Langsung ke konten utama

Pohon Pendidikan

 

(Pixabay.com)

Pengajaran atau pendidikan itu semestinya seperti pohon. Kuat akarnya menancap, kokoh batangnya, lebat daunnya dan mengahasilkan buah yang banyak. Pendidikan seharusnya memang seperti itu seperti pohon yang bermanfaat bagi orang banyak. Namun penerapan sistem seperti itu tidaklah mudah apalagi dimasa sekarang dimana anak-anak sudah banyak terpapar oleh pemahaman yang tidak baik. 

Jika indonesia dapat menerapkan ini sedini mungkin, maka sepuluh tahun atau dua puluh tahun Indonesia akan berkembang pesat. Untuk lebih jelasnya mengapa sistem pendidikan pohon ini baik diterapkan adalah sebagai berikut. 

1. Penyiapan Media Tanam (Lingkungan Sekolah)

Ibarat seperti tanaman, sebaik-baiknya benih tentu ditanam di tempat yang baik agar pertumbuhannya menjadi maksimal. Begitu juga pendidikan,  penyiapan lingkungan dimana suatu sistem pendidikan yang baik haruslah mendukung juga lingkungannya, baik dari kondisi sosialnya, sistem pendidikannya dan prasarana sekolahnya. Semuanya sangat berpengaruh terhadap perkembangan pendidikan seorang murid, semakin mendukung lingkungannya maka semakin maksimal potensinya. 

2. Penguatan Akar (Kelas 1-3) 

Awal dari pernah ini memang pendidikan penguatan akar. Pohon yang tumbuh dengan baik tentunya harus dengan akar yang kuat. Pada masa awal pendidikan, seorang anak seharusnya diarahkan terlebih dahulu untuk mengenal pendidikan kejiwaan seperti sopan santun, moralitas, dan kedisiplinan. Agar didalam dirinya tumbuh pribadi yang berakhlak baik dan bermental kuat. Jangan terlebih dahulu memberikan mata pelajaran, mereka seharusnya terlebih dahulu diarahkan dan diajarkan yang sifatnya kejiwaan. Agar ketika dihadapkan suatu masalah para siswa tidak mudah untuk menyerah.

3. Penyerapan Akar (kelas 4-6)

Ketika akarnya sudah kuat baru mulai untuk penyerapan akar. Penyerapan akar yang dimaksud adalah pengenalan siswa untuk mengetahui tentang materi pelajaran. Hapalan, logika dasar dan berbagai pengetahuan lainnya bisa diajarkan disini. Pendidikan pada masa ini diperkenalkan dengan berbagai ilmu pengetahuan dan dihubungkan dengan kehidupan nyata. Menghubungkan pelajaran dengan kehidupan nyata, karena pada masa ini siswa senang uuntuk berimajinasi dan imajinasinya ini harus didukung oleh gambaran yang nyata. Menghubungkan pelajaran dengan kehidupan nyata merupakan hal yang sangat penting untuk dilakukan, agar siswa memiliki gambaran mengenai apa yang Ia pelajari sehingga Ia tertarik untuk belajar.

4. Batang yang Menyalurkan (kelas 7-9)

Ibarat seperi batang yang bisa menyalurkan air, unsur hara, dan makanan. Pendidikan pada masa ini juga sama seperti itu, dimana disini merupakan tahap yang pas untuk melakukan eksploratif dan siswa sudah bisa diajarkan berlogika. Selain pelajaran umum, pelajaran seperti logika, kepemimpinan dan public speaking adalah materi-materi yang penting untuk diajarkan agar siswa lebih aktif dan eksploratif. Selain itu dalam keaktifannya, siswa juga harus diarahkan dan diajarkan materi manajemen agar Ia bis mengatur potensi yang Ia miliki. Potensi siswa juga sudah mulai terlihat sehingga diharapkan sekolah bisa menfasilitasi dengan ektra kulikuler agar potensinya bisa terasah.

5. Cabang dan daun (kelas 10-12)

Seperti pohon yang memiliki banyak cabang dan daun, maka seorang siswa bisa menumbuhkan banyak cabang dan daun juga, maksudnya disini adalah siswa harus bisa berpikir kreatif. Memang sebelumnya potensi kreatifitas siswa sudah ada ketika di masa batang. Adapun yang membedakannya, pada masa ini siswa ditekankan agar ketika ada sebuah masalah mereka bisa berpikir kreatif dan inovatif. Pemberian materi pelajaran seperti kewirausahaan adalah hal yang penting untuk diterapkan, bukan hanya dipelajari dikelas tetapi juga materi tersebut memang bisa langsung diterapkan dimasyarakat, agar mereka tahu seperti apa gambaran ketika mereka lulus.

Bukan hanya berpikir kreatif saja, siswa juga harus bisa berpikir kritis dan memiliki kesadaran diri. Para siswa harus diajarkan untuk mengkritisi kebijakan yang sedang berlaku, mereka harus tahu bahwa berpikir kritis sejak diri merupakan suatu hal yang penting agar kita tidak mudah menerima begitu saja tentang kebijakan yang I berlakukan. Selain itu kesadaran mengenai kondisi saat ini juga perlu ditekankan, merekam harus sadar bahwa kondisi negara saat ini tidak begitu baik-baik saja. 

6. Menghasilkan Buah dan Biji (kelulusan)

Pada masa ini ada tiga pemahaman. Pertama, ketika lulus seorang siswa bisa memetik hasilnya yakni Ia bisa mendapatkan pekerjaan yang layak. Kedua, ketika seorang siswa lulus lalu kemudian Ia melanjutkan ke perguruan tinggi dan mengembangkan minat dan ilmu pengetahuannya agar lebih matang lagi. Setelah itu kemudian Ia terjun ke masyarakat dan menumbuhkan benih-benih baru untuk membentuk calon siswa yang unggul. Ketiga, sama sepeti poin kedua namun yang membedakan ketika lulus diharapkan Ia bisa menjadi orang yang bermanfaat dengan cara memajukan dan membangun masyarakat yang terbelakang dan bisa berpihak kepada mereka yang lemah.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...