Langsung ke konten utama

Hegemoni dalam Sebuah Hiburan

Di masa sekarang ini, hiburan menjadi hal yang penting dalam kehidupan. Dari muda sampai yang tua, semuanya membutuhkan sebuah hiburan. Hiburan membuat kita rileks dalam menjalani hidup, yang serba menegangkan dan menekan. Hiburan juga sebagai selingan hidup kita di masa-masa kesibukan. Hiburan memberikan sebuah warna dalam kehidupan, membuat hidup ini menjadi penuh makna. 

Jika bicara tentang hiburan saat ini mungkin begitu beragam variasi. Dari mulai makanan, wisata, tontonan, game, barang mewah, hobi dan semacamnya. Dengan segala kenikmatan tersebut tentunya akan membuat semua orang menjadi senang. 

(Pixabay.com)

Namun apa jadinya jika kesenangan tersebut justru sebenarnya membelenggu diri kita. Secara tidak sadar hiburan saat ini nyatanya membelenggu kehidupan kita. Tidak sedikit mereka yang berlibur atau membeli barang,yang tujuannya hanya untuk memamerkan saja di media sosial, membuat banyak yang iri dan tertarik untuk mengikuti hal tersebut. 

Substansi sebuah liburan ternyata sudah mulai berubah, dari yang awalnya kesenangan yang material menuju kesenangan narsistik. Mungkin saja mereka yang sedang berlibur atau membeli bara aslinya tidak menyukainya, hanya saja demi para penggemar mereka rela melakukan apapun. Mereka mungkin tidak terhibur dengan apa yang dilakukannya namun terhibur karena banyak yang menyukainya. 

Hiburan ternyata menjadi sebuah hegemoni, dengan masifnya penggunaan media sosial, membuat banyak pasang mata menjadi tertarik untuk melakukannya. Sebuah hiburan dimasa kini identik dengan ajang pamer, menjadi sebuah kebanggaan jika banyak yang menyukainya dan populer.

Hiburan ternyata bukan hanya sebuah sekedar untuk bersenang-senang saja, tetapi juga menjadi status sosial di mata masyarakat. Orang-orang membentuk sebuah komunitas dengan kesenangan yang sama. Yang menjadi masalah adalah disaat ada yang tidak menyukainya lantas menghakiminya sebagai orang yang tidak bisa menghargai dan dianggap orang yang salah. 

Hiburan ternyata tidak membuat hati semakin lega, justru malah semakin terbelenggu. Candu sebuah hiburan, rela menggelontorkan uang banyak hanya demi kesenangan sesaat. Apa makna sebuah hiburan jika disaat keluar dari hiburan pikiran kita justru malah semakin tertekan. 

Hiburan kini menjadi sebuah komoditas pasar dimana saat ini menjadi sebuah barang yang dikomersilkan. Atau dengan kata lain saat ini banyak usaha-usaha yang berbasis hiburan, seperti wisata, barang, makanan dan lainnya. Memang tidak salah memanfaatkan hiburan menjadi sebuah keuntungan, namun ketika hiburan itu sudah dikomersilkan rasanya orientasinya akan berubah. 

Hiburan yang semestinya membuat kita menjadi manusia lebih baik, justru malah memperburuk keadaan. Tidak sedikit dari mereka yang main game misalnya menjadi kecanduan akibat hal tersebut, memang tidak serta merta kita menyalahkan orang yang menciptakannya namun tetap saja itu sebagai pemicunya. Para pengusaha tidak peduli apa akibatnya dengan hiburan yang diciptakan, mereka hanya memandang anda sebagai uang berjalan. 

Sebuah hiburan yang beragam nyatanya tidak membuat diri kita bebas. Diri kita yang sebenarnya tidak menyukainya, dipaksa dengan adanya bujuk rayu iklan dan lingkup sosial, dimana kita harus mengikuti segala gaya hidup masa kini. Apa yang kita senangi nyatanya bukanlah hal yang murni dalam diri namun karena lingkup sosial. 

Kita akhirnya terjebak dalam hiburan-hiburan yang tidak diinginkan, baik yang sudah sadar bahwa hal tersebut bukanlah hal yang menyenangkan dan mereka yang belum tersadarkan, sama-sama terjebak dalam sebuah lingkup hiburan. Sekalinya manusia terperangkap dalam hiburan maka akan sulit untuk keluar. 

Inilah hegemoni hiburan, dimana sebuah hiburan sudah menjadi kontrol pikiran manusia. Membuat manusia menjadi tidak bebas dalam berpikir, tidak bebas dalam memilih apa yang diinginkan hingga pada akhirnya kehilangan kati diri dan tujuan hidup. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...