Langsung ke konten utama

Terjebak Dalam Satu Definisi

Jika kita perhatikan fenomena sosial saat ini sering sekali kita melihat hal-hal yang populer yang berada dikalangan masyarakat terutama dalam penggunaan bahasa dan kalimat. Mereka yang hanya ikut-ikutan saja, mereka hanya ngin terlihat keren saja padahal bukan keren yang didapat justru Ia hanya menonjolkan kebodohannya saja. Banyak juga yang menggunakan sebuah teknologi namun sering disalah gunakan atau kurang dimanfaatkan dengan baik. Orang bodoh hanya bangga dengan sebuah produk dan bus membelinya meski Ia tak tahu untuk apa membelinya. 

Kesalahan-kesalahan yang sering kali dilakukan masyarakat disebabkan karena kesalahan dalam memahami sesuatu atau mendefinisikan sesuatu. Banyak yang menggunakan kata healing padahal aslinya hanya sekedar liburan saja padahal arti healing sendiri penyembuhan dari hal yang menyakitkan. Sering kali orang menggunakannya untuk liburan yang bukan tujuannya untuk penyembuhan diri namun hanya untuk senang-senang saja. Masih banyak lagi pemahaman-pemahaman yang sering kali disalah artikan. 

(Pixabay.com)

Pendefinisian akan sesuatu itu sangatlah penting. Jika kita ingin melakukan sesuatu maka harus tahu betul apa maksud dan tujuan, bagaimana caranya melakukannya dan apa manfaatnya. Misalkan jika kita sekolah, maka kita harus tahu apa itu sekolah, tujuannya apa, manfaatnya apa, dan bagaimana cara sekolah yang benar. Yang terpenting adalah esensi dari sekolah itu sendiri, ketika kita tidak tahu apa itu esensi dari sekolah maka sekolah hanya sekedar formalitas saja. 

Ketidak jelasan dalam memahami sesuatu membuat banyak hal menjadi sesuatu yang sia-sia. Coba kita lihat seberapa banyak orang yang hancur karena hartanya, berapa banyak orang yang sekolah namun tidak membuat dirinya berubah, dan banyak orang yang beragama namun hidupnya dilingkupi kemaksiatan. Mengetahui sesuatu itu tidaklah cukup, apa yang kita ketahui itu haruslah paham secara betul-betul jangan sampai hanya sekedar ikut-ikutan saja. 

Setiap orang pasti diberi waktu dan cobaan dalam hidupnya, namun yang membedakan adalah bagaimana mereka dalam memahami hal tersebut. Orang yang bodoh hany mengeluh dan tidak mencari jalan keluarnya, namun Ia yang bisa tentu akan memaknai segala sesuatu itu pasti dan hikmahnya dan bisa diambil pelajaran. Tuhan telah memberikan sebuah tanda isyarat dari fenomena-fenomena yang ada, tinggal bagaimana manusia memahaminya. 

Dalam mendefinisikan sebuah fenomena, tidak cukup hanya sekedar secara bahasa saja. Perlu adanya uji empiris apakah itu benar atau tidak kemudian juga mencari dari sudut pandang yang lain. Seorang yang fanatik Ia selalu salah dalam mendefinisikan sesuatu atau bisa saja apa yang dipahami hanya satu dan yang lain dianggap salah. 

Memang tidak mungkin membuat keberagaman pemahaman menjadi satu pemahaman. Perbedaan ini memang tidak dapat kita bendung, kita tinggal mencari tahu apa yang menurut kita benar. Apa yang kita yakini benar bukan berarti yang lain adalah salah. Kita hanya memegang salah satu kebenaran bukan memegang satu-satunya kebenaran. 

Definisi yang telah usang bisa jadi menjadi sebuah permasalahan. Teknologi yang semakin canggih pengetahuan yang semakin beragam, menciptakan sebuah penemuan-penemuan baru dalam hal pencarian kebenaran. Apa yang dipahami oleh kita di masa lalu bisa saja itu adalah salah dimasa depan, namun bisa saja sebaliknya dimana kebenaran yang kita anggap benar saat ini bisa saja salah. 

Sebuah definisi mengenai kebenaran sesuatu memang sangatlah abstrak dan absurd. Memang menjadi suatu kebingungan apa yang haru dipilih dan mana yang harus dihindari. Semuanya terlihat baik padahal itu adalah jebakan, memang tidak ada car lain selain meminta petunjuk kepada Tuhan. Tuhan lah yang tahu mengenai sebuah kebenaran, karen Tuhan lah yang menciptakan kebenaran sedangkan manusia hanya mampu untuk mencarinya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...