Langsung ke konten utama

Budaya Modern yang Tak Karuan

Kalau kita lihat budaya saat ini apa yang sebenarnya menarik dan apa yang sebenarnya terlihat keren di masa kini. Semuanya pasti akan berpendapat yang beragam dan setiap waktu atau masa pasti memiliki budaya yang berbeda terus berubah-ubah begitu cepat. 

(Pixabay.com)

Jika kita melihat budaya seperti pakaian, makanan, bahasa, hiburan dan semacamnya mungkin akan sangat berbeda dengan masa kini. Begitu juga dengan budaya-budaya modern yang ada di masa depan, mungkin akan sangat berbeda dengan budaya saat ini. 

Perbedaan budaya tradisional dengan budaya modern yang mencolok yakni dari segi perubahannya. Memang dari segi pakaian kita dapat lihat bahwa hal tersebut sangatlah berbeda. Namun, yang perlu kita lihat adalah percepatan dari budaya tersebut. Terutama masyarakat kota misalnya, yang mengekspresikan dirinya dengan pakaian serba trendi saat ini agar dipandang baik oleh kelompoknya. Begitu selesai dengan trend tersebut, maka akan berganti ke trend lainnya.

Percepatan budaya ini juga memang dipengaruhi oleh percepatan teknologi dan globalisasi. Dengan adanya teknologi yang cepat membuat produksi pakaian terus meningkat ditambah dengan para designer yang banyak dan kreatif sehingga begitu cepatnya dalam merubah dunia. Begitu juga dengan globalisasi yang mana informasi yang saat ini mudah sekali diakses dimana tidak hanya menggunakan handphone saja manusia dapat menemukan berbagai macam hal. 

Namun, percepatan budaya ini ternyata bukan berarti memberikan dampak positif juga. Konsumsi yang terlalu menghambur-hamburkan uang apalagi membuang barang-barang yang dianggap tidak trend lagi sehingga membuat banyak tumpukan sampah. 

Manusia beradaptasi dari satu gaya ke gaya lain dari satu budaya ke budaya lain terus begitu saja hingga akhir pada titik puncaknya, sebenarnya apa gunanya semua ini. Hanya berganti-ganti gaya seperti tidak ada pendirian saja. Memang tidak salah jika tujuannya untuk mengekspresikan diri tetapi jika wujud ekspresinya itu selalu berganti-ganti, apakah itu merupakan sebuah perwujudan diri yang sesungguhnya. 

Dua kubu yang bersebrangan antara tradisionalis dan modernis. Yang tradisionalis menganggap mereka adalah orang-orang yang labil dan yang modernis menganggap mereka adalah orang-orang yang ketinggalan zaman. Pertarungan antara orang dulu dengan sekarang yang tidak jelas apa tujuannya dan apa untungnya. 

Pada akhirnya sebuah budaya yang serba berubah-ubah itu, hanya sekedar berputar-putar disitu-situ saja. Tidak ada yang baru, semuanya hanya mencampurkan antara satu daya dengan budaya lainnya atau sedikit memodifikasi budaya yang lama agar terlihat baru. Seperti itu lah budaya, hanya mencampur campur dan memodifikasi saja, seperti bahan material yang kita kenal. Semuanya sama hanya sedikit diubah saja. 

Ketidakpuasan manusia manusia di era modern ini semakin menjadi-jadi. Manusi terus mencari hal baru dan menciptakan hal baru hanya demi kesenangan pribadi. Sebuah budaya kini bukanlah sebuah kearifan lokal namun demi tujuan bisnis. 

Semua pakaian yang diproduksi, film-film yang ditayangkan, makanan yang dimasak dan disajikan, itu semua tujuannya pasti tentunya untuk bisnis. Semua inovasi-inovasi baru bermunculan, menghasilkan berbagai macam prodak membuat banyak mata tergiur untuk membeli lalu menikmatinya. 

Sebuah kenikmatan yang sesaat meski beragam dan menarik mata. Semakin lama manusia semakin sulit untuk bahagia karena terlalu overnya dunia hiburan. Kita tentunya harus menetapkan mengenai apa yang penting adan apa yang tidak penting. Jangan mencoba semuanya karena itu tidak ada artinya.

Dunia yang serba memusingkan ini, jangan sampai kita salah dalam memilih sesuatu. Semakin banyak hiburan, maka disitu semakin banyak jebakan bermunculan. Kita tidak tahu dari berbagai kenikmatan yang ada, busa saja dapat membinasakan diri kita. Tetap cerdas dalam memilih jangan hanya karena kenikmatan sesaat, semuanya menjadi berantakan. 


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...