namun yang tak berwujud atau inmateril ini tidak akan pernah habis dan justru akan selalu bertambah. 

Manusia itu tidak akan pernah puas dengan apa yang dimilikinya. Maka dari itu, cari sesuatu yang tidak pernah memuaskan diri sekaligus Ia juga bermanfaat bagi orang banyak terutama bagi diri kita sendiri. Seseorang yang tidak pernah puas akan harta maka harta tersebut akan menghancurkan dirinya, sedangkan seseorang yang tidak pernah puas akan ilmu justru akan memberi keberkahan pada dirinya. 

Namun, perlu kita garis bawahi bahwa kita juga harus mengetahui batasan dan harus sabar dalam melakukannya. Apapun itu tentunya akan menjadi sesuatu yang menghancurkan diri jika tidak tahu batasan dan tidak sabar dalam melakukannya. Selain itu, jangan mencampur adukan dua keinginan yang berbeda. Misalnya menginginkan menjadi orang pintar karena bisa membawa kekayaan. Justru ini jelas-jelas salah, jika harta tak dapat maka ilmu yang didapat akan dianggap sebuah kekecewaan. Sebuah kekecewaan itu muncul karena banyak keinginan. Lebih baik fokus pada satu tujuan, jika ada lebihnya anggap saja itu adalah bonusnya. Jangan jadikan bonus itu sebuah tujuan, namun jadikan hal tersebut tambahan saja. Jika Ia tidak ada maka tak apa jika ada maka patut disyukuri. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...