Langsung ke konten utama

Hidup dalam Sebuah Ilusi

Menjadi sebuah pertanyaan dalam hidup ini mengenai tujuan dalam hidup. Jika bisa ra tentang kehidupan ini terutama tentang kehidupan pribadi, apakah sebetulnya kita hidup benar-benar seutuhnya hidup atau justru saat ini kita hidup berdasarkan mimpi-mimpi. Dari bagun pagi sampai tidur kira-kira apa yang kita pikirkan, dan apa yang kita lakukan sebetulnya tujuannya untuk apa. 

Jika kita dalam melakukan segala aktifitas hidup ini hanya seperti itu-itu saja, dimana entah untuk apa melakukan seperti itu, lalu apakah hidup seperti itu bermakna. Kita hidup di dunia pasti ada tujuan pasti yang dilakukan, tidak hanya mampir lalu pergi begitu sajam. Kadang inilah yang sering kita lupakan yakni memaknai hidup kita sendiri, sehingga waktu pun terasa cepat namun tak mengisahkan apapun seperti angin lewat saja. 

Hidup ini seperti sebuah ilusi, dimana dalam melakukan segala aktifitas hidup ini hanya berdasarkan kebiasaan saja dan kebiasaan itu pasti karena sebuah kontrol sosial. Bahkan keinginan kita pun itu ada karena adanya kontrol sosial. Tidak mungkin seseorang menginginkan menjadi seorang penyanyi tanpa ada penyanyi sebelumnya, tidak mungkin seseorang menginginkan menjadi seorang dokter tanpa ada dokter sebelumnya. Setiap keinginan pasti ada asal muasalnya dan itu merupakan sosial mekanis. 

(Pixabay.com)

Dalam setiap keinginan kita pasti akan selalu berubah-ubah semakin banyaknya pengetahuan maka akan ada banyak hal yang membuat tertarik, dan yang pasti semua itu selalu mengikuti realitas yang ada. Jika dia dulu berkeinginan menjadi seorang dokter dimasa yang akan datang mungkin keinginannya berubah entah karena ad ketertarikan yang lain atau Ia berpikir bahwa menjadi dokter adalah hal yang mustahil baginya. Keinginan, impian, cita-cita, apapun itu sebetulnya hanyalah sebuah ilusi, karena hal tersebut tidaklah terwujud. 

Hidup dalam sebuah ilusi memang hidup yang tanpa alasan yang jelas dan ini banyak dilakukan oleh orang-orang. Bahkan dalam pembicaraan pun mungkin itu sesuatu yang ilusi seperti membicarakan orang lain, pembicaraan gaya hidup, dan hal lain yang sebetulnya pembicaraan tersebut adalah sesuatu yang jauh dari kehidupannya. Apa yang kita pelajari disekolah, apa yang di obrolkan dalam tongkrongan, dan apa yang kita lakukan saat ini ternyata tidak saling berkolerasi.

Hidup kita ini nyatanya banyak isinya sebuah mimpi, absurd, tidak jelas alur dan arah tujuannya dam semuanya tiba-tiba lewat begitu saja. Nyatanya kita baik bangun maupun tidur tidak ada bedanya. Semuanya absurd sudah, berpikir sealakadarnya, berjalan kesana kemari, membuang-buang waktu dan pada akhirnya hanya kekosongan yang didapat.  

Biasanya kita sering mengejar sesuatu yang dianggap keren menurut kita padahal hal tersebut bukanlah yang kita perlukan. Nonton film, traveling, nongkrong di kafe, makan di restoran dan semacamnya itu memang sesuatu yang dianggap keren dan gaul. Namun jika kota berpikir ulang apakah hal tersebut adalah sesuatu yang dibutuhkan. Jika memang, manfaat apa yang didapatkan dan hal apa yang membuat diri kita menjadi lebih baik karena itu. Mungkin banyak orang akan sulit menjawabnya, jika mampu pun hanya sebuah akal-akalan saja.

