Langsung ke konten utama

Hidup Tak Perlu Ditarget

Sering kita mendengar bahwa jika ingin menjadi orang sukses maka terlebih dahulu harus menargetkannya. Mencatat apa-apa saja yang perlu di tulis menargetkan dari waktu-waktu terdekat sampai waktu yang panjang. Cita-cita ingin menjadi seorang tentara, pilot, dokter dan segala cita-cita klasiknya sering dicantumkan dalam sebuah target. Memang bagus jika menargetkan sesuatu agar kita jelas kemana arah tujuan hidup kita. 

Namun yang namanya hidup pasti ada saja yang tak terduga inginnya menjadi dokter justru malah menjadi pengacara namun setidaknya sama-sama sukses. Lalu bagaimana justru hidup kita jauh dari itu semua bekerja malah jadi pegawai biasa, apakah bagus menargetkan itu. Seiring berjalannya waktu pikiran kita pasti selalu berubah ubah, ada banyak hal yang belum kita ketahui yang mana itu mungkin bisa menjadi tujuan hidup kita. 

(Pixabay.com)

Bahkan ada banyak orang yang sudah tercapai cita-citanya justru beralih profesi lain, hal itu tidak menutup kemungkinan akan terjadi. Meskipun kita memiliki target dalam hidup antara apa yang dicapai dan yang tidak pasti banyak yang tidak tercapai. Entah itu karena semangat hidupnya berkurang lalu berpikir realistis atau ada hal yang lebih menarik. 

Menurut saya lebih baik hidup ini tidak harus ditarget karena jika ditarget akan ada banyak kekecewaan jika tidak sesuai target. Lebih baik jalani aja hidup ini ada banyak kejutan yang tak terduga, biasanya ada saja sesuatu yang diluar target itu justru lebih baik daripada apa yang ditargetkan. 

Hidup memang serta tak terduga kadang hidup ini di bawah dan kadang hidup itu di atas. Apa yang kita dapatkan saat ini bukanlah milik kita seutuhnya itu hanyalah pemberian Tuhan yang diamanatkan kepada kita. Ketika pemberian itu hilang, maka tak perlu kecewa Tuhan akan memberikan yang lebih baik lagi dari itu semua. 

Meski hidup hidup ini tak mesti ditarget, tetap saja tujuan itu harus ada. Dalam mencari tujuan hidup jangan tujuannya untuk kesenangan sesaat untuk duniawi saja. Carilah tujuan yang dimana itu bisa bermanfaat baik orang banyak menjadi orang baik. Tidak perlu tujuan itu khusus yang penting niatnya baik terserah Tuhan mau menempatkan kita dimana. Urusan tempat dan pekerjaan adalah urusan Tuhan, kita hanya menjalankannya dengan semestinya. 

Cita itu harus luhur, meski ditertawakan oleh banyak orang. Lebih baik cita-cita setinggi langit meski pada akhirnya tak sampai daripada punya cita-cita rendah lalu tercapai. Memang dalam memilih tujuan itu harus melihat realita yang ada melihat kondisi dari diri kita mampukah kita mencapainya. Memang memang Tuhan maha kuasa seaneh apapun keinginan manusia Tuhan dapat mengabulkannya, tetapi Tuhan tidak sebodoh itu tiba-tiba mengabulkan keinginan manusia. 

Tujuan hidup jangan karena membahagiakan orang lain, entah itu pasangan, orang tua, sahabat atau saudara. Karena itu merupakan hal yang wajar, itu tugas kita sebagai manusia untuk membahagiakan orang lain namun itu bukanlah tujuan hidup kita. 

Tujuan hidup itu lebih kepada diri sendiri, apa yang diinginkan dan apa yang ingin dilakukan. Bukan karena orang tua, pasangan, ataupun yang lainnya. Kita bebas menentukan mau seperti apa hidup kita dan bagaimana cara hidup asalkan tidak merusak diri sendiri maupun orang lain.

Dalam menjalani tujuan hidup sering memang mengalami lika-liku, serta cobaan kehidupan sampai-sampai hilang arah tujuan. Hal ini sebenarnya Tuhan ingin menguji seberapa kuatkah kesungguhan kita dalam mencapai tujuan kita. Jika diuji sedikit langsung menyerah tandanya kita tidak serius dalam meraihnya. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...