Langsung ke konten utama

Dari Manakah Asal Barang yang Kita Beli

Sesuatu yang jarang sekali kita kita ketahui namun penting untuk kita ketahui yakni mengetahuinya dari mana asal muasal suatu barang. Sebuah barang tidak mungkin ada secara tiba-tiba datang begitu saja, semuanya pasti ada asal usulnya. Keperluan yang sering kita beli baik sekali pakai sepeti makanan dan minuman ataupun barang jangka panjang seperti rumah dan pakaian, itu semua pasti ada asal usulnya. 

(Pixabay.com)

Apa yang akan dibicarakan mungkin mengenai bagaimana barang itu diciptakan, tetapi akan membahas mengenai sistem pasar yang bekerja. Kita pernah mempelajari di sekolah bahwa sistem pasar dan barang yang beredar itu berawal dari produksi, distribusi lalu sampai ke konsumen.  Memang sistem ini terlihat simpel dan sederhana tetapi dibalik itu semua rupanya rumit dan banyak terjadi penyelewengan. 

Barang-barang yang kita belu rupanya dengan sistem produksi yang tidak ramah lingkungan, dimana ini ternyata masih banyak dilakukan diberlakukan oleh banyak perusahaan. Terlebih lagi barang tersebut tidak didaur ulang yang terjadi sampah menumpuk dan terus-terusan mengambil barang dari alam, hanya demi mengejar keuntungan semata. Mereka lalu mengambil hasil alam sekitar sekaligus menggambil mata pencahariannya warga sekitar. Sehingga mereka yang tak punya pekerjaan menjadi buruh kasar di perusahaannya. 

Barang-barang yang kita beli berawal dari sistem produksi dimana di dalamnya ada pabrik dan para karyawannya. Yang kita sorot adalah buruh yang bekerja, karena ini merupakan pondasi awal dan rentan sekali terhadap penindasan. Kita tahu bahwa barang-barang yang kita pakai saat ini rupanya dari sebuah pabrik dengan ribuan buruh. Dimana mereka kerja pagi sampai sore dan bahkan sampai malam hanya demi mendapatkan upah yang tidak seberapa. Jika suatu barang dibeli dengan harga 100 ribu per unit mungkin para buruh hanya mendapatkan 10 persen dari itu semua. 

Selain itu kita juga harus melihat dari sisi produksi, yakni dari sisi pangan. Pangan ini berasal dari para petani yang setiap hari pergi ke ladang untuk merawat tanamannya agar tumbuh dengan baik dan hasilnya bisa kita makan. Namun hasil kerja kerasnya ternyata tidak sebanding dengan apa yang Ia dapatkan antara barang yang Ia jual kepada para tengkulak rupanya harganya bisa berkali-kali lipat jika dijual kembali oleh para tengkulak. Di daerah lain yang daerahnya masih hijau rupanya tidak luput dari sistem ketidakadilan. 

Baik petani, buruh pabrik, buruh tambang,  dan nelayan semuanya sama-sama menghasilkan sesuatu, namun hasilnya Ia dapatkan tidak sesuai dengan harapan. Ada sebuah sistem yang sebetulnya tidak adil dan tidak berpihak kepada mereka.  Ini memang sistem yang tidak adil dimana keuntungan itu banyak diserap oleh perusahaan. Dari sini sudah tergambar bahwa barang-barang yang kita pakai saat ini adalah hasil dari jerih payah para buruh. Di sisi lain kita patut bangga namun disisi lain ada rasa kasihan juga. 

Apa yang kita makan dan apa yang kita gunakan, ternyata di sana banyak sekali perjuangannya dan apa yang mereka lakukan tidaklah semudah yang kita bayangkan. Kita yang hanya bisa sekedar berbelanja saja, mungkin tidak akan tahu mengenai itu semua. Barang yang dijual murah mungkin kita bisa berbangga dengan itu semua, namun disisi lain mereka yang berada dibawah atau berada dalam ranah produksi justru menderita. Murahnya harga barang tentu akan berpengaruh terhadap penjualan. Apalagi bagi para buruh gaji mereka teramat murah.

