Langsung ke konten utama

Makanan dan Keberlangsungan Hidup Manusia

Makanan sudah menjadi kebutuhan hidup manusia, setiap hari manusia mengkonsumsinya demi kebutuhan hidup, tanpa makanan manusia akan mati. Ada sebuah ikatan dimana antara manusia dengan makanan itu saling terikat dan itu tidak mungkin dapat dilepaskan. Secara biologis manusia membutuhkan makanan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi tubuh dan pertumbuhan.

Saat ini makanan semakin hari semakin beragam dan unik, tujuannya memang untuk menarik para penikmat makanan. Saat ini kebutuhan makanan tidak hanya untuk mengenyangkan perut saja namun juga menjadi gaya hidup dan sumber kesenangan tersendiri. Tidak sedikit orang ada orang yang hobi kuliner dan memasak. Banyak konten kreator yang membuat konten-konten makanan seperti food vloger, mukbang, chalenge makanan dan semacamnya. 

(Pixabay.com)

Kelezatan sebuah makanan menjadi sebuah penggugah selera agar hidup semakin bersemangat, banyak inspirasi-inspirasi hadi dari sebuah makanan. Namun dibalik kelezatan itu semua, ternyata banyak mengundang dampak buruknya. Banyaknya makanan yang tidak alami karena olahan industri membuat banyak orang pada akhirnya masuk ke rumah sakit. 

Meskipun rumah sakit pengobatannya sudah modern, namun sayang makanan-makanan saat ini jauh dari kata sehat. Wajar saja orang tua dulu jarang sakit karena konsumsi makanan yang alamiah serta sering beraktivitas fisik membuatnya jauh dari kata penyakit. Jangan heran saat ini yang awalnya pamer makanan terus beralih ke pamer obat. 

Dengan beragam makanan serba nikmat dan murah rupanya tidak membuat hidup semakin baik, justru malah semakin buruk. Terutama di kalangan masyarakat kota, makanan alamiah memang terbilang langka dan mahal sehingga konsumsi makanan cepat saji menjadi pilihannya.

Hal ini tidak jauh perannya dari industri makanan, mereka memiliki peran penting dalam memenuhi kebutuhan banyak orang khususnya di masyarakat perkotaan. Apalagi banyak yang senang untuk membeli agar membuat makanan yang serba praktis. Makanan yang enak dan nikmat tidak menjamin makanan itu sehat, sebenarnya banyak yang sudah menyadari itu. Namun mau bagaimana lagi yang ada makanan seperti itu ditambah lagi dengan keuangan yang pas-pasan.

Dengan serba kenikmatannya tersebut membuat alat indra menjadi terhipnotis untuk membelinya. Jajan jajan lalu makan, seperti itulah pola hidup manusia masa kini. Abai dengan kesehatan yang penting dapat sebuah kenikmatan lalu akhirnya muncul sebuah penyesalan. 

Makanan sehat menjadi barang langka, ada yang beranggapan itu adalah makanan kampungan dan ada juga yang bilang itu adalah makanan mewah namun keduanya sama-sama menjauhi makanan tersebut. Bagaimana bisa sehat jika melihat makanan sehat saja dianggap sesuatu yang asing. 

Kampanye tentang makanan sehat tidaklah cukup, tidak perlu sebenarnya mengkampanyekan kesehatan di masyarakat umum. Cukup mengecek dan memberitahu industri makanan yang tidak baik. Semua perubahan masyarakat itu tergantung dari bagaimana industri itu berubah. Pengaruh ari industri amat sangat berpengaruh bagi masyarakat modern, apa yang diproduksi itulah yang dikonsumsi. 

Lalu dimasa depan bagaimana nasib keberlangsungan manusia. Kualitas hidup manusia modern semakin lama semakin berkurang, apalagi ditambah dengan konsumsi seperti rokok dan alkohol yang akan memperparah keadaan. Lama-lama manusia akan punah, konsumsi dari makanan yang tidak sehat tentunya akan mempengaruhi janin. Di saat Ia lahir mungkin dalam keadaan buruk pula, karena konsumsi makanan tidak baik sejak dalam kandungan. 

Ditambah dengan kualitas lingkungan yang tidak sehat serta seperti polusi udara, pencemaran air dan mikroba jahat yang bermutasi. Pada akhirnya manusia akan mati secara perlahan dengan tidak sehatnya alam maka tidak akan sehat pula hidup kita. Jika manusia ingin mempertahankan keberlangsungan hidup maka harus ubah makanan menjadi sehat alami dan pulihkan alam secepat mungkin. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...