Langsung ke konten utama

Belenggu dalam Pikiran

Pikiran adalah sebuah proses dalam memahami sesuatu fenomena, maka tak heran dalam memahami sesuatu manusia dapat memahaminya secara beragam. Dengan pikirannya manusia dapat menciptakan hal-hal baru dan juga dengan pikirannya manusia mudah dalam menyelesaikan sebuah permasalahan. 

Di balik hebatnya pikiran kita ternyata pikiran menjadi sesuatu yang membelenggu diri kita, bagai mana hidup, bagaimana melakukan segala aktifitas membuat menjadi terganggu. Pikiran bukannya menyelesaikan masalah justru malah menambah masalah. Bagi yang berpikir superior maka dengan pikirannya manusia akan menjadi sombong dan merendahkan orang lain sedangkan bagi yang berpikir inferior maka Ia selalu menganggap dirinya bodoh, ragu-ragu lemah dan merasa tidak berguna. 

Sering kali juga manusia terjebak dalam pikirannya, seakan apa yang Ia lakukan adalah benar nyatanya salah, begitu juga dengan sebaliknya mereka ragu terhadap apa yang Ia lakukan karena takut salah. Baik pikiran yang inferior maupun superior ini membuat pikiran manusia tidak berfungsi dengan semestinya, pikirannya stagnan tidak berkembang dengan semestinya. Ada juga mereka yang tidak inferior maupun superior yakni mereka yang netral. Orang netral memang tidak suka mengikuti sesuatu namun di sisi lain mereka juga tidak memiliki pendirian, tidak jelas kepribadiannya seperti apa. 

Di sini ada beberapa penyebab mengapa pikiran manusia itu terbelenggu: 

1. Cepat Puas diri

Menjadi suatu kebanggaan jika kita puas dalam sesuatu, misalnya puas ketika lulus sekolah, puas ketika berlibur dan segala kepuasan lainnya. Memang dengan kepuasan membuat kita semakin bersyukur dan menghargai apa yang telah dilakukan saat ini. Namun disinilah yang membuat pikiran manusia terbelenggu, karena terlalu nyaman dengan keadaan saat ini sehingga Ia lupa bahwa waktu akan tetap berjalan. 

Mereka yang terjebak dengan kepuasan diri tidak berpikir bahwa ada hal yang lebih dari yang mereka lakukan. Atau mereka merasa puas karena takut untuk melangkah menganggap bahwa sesuatu yang baru itu tidak bisa membuatnya bahagia, mereka takut akan tantangan dan cobaan. Padahal hidup itu mestinya penuh tantangan dan cobaan agar kita bisa beradaptasi di berbagai situasi. Mereka yang terlalu nyaman pada saatnya akan mengalami ketidaknyamanan yang membuat mereka tidak buat berbuat apa-apa. 

2. Tidak memiliki pendirian

Mereka yang tidak memiliki pendirian biasanya sering berubah-ubah baik secara sikap, perilaku maupun keinginan. Mereka yang tidak memiliki pendirian jika ditanya pasti tidak tahu pasti mengapa melakukan itu dan apa tujuannya. Biasanya ini sering di alami oleh anak muda, mereka senang melakukan banyak hal senang tantangan, senang melakukan hal-hal baru. 

Mencoba hal-hal baru memang itu merupakan sesuatu hal yang baik, namun tetap saja apa yang dilakukan mestinya bisa membuat dirinya semakin lebih baik dan memang itu adalah dirinya yang sesungguhnya. Bahkan ini tidak hanya dialami oleh anak muda namun mereka yang sudah berumur pun juga masih banyak yang tidak memiliki pendirian. Tidak tegas pada diri sendiri, tidak tahu apa yang harus dilakukan, mudah dipengaruhi, dan sebuah segala kehidupannya serba random.

3. Terlalu banyak keinginan

Mereka yang memiliki banyak keinginan biasanya adalah orang yang tidak memiliki banyak keinginan. Memiliki keinginan adalah sesuatu yang wajar, namun menjadi sesuatu yang tidak wajar jika Ia memiliki banyak keinginan. Kita harus sadar bahwa tidak semua keinginan itu harus terpenuhi, makanya harus terfokus pada sesuatu yang penting-penting saja. Pilihlah keinginan yang diperlukan bukan yang diinginkan. 

4. Terfokus pada beberapa hal saja

Fokus pada sesuatu memang bukan lah hal yang salah namun pada saatnya pikiran kita tentu harus meluas. Fokus pada pendidikan itu boleh-boleh saja namun jika sampai melupakan hal lain, seperti lupa kesehatan, lupa mencari pasangan, dan melupakan hal lainnya ini yang menjadi sebuah masalah tetap saja biarpun kita harus tetap saja ada yang tidak bisa diabaikan begitu saja. Memang tidak dianjurkan untuk melakukan semuanya secara langsung tetapi bisa dilakukan secara bergilir. Ada waktunya untuk belajar, ada waktunya untuk keluarga, dan ada waktunya untuk bermain semuanya harus berada pada porsi yang pas.