Kita patut mencurigai dengan barang yang beredar disekitar kita, jangan-jangan di sana terdapat banyak ketidak dilan dan penindasan di dalamnya terutama mereka yang berada di hirarki pasar yang paling bawah. Jika kita berada di posisi mereka, mungkin kita akan sangat menghargai apa yang kita konsumsi, karena dalam menghasilkan sebuah barang ternyata tidak semudah yang kita bayangkan.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Mengenal Struktural Keorganisasian Kampus

(Dokumen Pribadi) Jika kamu adalah anak kuliah tentu pasti sudah tahu apa itu organisasi kampus. Mungkin ada sedikit perbedaan antara organisasi kampus dengan organisasi lainnya. Jelasnya organisasi kampus tentunya diisi oleh mahasiswa dan tentunya pola pikir keorganisasian dan tujaunnya berbeda dengan organisasi diluar kampus. Organisasi kampus sendiri terdiri dari dua macam, ada organisasi intra kampus kampus dan organisasi ekstra kampus. Organisasi kampus ini seberulnya hampir mirip dengan sistem kenegaraan kita seperti eksekutif, legislatif dan partai politik. Organisasi kampus ini, bisa disebut juga sebagai miniatur negara, untuk lebih jelasnya saya akan jelaskan dibawah ini:  Organisasi Intra Kampus Definisi organisasi intra kampus sendiri ada di dalam aturan Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI Nomor 155/U/1998 tentang Pedoman Umum Organisasi Kemahasiswaan di Perguruan Tinggi (PUOK). Secara singkatnya organisasi intra kampus ini berada di bawah naungan kampus. Orga...

Antara Alam Pikiran dan Alam Realitas

Pernahkan kamu berfikir? Ya tentunya semua orang di dunia ini melakukan segala aktifitas dengan berfikir kecuali pada saat tidur dan pingsan. Hal yang unik dari manusia adalah manusia berbeda dengan fikirannya hewan. Hewan hanya berfikir berdasarkan insting naluri berfikirnya jika ada hewa-hewan cerdas seperti lumba-lumba dan  simpanse, mereka tentunya harus dilati terlebih dahulu. Tanpa dilatih mereka hanya hewan biasa walaupun di katakan hewan cerdas pun pemikiran mereka tetap saja tidak bisa berkembang. (Pixlab.com) Manusia tentunya memiliki kelebihan dibandingkan dengan hewan lain yakni pikiran, dengan pikiran manusia bisa melakukan hal yang sulit menjadi mudah, membuat hal yang kreatif dan inovatif, berimajinasi, berlogika, mempelajari hal baru dan masih banyak yang lainnya. Sejauh ini peradaban diciptakan oleh manusia dari masa-masa, manusia mempelajari hal baru dan ilmi-ilmu baru. Berbicara tentang pemikiram ini tentunya adalah hal yang unik, karena setiap orang memiliki tin...

Buat Apa Kita Belajar

Pertanyaan ini sebetulnya adalah pertanyaan yang kurang kerjaan, tetapi memang perlu kita pikirkan bersama. Memang sudah jelas tujuan belajar adalah menjadi orang yang pintar. Tetapi menurut saya itu bukan jawaban yang tepat. mengapa itu bukan jawaban yang tepat, karena kita harus lihat dulu tujuan dari belajar itu sendiri. Jujur saya orang yang senang belajar tetapi saya kurang suka pelajaran di sekolah, karena orientasinya hanya sekedar nilai. Mungkin ini tidak sesuai dengan stigma masyarakat. (Pixabay.com) Kita tentunya harus mengubah tujuan dari belajar. Jika kita belajar rajin mengerjakan PR, rangking satu, ujian selalu baik tentunya itu adalah anak yang pintar. Padahal itu bukan orang yang pintar, tetapi dia hanya ingin dipandang baik masyarakat (sekolah) makanya harus rajin agar dipuji oleh banyak orang. Jika kamu merasa puas ketika dipuji karena rangking satu tentunya sangat puas. Tetapi puasnya hanya cukup disitu saja. Setelah ia puas maka ya sudah pelajaran yang telah lalu di...