Sebagian hidup kita memang selalu berada dalam dunia ilusi. Dimana ilusi itu nyata, tidak hanya sekedar mimpi tetapi memang itu benar-benar dilakukan namun ketika dipertanyakan mengenai tujuannya maka tidak ada, alasannya hanya ingin terlihat keren dan hebat. 

Mengenai keren dan terlihat hebat di depan mata orang lain juga lantas perlu dipertanyakan, apakah itu benar-benar hebat atau justru sesuatu yang dibuat-buat. Ternyata ketika kita hebat di depan mata orang banyak pun nyatanya hal tersebut juga merupakan sebuah ilusi. Selalu hidup dalam sebuah angan-angan, rasa ketakutan, keraguan yang nyatanya itu belum terjadi. 

Mereka orang-orang yang cerdas, sadar bahwa itu hanyalah sebuah ilusi atau tipuan dunia. Mereka sadar bahwa tidak ada yang hebat di dunia ini, semuanya pinjaman maha kuasa. Jabatan, kepintaran, kecantikan, popularitas itu semuanya hanyalah sebuah pinjaman tidak ada yang perlu dibanggakan. Namun yang terpenting adalah bagaimana menggunakan amanat dari tuhan itu dengan semestinya. 

Ketika hidup mestinya kita tidak hanya meninggalkan jasad di saat wafat namun juga bisa menghasilkan sebuah manfaat dalam kehidupan. Mereka yang memberi manfaat di saat hidup akan tetap hidup meski jasadnya di dalam tanah sedangkan mereka yang hidup namun tak memberikan manfaat hakikatnya Ia telah mati meski jasadnya masih bergerak. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tuhan tidak Menciptakan Kemiskinan

Kemiskinan adalah kondisi dimana seseorang atau sekelompok orang tidak mampu memenuhi hak- hak dasarnya untuk mempertahankan dan mengembangkan kehidupan yang bermartabat. Lalu apakah kemiskinan itu tuhan sendiri yang menciptakannya atau manusia sendirilah yang menciptakan kemiskinan tersebut. Akan tetapi banyak dari kalangan kita yang sering menyalahkan tuhan, mengenai ketimpangan sosial di dunia ini. Sehingga tuhan dianggap tidak mampu menuntaskan kemiskinan. (Pixabay.com) Jika kita berfikir ulang mengenai kemiskinan yang terjadi dindunia ini. Apakah tuhan memang benar-benar menciptakan sebuah kemiskinan ataukah manusia sendirilah yang sebetulnya menciptakan kemiskinan tersebut. Alangkah lebih baiknya kita semestinya mengevaluasi diri tentang diri kita, apa yang kurang dan apa yang salah karena suatu akibat itu pasti ada sebabnya. Tentunya ada tiga faktor yang menyebabkan kemiskinan itu terjadi, yakni pertama faktor  mindset dan prilaku diri sendiri, dimana yang membuat seseorang...

Pendidikan yang Humanis

Seperti yang kita kenal pendidikan merupakan suatu lembaga atau forum agar manusia menjadi berilmu dan bermanfaat bagi masyarakat. Pendidikan merupakan tolak ukur sebuah kemajuan bangsa. Semakin baik sistem pendidikannya maka semakin baik pula negaranya, semakin buruk sistem pendidikannya semakin buruk pula negara tersebut. Ironisnya di negara ini, pendidikan menjadi sebuah beban bagi para murid. Terlalu banyaknya pelajaran, kurangnya pemerataan, kurangnya fasilitas, dan minimnya tenaga pengajar menjadi PR bagi negara ini. Saat ini pendidikan di negara kita hanyalah sebatas formalitas, yang penting dapat ijazah terus dapat kerja. Seakan-akan kita adalah robot yang di setting dan dibentuk menjadi pekerja pabrik. Selain itu, ilmu-ilmu yang kita pelajari hanya sebatas ilmu hapalan dan logika. Akhlak dan moral dianggap hal yang tebelakang. Memang ada pelajaran agama di sekolah namu hal tersebut tidaklah cukup. Nilai tinggi dianggap orang yang hebat. Persaingan antar sesama pelajar mencipta...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...