Langsung ke konten utama

Filsafat Diri (Pergeseran Mode Berpikir)


Dalam hal berpikir, manusia sebetulnya memiliki dua mode berpikir yakni berpikir rasional dan irasional. Berpikir rasional adalah berpikir yang sifatnya objektif dimana semua manusia mengakuinya bahwa itu adalah sesuatu yang benar dan pikiran ini memang sudah dibuktikan secara pasti dan tolak ukur dari rasional adalah logika. Cara berpikir logis adalah cara berpikir dimana sesuatu itu harus melihat dari segi sebab akibatnya. Jika melakukan sesuatu maka kita harus mengetahuinya terlebih dahulu, apa dampak yang akan ditimbulkan ketika kita melakukannya. 

Sedangkan yang irasionalitas adalah cara berpikir yang subjektif Ia selalu mengandalkan emosionalnya dalam berpikir. Cara berpikirnya pun juga harus berdasarkan perasaannya, Ia akan melakukan sesuatu berdasarkan perasaan senang. Begitu juga sebaliknya Ia akan tidak mau melakukan sesuatu pada saat perasaannya tidak nyaman.

Baik yang irasional maupun yang rasional, sebetulnya sudah ada dalam diri kita. Itu memang potensi yang kita miliki sejak lahir. Namun setiap orang memiliki kadar rasional dan irasional yang berbeda-beda. Orang yang condong rasional tentunya dalam hidupnya lebih banyak digunakan untuk belajar dan apapun yang bermanfaat baginya, sedangkan orang yang condong irasional maka dalam hidupnya selalu dihabiskan untuk bersenang senang.

Dari sini sebenarnya kita bisa menilai, kira-kira saya adalah orang yang rasional atau irasional. Kita bisa melihat perilaku kita sehari hari dan cara kita dalam melakukan suatu tindakan. Namun secara fakta sebetulnya memang kita lebih banyak menggunakan sisi irasional kita ketimbang sisi rasional kita. Hal juga tidak berlaku apakah Ia laki-laki atau perempuan, keduanya sama saja.

Baik yang rasional maupun rasional itu keduanya dibutuhkan. Kita butuh berpikir rasional karena ada sesuatu yang bisa kita kontrol agar sesuatu yang tidak baik dalam diri itu segera dihindari dan kita juga butuh berpikir irasional karena kita juga butuh dorongan dan juga ada sesuatu yang memang benar-benar tidak bisa kita kontrol. Untuk lebih jelasnya, di sini ada beberapa pergeseran antara rasional dengan irasional. 

1. Irasional ke Irasional

Pada saat di posisi ini sebetulnya perubahan dari ke yang irasional menuju irasional ini sebenarnya sesuatu yang tidak baik. Lebih detailnya ada pergeseran dari awalnya coba-coba menjadi kecanduan. Orang yang merokok pada awalnya hanya sekedar mencoba-coba dan sebetulnya Ia tahu bahwa secara rasional merokok itu irasional karena yang dikejar adalah kesenangan dan merasa bahwa merokok itu keren. Lalu pada akhirnya semakin lama semakin dilakukan maka semakin Ia kecanduan. Orang yang kecanduan tentunya ini tentunya sulit dilepaskan dengan begitu saja, apapun nasehat yang diberikan tentu akan sulit di dengar karena pikirannya berada di posisi irasional. Sebetulnya tidak hany merokok saja yang berada di posisi ini, orang yang narsis dan senang berdandan tentu pada akhirnya juga akan memberikan efek kecanduan yang dimana semakin kita melakukannya maka semakin kita senang dan ketergantungan dengan hal tersebut. 

2. Irasional ke Rasional

Pergeseran dari yang irasional menuju rasional, ini menunjukkan titik puncak dari irasional dan titik awal menuju rasional. Mereka yang pada fase ini sadar bahwa apa yang Ia lakukan selama ini nyatanya tidak baik untuk dilakukan dan tidak semuanya apa yang disenangi itu berakhir pada kesenangan. Ada suatu titik dimana harus berubah, hingga pada akhirnya mereka ingin menjadi pribadi yang lebih baik lagi. Mereka tidak ingin dikendalikan lagi oleh hawa nafsunya dan mereka ingin mengontrol dirinya dengan akal sepenuhnya. 

3. Rasional ke Rasional

Dari rasional menuju rasional ini adalah perkembangan selanjutnya dari awalnya niat untuk berubah dan sampai akhirnya melakukan sesuatu yang memang benar-benar bermanfaat baginya dan semakin lama semakin meningkat, sampai akhirnya memberikan efek candu bagu kita. Dari awalnya hanya sekedar mencoba-coba untuk berolah raga kini menjadi rajin berolah raga, yang dari awalnya mencoba-coba untuk belajar kini menjadi orang yang rajin belajar. Semuanya pasti ada tahapannya tergantung dari tekad kita ingin merubahnya.

4. Rasional ke Irasional

Orang yang berpikir rasional kemudian menuju irasional ini sebetulnya bukan berarti Ia turun derajatnya. Berbeda dengan irasional sebelumnya yakni berdasarkan hawa nafsu. Dari tingkat kesadaran ini kita sadar bahwa, sebetulnya ada sesuatu yang tidak bisa kita kontrol dan akal rasional kita tidak mampu untuk menjangkaunya. Irasional ini adalah cara berpikir berlandaskan spiritualitas dan moralitas, berbeda dengan yang sebelumnya yang selalu mengandalkan hawa nafsunya. Jika irasional sebelumnya tujuannya untuk bersenang-senang sedangkan yang irasional ini adalah tujuannya untuk mencari kebahagiaan. Inilah puncak dari berpikir manusia, mereka yang sudah berpikir rasional sudah mampu melepaskan dirinya dari cengkraman duniawi. 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...