Langsung ke konten utama

Hidup dalam Jerat Kapitalisme

Dalam kehidupan ini entah sadar atau tidak ketika kita bersinggungan dengan uang sebenarnya kita hidup dalam sirkuit kapital. Bagaimana tidak kita dari seluruh yang ada di badan kita dari mulai makanan sampai pakaian kita semuanya adalah hasil kapitalisme. 

Di sisi lain kapitalisme memang dapat memajukan perekonomian serta teknologi semakin berkembang. Namun kita kembali lagi, mengapa mereka menciptakan berbagai barang, makanan, bahkan sampai tempat hiburan. Apakah itu untuk kita? Jawabannya tergantung seberapa uang yang ada dimiliki. 

(Pixabay.com)

Namanya kapitalisme apapun harus berhubungan dengan uang, hampir semua barang yang ada di dunia ini semuanya sudah dijadikan uang. Air yang dulu kita gunakan gratis sekarang harus membelinya. Mungkin dimasa depan bernapas pun harus bayar, dengan adanya kapitalis apapun bisa jadi uang.

Memang saat ini makanan tersedia banyak dan enak-enak namun ternyata dibalik itu semua nyatanya tidak baik bagi kesehatan, kalau mau yang sehat tentu harganya mahal. Siapa bilang bahagia itu tak butuh uang, mau pacaran pun juga butuh uang, berkeluarga juga butuh uang bahkan membahagiakan orang tua pun juga butuh uang. Jalan-jalan juga butuh uang, nongkrong sama teman juga harus butuh uang. Kalau masih menggunakan uang berarti kebahagiaan itu berada dalam uang.

Beli sana-beli sini banyak beli barang-barang branded agar terlihat gaul dan terpandang hebat di mata masyarakat. Sepertinya bergaya lebih dianggap keren dibandingkan berkarya. Ia tidak berpikir bahwa seperti itu lah kapitalisme berjalan, menarik perhatian minat orang-orang, hanya beli, beli dan beli. Menjadi manusia yang konsumtif hingga pada akhirnya tak bisa berbuat apa-apa. Manusia sengaja dijauhkan dari jati dirinya yang berkarya, mereka tak perlu berkarya cukup membeli saja tidak usah repot-repot memuat, padahal ini hanyalah sebuah jebakan.

Uang yang awalnya mempermudah transaksi dan membuat orang senang, membeli barang barang yang disenangi namun ternyata lama-lama semakin membuat sesak. Lebih baik tidak memiliki uang sama sekali namun apapun gratis, daripada banyak uang namun semuanya serba bayar. Bukannya hidup semakin mudah justru malah semakin susah. Kapitalis pada awalnya membuat hidup kita nyaman, namun pada akhirnya membuat kita ketergantungan.

Mau pintar juga butuh uang, karena mana ada pendidikan yang gratis. Dari sekolah sampai kuliah pada akhirnya mencari pekerjaan demi penghidupan yang layak katanya. Kalau ingin bahagian katanya harus banyak uang, namun uang tak mudah di dapat begitu saja uang akan datang jika kita bekerja. Bekerja, bekerja, dan bekerja hidup di bawah tekanan demi mendapatkan uang demi memenuhi kebutuhan agar dapat mendapatkan kesenangan. Kerja stres dapat uang lalu liburan uang habis lalu bekerja lagi seperti itu lah kehidupan sampai akhirnya masa tua pun tiba. 

Kalo kita berpikir bahwa hebat yah orang membuat sebuah wisata membuat kita yang di bisa senang untuk berlibur. Padahal hampir di banyak tempat wisata itu pasti ada yang dirugikan, namun karena demi keuntungan kebahagiaan orang lain terutama orang sekitar haruslah dikorbankan. Disisi lain Ia membuat senang orang lain namun disisi Ia menyengsarakan orang lain. Seperti itukah hidup dimana kalau bahagia itu harus mengorbankan kebahagiaan orang lain. Sebetulnya mereka tidak peduli apakah anda bahagia atau tidak yang mereka pedulikan adalah uang anda. 

Baik yang sadar maupun tidak mereka sengaja dipisahkan dari alamnya, menjadi para budak kapitalis yang selalu mengemis-ngemis pekerjaan dan mengemis-ngemis barang-barang membuat diri semakin candu. Menjebak mereka dalam lingkar kapitalis, menjadi diri yang serba konsumtif. Apa artinya hidup jika di atur-atur orang yang bermodal. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...