Dalam hal apa yang dipelajari, terlalu fokus pada beberapa hal justru malah membuatnya menjadi seorang yang fanatik. Merasa dirinya lah yang benar, cara pandangnya monoton, tidak mau mendengarkan pendapat orang lain, sehingga tidak heran banyak yang terjebak dalam hal ini. Ia menganggap bahwa yang penting apa yang harus dipelajari bukan apa saja yang harus dipelajari. 

5. Hanya sekedar mengikuti

Antara orang yang mengikuti sesuatu dan orang yang tidak memiliki pendirian memiliki sebuah kesamaan yakni pikirannya stagnan. Jika yang satu pikirannya terlalu monoton sedangkan yang satu random, dua-duanya tentu bukanlah sesuatu hal yang baik. Memilih sebuah panutan seperti idola atau tokoh besar lainnya memang bukanlah sesuatu yang salah, namun yang menjadi masalah ada hal tersebut nyatanya tidak menjadi diri sendiri, inginnya hany sekedar mengikuti saja. Padahal sehebat apapun seseorang mengikuti dan meniru sang idola tetap itu bukanlah dirinya. 

Bahkan mereka yang pintar pun sering terjebak disini, terlalu berkutat pada pemikiran seseorang, terlalu mengangung-ngagungkan pemikiran orang lain, sampai Ia lupa bawa Ia pun juga memiliki pemikiran yang harus dikembangkan dengan gayanya sendiri. Inilah yang membuat sebuah ilmu pengetahuan menjadi stagnan, padahal masalah itu semakin beragam dimana tidak semua pemikiran atau gagasan bisa menyesuaikan dengan masa depan dan dapat menyelesaikan sebuah permasalahan, karena tokoh pemikir berpikir sesuai zamannya. Maka kita harus menjadi seorang tokoh pembaharu jangan hanya terjebak pada pikiran terdahulu. 

6. Terjebak dalam masa lalu

Masa lalu itu memang bagian dari hidup kita namun bukan berarti diri yang dulu itu jelek bukan berarti di masa yang akan datang juga jelek. Atau sebaliknya karena kejayaan dimasa lalu menganggap bahwa dimasa yang akan datang akan jaya juga. Padahal masa lalu bukanlah gambaran saat ini atau yang akan datang, masa lalu memang mempengaruhi namun itu bukan menjadi faktor utama dalam merubah masa depan. Masa lalu jangan dijadikan suatu alasan ketika kita gagal, justru kegagalan itu ada karena terjebak dalam masa lalu.

Seperti ketika seseorang gagal di saat ini menyalahkan kegagalan di masa lalu, padahal baik kegagalan dimasa ini faktor utamanya bukanlah kegagalan dimasa lalu karena pasti ada beberapa faktor diluar masa lalu yang menyebabkan kegagalan dimasa kini. Namun kegagalan dimasa kini bisa saja gagal karena terlalu memikirkan bayang-bayang kegagalan di masa lalu sehingga membuatnya gagal di saat ini. 

Dalam pengertian lain, mereka yang terjebak di masa lalu baik apa yang dialami atau gagasan terdahulu, menganggap hal tersebut adalah hal yang terbaik dan tidak perlu ada pemikiran baru. Ini sebenarnya sebuah jebakan, bukan berarti pikiran terdahulu itu jelek namun tetap saja butuh sesuatu yang baru atau cara pandang yang berbeda. Zaman yang terus berubah dan kompetensi hidup semakin ketat tentu akan menuntut kita untuk memperbarui pemikiran kita, tidak mungkin kita terus-terusan terhadap terhadap gagasan lama dan pengetahuan lama. Jika tidak maka kita akan kalah dengan mereka yang berpikir maju. 

7. Over thinking

Ada keterhubungan antara over thinking dengan masa lalu dimana membuat banyak orang terjebak dengan kegagalan di masa lalu lalu membuat pikirannya berlebihan dalam memahami masa dapat. Ia menganggap bahwa ketika Ia melakukan hal yang sama seperti dulu maka Ia akan mengalami kegagalan yang sama pula, sehingga Ia takut untuk mencoba. Bahkan mereka yang over thinking selalu memusingkan hal yang belum terjadi, rasa takut bagaimana terjadi seperti ini dan itu padahal belum tentu terjadi. Jika memang terjadi pun jangan sampai terjebak dan menyalahkan diri sendiri sampai-sampai tidak mau mencoba lagi.

 Over thinking nyatanya membuat seseorang terbelenggu pikirannya membuat dirinya tidak menjadi orang yang berkembang, padahal dimasa yang akan datang bisa saja masa yang cerah, namun karena menyerah sehingga terkurung dalam sebuah kegagalan dan akhirnya penuh dengan penyesalan. 

Pada intinya belenggu dalam sebuah pikiran karena melakukan sesuatu dengan berlebihan dan stagnan tidak memiliki nilai lebih.  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...