Langsung ke konten utama

Catatan Lapang Ke 6 Di Desa Sagarahiang

Pada hari minggu tanggal 15 desember. Ketika pagi hari saya melihat pak sandi sedang meratakan tanah. Rupanya pak sandi sedang melakukan menyemaian. penyemaian itu proses awal biji menjadi tanaman kecil setelah tanaman tersebut tumbuh sekitar 5-10cm, baru kemudian di tanam di ladang. Tahap pertama tanah digemburkan dulu, lalu kemudian tanah diratakan, setelah diratakan kemudian dilubangi, setelah dilubangi baru kemudian biji tanaman dimasukan setelah itu kemudian di kubur. Tunggu hingga satu bulan. Satu sachet biji tanaman dihargai sekitar 150 ribu isinya sekitar 1500 biji kata pak sandi dari 1500 biji itu bisa tumbuh sekitar 1200 biji. 

Pada pagi hari Saya berencana untuk pergi ke tempat pak maman beliau adalah orang yang mengurusi pamsimas, diantar oleh pak sandi. Setelah sampai di sana ternyata pak maman sedang tidak berada di rumah, karena beliau sedang pergi ke tempat mata air untuk memperbaiki tangki.

Karena pak maman tidak ada kemudian saya diajak ke rumahnya pak komar beliau salah satu orang yamg mengurusi tuk di desa ini. Kami disini mengobrol tak lama. Setelah selesai mengobrol kemudian kami pamit untuk pulang.

Ketika menjelang sore kak budi datang ke lokasi saya kemudian untuk mengecek data. Kemudian kami melakukan persentasi untuk kedua kalinya mengenai perkembangan data. 

Ketika malam kemudian saya berencana pergi ke rumahnya pak maman karena pagi beliau gak ada di rumah, jadi saya pergi malam hari. Saya berbincang banyak hal mengenai pamsimas baik itu mengenai pengelolaannya, prosesnya, perawatannya dan lainnya sampai larut malam sekitar jam 11 malam

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Filsafat Diri (Fenomena dan Nomena)

Fenomena adalah sesuatu yang sifatnya nampak dan bisa diamati. Sedangkan nomena adalah sesuatu yang tidak nampak namun bisa diamati. Fenomena itu misalnya seperti kursi, gunung, sungai dan semacamnya, sedangkan nomena seperti ilmu, sifat, pemikiran, emosi dan semacamnya.   Selain dari perwujudannya yang membedakan fenomena dan nomena adalah sisi subjektifitasnya. Fenomena hanya memiliki satu subjek saja yakni apa yang nampak, sedangkan nomena memiliki subjek yang berbeda-beda. Masing-masing orang tentu akan membunyikannya secara berbeda-beda.  Walaupun berbeda, fenomena dan nomena ini memiliki keterkaitan. Suatu fenomena jika dilihat lebih dalam dari sisi nomena maka akan menciptakan fenomena baru. Misalnya ada seorang wanita cantik dan ramah, pada awalnya mungkin kita akan mengira bahwa dia adalah orang yang baik. Tetapi ketika di telusuri dari dalam ternyata tidak seperti fenomenanya. Hal inilah yang membuat kita tertipu dan keliru, kita selalu menyimpulkan bahwa kebena...

Catatan Lapang Riset di Desa Cikeusal (Awal)

. Catatan Awal Sebuah Perjalanan di Bawah Kaki Gunung Kromong Sabtu 20 Maret 2021, pukul 12.30 saya bersama teman saya berangkat dari Pondok Pesantren Ulumuddin menuju desa yang hendak dijadikan aktifitas turun lapang, yakni desa Cikeusal. Diperjalanan tepatnya di Palimanan, kami terjebak hujan, dan memutuskan untuk meneduh di suatu warung. Pukul 13.00 di warung tersebut kita sempat berbincang-bincang sedikit dengan pemiliknya (kami lupa menanyakan namanya). Kami bertanya kepada pemilik warung rute menuju desa Cikeusal. Setelah memberitahu rute, Pemilik warung menceritakan sedikit mengenai desa Cikeusal, bahwa desa tersebut merupakan salah satu desa binaan dari pabrik Indocement, desa binaan lainnya yaitu Palimanan Barat, Cupang, Walahar, Gempol, Kedungbunder, Ciwaringin. Pada pukul 13.30 kami merasa hujan ini akan awet dan akhirnya kami memutuskan untuk berangkat menuju lokasi. Ketika menuju desa Cikeusal terlihat jalanan penuh lubang, dan banyak mobil truk pembawa batu a...

Perlukah Seorang Perempuan Memiliki Pendidikan yang Tinggi

. Dilema Perempuan antara memilih mengurus Keluarga atau Melanjutkan Pendidikan Berbicara tentang perempuan dan pendidikan, tentunya ini menjadi dua hal yang menarik untuk dibicarakan. Sejak puluhan tahun yang lalu emansipasi wanita sering disebut-sebut oleh Kartini, sehingga kemudian hal ini menjadi sesuatu yang penting oleh sebagian kalangan. Namun, pada kenyataannya, dalam banyak hal wanita masih kerap ketinggalan, seolah memiliki sejumlah rintangan untuk bisa mendapatkan sesuatu yang terbaik, salah satunya dalam bidang pendidikan. Ilustrasi (Pixabay.com) Meski sampai saat ini semua perempuan dapat mengenyam pendidikan di bangku sekolah seperti halnya pria, namun tidak sedikit juga perempuan yang enggan untuk melakukannya. Sebagian besar wanita merasa puas dengan pendidikan yang hanya menamatkan bangku SMA saja, bahkan ketika bisa menyelesaikan sarjana saja. Hanya sedikit perempuan yang punya keinginan untuk menempuh S2 dan juga S3, dan tentu saja jumlah untuk dua jenjang pendidikan...